Seperti biasa, Nadira akan menitipkan Tiara pada mertuanya sebelum ia pergi bekerja. Meskipun Nadira merasa tidak yakin anaknya akan baik-baik saja bersama sang mertua dan kakak iparnya, tapi dia tidak mempunyai pilihan lain. Katakan saja ia terpaksa mengorbankan putrinya bersama orang-orang kejam itu, tapi mau bagaimana lagi, Nadira tidak mempunyai pilihan lain.
"Nad, apa kamu tidak bisa bergerak cepat? Hanya menitipkan Tiara saja sampai lama sekali!" teriak Danu dari halaman rumah sang ibu. Dia tidak ikut masuk ke rumah ibunya karena enggan untuk melepaskan sepatu lagi.
Danu tidak tahu saja kalau di dalam sana, ibunya sedang memarahi Nadira karena istrinya itu tidak memberikan uang padanya. Meskipun dia sedikit mendengar suara keras sang ibu, tetapi dia tidak berniat menghampirinya.
"Nad, harusnya kamu itu sadar diri, Ibu juga capek harus mengurusi Tiara. Kamu hanya Ibu mintai uang dua ratus ribu saja sampai tidak mau memberikannya ... pelit sekali kamu. Dasar menantu tidak tahu diuntung!" maki Ibu Susan pada menantunya yang sedang menggendong Tiara, cucunya sendiri.
Ibu Susan tidak bisa mendapatkan uang dari anak dan menantunya yang tinggal serumah karena mereka juga masih makan darinya. Jangankan uang untuk makan, uang untuk jajan anaknya pun, Nia dan Erhan akan meminta dari Ibu Susan.
"Bu, aku tidak bisa memberikan apa yang Ibu minta karena aku juga tidak punya uang. Aku belum menerima gaji dan ... Mas Danu pun hanya memberikanku uang sebesar lima belas ribu perharinya. Belum lagi susu formula Tiara tinggal sedikit lagi," jawab Nadira dengan suara pelan. Meskipun di dalam hatinya kesal karena Ibu Susan tidak mengerti keadaannya, tapi dia harus tetap menghormati ibu mertuanya itu.
"Cih, kamu itu selalu memberikan alasan seperti itu. Ibu tidak percaya kalau Danu hanya memberikan kamu uang lima belas ribu!" jawab Ibu Susan. "Lagi pula, mana ada orang yang percaya kamu hanya diberi uang segitu sama suami. Apa lagi Danu selalu pulang malam, masa hanya memberikan uang sedikit," sambungnya lagi dengan bibir mencibir.
"Ya sudah, kalau Ibu tidak percaya, silakan tanyakan saja pada Mas Danu. Aku tidak keberatan." Nadira menghela napas panjang. Sungguh, pagi ini merupakan pagi yang berat untuknya karena harus berdebat dulu dengan ibu mertuanya.
"Baiklah. Aku akan tanyakan padanya sekarang. Awas saja kalau kamu sampai bohong." Tangan Ibu Susan menunjuk wajah Nadira sambil memelototkan matanya. "Kamu akan tahu akibatnya!"
Setelah berkata seperti itu, Ibu Susan pun meninggalkan Nadira yang sedang berdiri bersama Tiara. Wanita muda itu melirik jam yang sudah menunjukkan hampir pukul 06.00 pagi.
Ya Tuhan ... aku harus buru-buru berangkat. Bisa-bisa aku telat lagi, gumamnya.
Nadira mengikuti langkah Ibu Susan menuju suaminya yang ada di pelataran rumah. Dari kejauhan dia melihat ibu mertuanya itu sedang berbicara dengan sang suami. Namun, dia tidak bisa Mendengar pembicaraan mereka karena jaraknya yang cukup jauh. Tak lama kemudian, Ibu Susan pun berbalik arah dan hendak memasuki rumah, dia menatap bengis menantunya sambil merebut Tiara dari tangan Nadira tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Meskipun Nadira merasa heran dengan sikap Ibu Susan, tetapi dia memilih untuk tidak bertanya karena waktunya untuk berangkat bekerja sudah mepet. Akhirnya ia pun menaiki motor sang suami.
"Mas, apa yang kamu bicarakan pada Ibu tadi?" tanya Nadira setelah mereka pergi meninggalkan pelataran rumah Ibu Susan.
