Bab 18

Ibu Susan merasa heran dengan kelakuan putranya, tidak biasanya Danu menampilkan raut wajah datar. Apalagi sekarang pria itu jarang keluar rumah atau ngojek. Justru setelah Nadira menerima gajian, pria itu lebih sering bermalas-malasan dengan alasan kalau dirinya sedang tidak enak badan. Contohnya saja sudah beberapa hari ini Danu hanya keluar rumah untuk mengantarkan Nadira dan setelahnya akan kembali berdiam diri di rumah. Saat sore pun dia akan meminta Nadira pulang menggunakan transportasi umum, tidak menjemputnya. Lalu, sekarang kenapa ia mengeluh lelah?

"Coba jelaskan pada Ibu, memangnya kamu lelah kenapa?" tanya Ibu Susan pada putranya.

Danu terdiam sejenak, dia bingung harus berkata apa pada ibunya karena yang sudah melakukan kesalahan di belakang para wanita itu.

"Dan, apa yang kamu sedang kamu sembunyikan dari Ibu?" tanya Ibu Susan lagi karena danau tak kunjung menjawab pertanyaannya yang pertama.

"Bu, sebenarnya aku sudah melakukan kesalahan besar," jawabnya.

"Kesalahan besar? Apa maksud kamu?"

"I–iya .... Sebenarnya, saat ini aku mempunyai kekasih lain tanpa sepengetahuan Nadira," aku Danu yang langsung membuat Ibu Susan terkejut dengan mata melotot serta mulutnya yang menganga lebar.

"A–apa maksud perkataan kamu ini, Danu? Kamu jangan bercanda seperti ini! Ini sama sekali tidak lucu." Ibu Susan memegangi kepalanya karena tiba-tiba merasakan sakit kepala yang amat sangat.

"Aku sedang tidak bercanda, Bu. Memang benar aku melakukan kesalahan itu."

'Plak'

Sungguh tidak terduga, pengakuan Danu yang tentang kesalahannya langsung membuat Ibu Susan marah dan menamparnya dengan keras sehingga menimbulkan bekas kemerahan di wajah pria itu.

"Bu?"

"Keterlaluan kamu, Danu. Ibu tidak mengira kalau kamu akan melakukan hal memalukan seperti itu!" pekik Ibu Susan.

Danu juga ikut terkejut saat melihat reaksi ibunya yang marah. Padahal, dia masih punya pengakuan lain selain perselingkuhannya itu.

"Maaf, Bu. Tapi ... ada hal yang lebih serius dari ini," ucap Danu lagi.

"A–apa itu?"

"Kekasihku hamil ... sekarang dia sedang mengandung anakku," jawab Danu sambil menundukkan kepalanya.

Lagi-lagi hal mengejutkan didengar oleh Ibu Susan dari bibir putranya. "Bagaimana bisa kamu melakukan hal seperti itu, Danu? Kamu menurut Nadira sudah berselingkuh di belakangnya, tapi kenyataannya kamulah yang berselingkuh dan bahkan sekarang selingkuhan itu sedang hamil anakmu? Di mana pikiranmu saat itu, sampai-sampai kamu bisa melakukan hal sehina itu?"

"Aku ... aku benar-benar tidak sengaja melakukannya, Bu. Aku tidak sengaja terseret arus itu," jawab Danu menahan napasnya saat dia mengingat percintaannya dengan Anita.

"Danu, Ibu memang tidak menyukai Nadira, tetapi ibu juga tidak menyukai caramu yang rendahan seperti ini! Asal kamu tahu saja, Nadira akan semakin bersikap keras kepala pada kita kalau kesalahannya berada di kamu, tahu?"

"Iya, Bu. Aku tahu. Tapi, apa yang sekarang harus aku lakukan? Tidak mungkin aku harus berbicara terus terang pada Nadira. Dan ... tidak mungkin juga aku harus meninggalkan kekasihku yang tengah mengandung anakku. Apalagi menurut prediksi dokter, dia sedang mengandung anak laki-laki. Bukankah Ibu tahu kalau aku menginginkan seorang putra?"

"Jadi, kamu belum mengatakan hal ini pada Nadira?"

Danu menggelengkan kepalanya. "Aku berencana untuk menceraikan dia setelah dia punya uang banyak. Aku butuh biaya untuk kehamilan kekasihku. Belum lagi aku juga harus mempersiapkan biaya melahirkannya," jawab Danu dengan yakin.