Suasana pagi yang sibuk dan ramai membuat sebagian orang tidak mempedulikan urusan orang lain. Rata-rata dari mereka akan menutup mata seolah tak melihat apapun yang ada di depannya jika hal itu tidak menguntungkan untuknya. Begitu pula dengan yang terjadi di sebuah kontrakan. Meskipun di sana penghuninya cukup banyak, tapi tak ada satupun dari mereka yang mau menegur pasangan kekasih haram yang kini sedang berada di satu ruangan itu. Bagaimana tidak disebut pasangan haram, kalau salah satu di antara mereka mempunyai keluarga dan dengan sadar menjalin hubungan gelap. Ya, sebut saja namanya Danu, dia rela meninggalkan istrinya di pinggir jalan demi memenuhi keinginan kekasih gelapnya untuk bertemu. Mereka sadar dengan apa yang mereka lakukan itu bahwasannya adalah sesuatu yang buruk, tetapi na*su diantara mereka berdua sudah menggelapkan akal sehatnya sehingga membuat keduanya enggan untuk kembali ke jalan yang benar.
"Mas ...," panggil seorang wanita yang saat ini sedang berada di bawah kungkungan Danu. Nama wanita itu Wulanda Anita, usianya hanya terpaut dua tahun di atas Nadira. Dia juga merupakan sepupu dari istri Danu sendiri. Keduanya sudah menjalin hubungan gelap itu sekitar enam bulan lamanya, atau lebih tepatnya saat Nadira sedang mengandung Tiara enam bulan.
Danu merasa kalau Nadira sudah tidak menarik lagi di matanya. Jadi, dia memilih untuk mendekati Anita yang sangat menarik di matanya meskipun wanita itu sudah berstatus janda. Awalnya hubungan keduanya tidak sedekat saat ini karena Danu yang dulu sangatlah mencintai Nadira. Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan mereka justru semakin erat. Ditambah lagi Anita memang tipe wanita yang selalu bisa memanjakan lawan bicaranya. Entah itu lewat pujian, penampilan, atau bahkan lewat sentuhan.
"Mas, sebaiknya jangan seperti ini. Nanti aku bisa telat kerja!" seru Anita dengan suara manja saat Danu sedang bergelayut mesra dilehernya.
"Aku masih kangen kamu, sayang. Sepertinya aku tidak rela untuk melepaskan kamu dari pelukanku," jawab Danu tanpa menghentikan kegiatannya yang sedang memainkan rambut Anita. Sesekali pria itu akan mengecupinya dengan mata sayu penuh hasrat.
Anita bukannya takut dengan tatapan Danu yang seperti itu. Justru dia merasa bangga dengan dirinya karena bisa selalu membuat setiap lelaki yang menatapnya sambil memendam hasrat itu.
"Mas, kalau aku tidak bekerja, apa yang akan memenuhi kebutuhanku? Bukankah penghasilanmu tidak bisa diberikan padaku semuanya karena kamu juga harus menafkahi Nadira. Belum lagi kamu juga harus membeli susu untuk anak kalian," rajuk Anita. Tangan wanita itu tidak bisa diam. Dia menggoda Danu dengan tangan yang terus berge*ilya menyusuri rahang dan dagu pria itu.
"Ya ... mau bagaimana lagi, sayang. Bukankah kamu juga tahu kondisi keluargaku? Jadi, aku harap kamu terima resikonya seperti itu. Tapi, kamu tenang saja. Aku janji, aku selalu berusaha untuk membuat kamu nyaman. Dan ... aku juga akan memberikan uang gajian pertamanya Nadira nanti padamu. Sekarang kamu sabar dulu, oke!" Danu mengusap kepala Anita. Sesuatu yang sudah tidak ia lakukan lagi pada istrinya, Nadira. Bahkan, Danu lupa kapan terakhir kali ia menghabiskan malam bersama kekasih halalnya itu.
Mata Anita seketika berbinar mendengar janji Danu. Siapa juga yang akan menolak uang yang tidak perlu ia cari dengan bekerja keras? Maka tentu saja Anita langsung menganggukan kepalanya dengan semangat.
"Apa kamu bersungguh-sungguh, Mas? Memangnya Nadira mau berikan uang itu padamu tanpa rasa curiga. Soalnya aku masih belum siap kalau keluarga besarku tahu hubungan kita ini."
"Kamu tidak perlu khawatir seperti itu. Aku akan berhati-hati agar kamu tetap merasa nyaman bersamamu dan tanpa menimbulkan kecurigaan mereka." Lagi-lagi Danu memperlakukan Anita dengan lembut. Pria itu seolah lupa kalau dirinya sudah mempunyai keluarga.
"Ya sudah ... karena kamu yang memintaku untuk bersabar, maka aku akan mengusahakannya," ucap Anita disertai dengan senyuman manis. "Sekarang aku mau siap-siap dulu, Mas."