"Tidak ada. Kami tidak membicarakan hal yang penting," jawab Danu menutupi pembicaraannya dengan Ibu Susan.
Nadira menganggukkan kepalanya samar, tentu saja dia tidak mempercayai jawaban suaminya itu. Namun, Nadira memilih untuk kembali diam dan tidak lagi bertanya karena mungkin hal itu hanya akan memancing keributan di antara keduanya.
"Mas, tidak bisakah kamu lebih cepat membawa motornya? Bisa-bisa aku telat kalau motornya pelan begini," ucap Nadira saat merasa motor yang dibawa Danu justru lajunya malah melambat.
"Ck, dasar ... bisanya hanya menyusahkanku saja," gumam Danu sambil sedikit menaiki kecepatan motornya.
Meskipun hanya gumaman kecil yang terbawa oleh angin, tetapi Nadira bisa mendengar dengan jelas kalau Danu berkata dirinya hanya bisa menyusahkan. Entah kenapa, hati Nadira sedikit tercubit setelah mendengar perkataan itu. Bukankah awalnya yang menyuruh dia bekerja itu, Danu. Lalu, kenapa sekarang pria itu malah berkata kalau dirinya menyusahkan?
Setelah cibiran tadi terucap dari bibir Danu, pria itu tampak sedang mencemaskan sesuatu hingga membuatnya hampir oleng dan menabrak motor lain yang ada di hadapan mereka. Hampir saja keduanya mengalami kecelakaan.
"Mas, kamu kenapa? Apa kamu sedang memikirkan sesuatu, sampai-sampai kamu tidak fokus berkendara?" tegur Nadira setelah mereka menyisikan kendaraannya supaya tidak menghalangi pemotor lain.
"Ini semua gara-gara kamu. Bukankah tadi kamu yang memintaku untuk menambah lajunya? Kenapa sekarang malah menyalahkanku seperti ini?" Danu membentak Nadira. "Turun dari motorku sekarang juga!" perintahnya lagi tanpa mempedulikan lirikan orang-orang yang melihat ke arahnya.
Nadira tercenung. "Kenapa aku harus turun di sini, Mas? Jarak pabrik 'kan masih jauh. Kalau aku turun di sini, bisa-bisa aku telat masuk kerja."
"Aku tidak peduli. Turun sekarang juga!"
"Tapi–"
"Aku mempunyai urusan yang lebih penting daripada harus mengantarkan kamu. Pergi saja sendiri sana! Jangan terus-menerus menyusahkanku." Danu mendorong bahu Nadira hingga membuat wanita itu jatuh dari motor dan hampir saja tersungkur ke tanah. Setelah melihat Nadira turun dari motor, tanpa berkata apapun Danu pergi meninggalkan istrinya begitu saja.
"Mas! Mas Danu!" panggil Nadira sambil berusaha untuk mencegah suaminya itu pergi. Akan tetapi, Danu tetap tidak menghiraukan Nadira dan semakin mempercepat laju kendaraannya.
"Ya Tuhan ... kenapa Mas Danu tega menurunkanku di tengah jalan? Dan ... kenapa dia menunjukkan sikap kasarnya padaku? Apa salahku?" lirih Nadira.
Malu? Tentu saja Nadira merasakan hal itu. Apalagi di sana banyak orang-orang yang berlalu-lalang yang terkadang memperhatikan keributan mereka tadi. Meskipun tidak saling mengenal dengan orang itu, tetapi pastinya akan ada satu atau dua orang yang mengenali mereka dan menjadikannya bahan perbincangan di pabrik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
elvie
bagus Danu sok terus kurang ajar sama istrimu sendiri. Dan lebih inget ma perempuan lain, sok keluarin semua kurang ajar kamu. Biar sama malaikat di catet trus makin banyak karma yg kamu terima.
Sok senang2 lw sekarang, siap2 ja dapet karma'a kontan. ga pake di cicil. 😏😏😏😏
2022-10-02
0
manda_
udah nat lebih baik kamu tingalin tuh danu bawa anakmu yg jauh dari pada kita gak dihargain bikin skt hati pasti ada aja orang lain yang menolong
2022-09-12
0
Triple.1
cepet2 buat Nadia bahagia deh Thor... nyesek banget aku...
2022-08-22
1