Danu mengangguk dan membiarkan kekasihnya untuk bersiap karena waktu untuk Anita bekerja tinggal sepuluh menit lagi.
Anita bekerja di pabrik yang sama dengan Nadira. Hanya saja keduanya berbeda gedung. Jadi saat waktu kerja, keduanya tidak pernah bertemu. Ditambah lagi Anita menyewa sebuah kontrakan untuk tempatnya tinggal selama bekerja di pabrik itu, jaraknya tidak terlalu jauh, makanya dia bisa sedikit lebih bersantai saat akan berangkat kerja.
*****
Waktu terus bergulir. Tanpa terasa, hari mulai sore dan kini sudah saatnya para pegawai pabrik itu untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Seperti biasa, Nadira akan berjalan menuju ruko yang biasa menjadi tempat Danu menunggunya di sana. Namun, langkah wanita muda itu terhenti saat tiba-tiba saja salah satu teman kerjanya menghentikan dia.
"Tunggu, Nad. Kita pulang bareng!" ajak Emma, dia merupakan seorang pengawas di gedung yang sama dengan Nadira.
"Ayo, Em. Tapi, aku tidak bisa bersantai karena Mas Danu pasti sudah menungguku di ruko," jawab Nadira sambil melihat ponsel jadulnya. Di sana memang tidak ada satupun pesan yang dikirim oleh Danu, tapi Nadira yakin kalau suaminya itu sudah menunggu kedatangannya di tempat biasa.
"Ya sudah. Kalau begitu, kita mengobrol sambil jalan saja," sahut Emma. Keduanya pun berjalan bersisian diantara karyawan-karyawan lainnya.
Meskipun pandangan Nadira saat ini sedang lurus ke depan, tetapi dia bisa merasakan kalau saat ini Emma sedang menatapnya.
"Kenapa kamu terus menatap seperti itu, Em? Apa ada sesuatu di wajahku?" tanya Nadira seraya menyentuh wajahnya.
"Eh, ti–tidak ada, Nad. Tidak ada apapun di wajahmu," jawab Emma dengan segera. "Hanya saja ... sebenarnya ada sesuatu yang mau aku sampaikan padamu," ucapnya secara tiba-tiba.
"Oh." Nadira mengangguk-anggukan kepalanya. "Ya sudah. Katakan saja. Ada apa?" tanyanya yang sudah paham situasi. Tidak mungkin Emma tiba-tiba mengajaknya pulang bersama kalau tidak ada sesuatu yang penting untuk mereka bicarakan.
"Tapi, aku harap kamu jangan marah. Sungguh, aku tidak berniat pada keluargamu. Hanya saja, aku pikir kamu perlu mengetahui hal ini," jawab emang yang langsung membuat Nadira menoleh padanya.
"Kenapa aku harus marah padamu? Memangnya apa yang mau kamu sampaikan?"
Raut wajah Emma terlihat tampak lebih gelisah dari sebelumnya. Tangan gadis terus memilin-milin tepi tas yang ia kenakan. Sungguh, saat ini hatinya sangat berdebar kencang. Rasa debaran itu lebih kencang dari pada saat akan bertemu dengan kekasihnya.
"Em?" panggil Nadira karena Emma tak kunjung mengutarakan niatnya untuk berbicara.
"Eh, i–iya, Nad. Maaf, aku, aku bingung harus mulai dari mana," jawab Emma dengan terbata-bata.
"Ya sudah. Kamu katakan, apa yang perlu kamu katakan saja. Insyaallah, aku akan mengerti!
"Oh, oke." Emma tiba-tiba menarik tangan Nadira dan mengajaknya untuk duduk di salah satu bangku yang ada di pinggir jalan. Tidak mungkin jika ia akan membicarakan hal penting yang akan disampaikannya itu sambil berdiri.
"Kenapa kita malah berhenti di sini?" tanya Nadira dengan bingung.
"Kita bicara sambil duduk, Nad." Emma menarik tangan Nadira untuk duduk di dekatnya.
Setelah Nadira duduk, Emma langsung menggenggam tangan Nadira dan menatapnya dengan lekat. Hal itu membuat Nadira semakin merasa heran.
"Nad, suamimu ... dia ...."
"Kenapa sama Mas Danu, Em?"
"Sebelumnya, kamu harus menyelidiki hal ini lebih lanjut, Nad. Aku ... aku beberapa kali melihat suami kamu berboncengan dengan wanita lain," ucap Emma dengan tegas hingga membuat Nadira terkejut.
Ternyata bukan hanya dugaanku saja yang salah. Tapi, Mas Danu memang sudah benar-benar berpaling dariku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Hanny Hartoko
gila . dasar pengkianat plus pelakor murahan
2023-03-05
0
elvie
Dasar pasangan 🤬🤬🤬🤬🤬🤬
semoga cepet ketauan belangnya biar Nadira cepet angkat kaki dari keluarga 🤬🤬🤬🤬🤬🤬.
2022-10-02
0
manda_
lanjut thor
2022-09-12
0