Bab 5

Pagi harinya ....

Kegiatan yang sibuk sejak dua minggu terakhir membuat Nadira bangun lebih dulu. Sebelum adzan subuh berkumandang, wanita muda itu sudah bangun dan segera menyiapkan semua keperluan Tiara, mulai dari susu formula, baju, serta pampers milik bayi itu sudah ia siapkan di dalam satu box khusus. Nadira memang selalu menyiapkan seperti itu agar Ibu Susan selaku mertuanya tidak mengacak-acak aja barang bayinya itu. Kali ini Nadira juga mengelap tubuh bayinya agar saat siang nanti dia tidak terlalu khawatir Tiara merasa tidak nyaman seperti kemarin.

"Maafin Mama yang harus lap badan kamu pagi-pagi begini, ya, Nak," ucap Nadira sebelum ia mengelap tubuh Tiara menggunakan handuk kecil yang sudah dibasahi dengan air hangat.

Mungkin karena bayi itu masih merasa dingin, dia sedikit rewel hingga membuat Danu yang masih tertidur, merasa terusik sebab mendengar suara tangis Tiara.

"Nad, kenapa Tiara kamu biarin berisik, sih? Tidak bisakah kamu menghentikannya? Aku masih mengantuk!" teriak pria itu dari dalam kamar. Dia tidak tahu kalau Nadira saat ini sedang mengelap Tiara di ruang tengah.

Tangis Tiara bukannya mereda setelah mendengar teriakan Danu, justru bayi itu kembali menangis kejer karena terkejut sekaligus takut hingga membuat Nadira mempercepat gerakannya.

"Sayang, Nak. Tidak apa-apa. Itu cuma suara Bapak saja, sayang!" Nadira berusaha menghentikan tangis dari Tiara. Namun, bayi kecil itu tidak langsung berhenti menangis dan membuat Danu menghampiri mereka.

"Ya Tuhan, Nadira! Kamu gila, ya? Kenapa harus me–lap badan Tiara pagi-pagi begini, sih? Bukankah nanti siang juga akan Mama mandikan!" sergah Danu saat dia melihat baskom kecil berisi air dengan tubuh Tiara yang sudah di balut menggunakan handuk.

"Aku juga melakukan ini dengan terpaksa, Mas. Jangankan memandikan Tiara, Mama bahkan sama sekali tidak menggantikan baju untuknya. Apa iya aku harus membiarkan anakku dalam kondisi tidak nyaman?" Nadira mulai memakaikan minyak telon serta baju pada anaknya setelah tangis Tiara mereda.

Danu tampak terkejut saat mendengar jawaban Nadira. Tentu saja dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh istrinya itu karena dia lebih mempercayai mamanya, Ibu Susan.

"Jangan mengada-ngada lagi, Nadira! Kamu kira aku akan mempercayai semua tuduhan itu pada Ibu? Tidak mungkin Ibu melakukan hal itu, Tiara juga cucunya!"

Nadira yang tengah memakaikan pakaian untuk Tiara langsung menghentikan gerakan tangannya seketika. Dia menoleh dan menatap Danu yang sedang berdiri di samping pintu kamar.

"Apa kamu pikir aku bakal setega itu fitnah Ibu, Mas? Aku juga tidak ada niatan untuk menjelek-jelekkan dia di depan kamu. Tapi, kalau memang kamu sudah tidak bisa mempercayai lagi ucapanku, terserah saja!"

Nadira merasa sakit hati dengan sikap Danu yang selalu menganggapnya lemah. Setiap kali Nadira mengadukan sikap Ibu Susan, Danu selalu mengira kalau itu hanyalah akal-akalan Nadira saja untuk mencari perhatiannya dan membuat hubungan antara dia dan sang ibu menjadi buruk.

Tanpa menjawab perkataan Nadira, Danu memilih untuk mengambil handuk dan berlalu pergi menuju kamar mandi. Dia meninggalkan Nadira yang saat ini sedang menahan sesak di dada karena ucapannya tidak digubris sama sekali oleh pria yang menjadi suaminya itu.

"Bahkan sepertinya kamu sendiri tidak akan peduli bagaimana perasaan Tiara, Mas," gumam Nadira sembari mengusap kelopak matanya yang tiba-tiba berair.

Kalau sudah seperti ini, wanita muda itu hanya bisa kembali diam dan meratapi nasibnya sendirian. Salahnya Nadira sendiri yang dulu tidak mendengarkan ucapan kedua orang tuanya yang melarang dia buru-buru menikah dengan Danu. Nadira kira, Danu tidak akan berubah sikapnya. Namun, setelah hampir lima tahun usia pernikahan mereka, Nadira baru menyadari kalau Danu tidak sepenuhnya mencintai dia dan keluarganya.

Ayah, Ibu ... maafin aku yang tidak pernah menuruti perkataan kalian, batin Nadira.

Tiara mulai kembali menangis karena dia merasa kedinginan. Nadira belum selesai memakaikannya baju dan malah sibuk melamun. Mendengar tangisan Tiara, Nadira tersadar dari lamunannya dan segera menyelesaikan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda.

"Maafin Mama, Nak. Gara-gara Mama melamun, kamu jadi kedinginan," ucap Nadira sambil memeluk Tiara dan memberikannya ASI.

Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka. Danu berjalan menuju kamar, dia sama sekali tidak mempedulikan Nadira yang masih menyusui putri mereka. Pria itu tampak acuh bahkan terkesan tidak peduli dengan apa yang sedang dilakukan oleh istrinya.

Setelah Tiara meminum ASI-nya dengan cukup, Nadira pun mulai membaringkan gadis itu di atas kasur, sementara dirinya harus mandi dan segera bersiap untuk berangkat kembali bekerja di pabrik.

"Mas, aku titip Tiara sebentar, mau mandi dulu!" pinta Nadira pada suaminya yang kini sedang bercermin sambil menata rambutnya. Padahal, biasanya Danu tidak pernah memperhatikan penampilannya, apalagi sampai memakai wewangian yang begitu menyengat di hidung. Namun, setelah beberapa bulan terakhir ini Danu melakukan itu semua. Bahkan tidak jarang Nadira menemukan sebuah struk belanjaan yang berupa perlengkapan perawatan diri, tapi bukan miliknya, melainkan milik Danu sendiri.

"Ish, kamu itu cerewet sekali, Nad! Apa susahnya kamu tinggal taruh Tiara di atas kasur dan biarkan dia main sendiri," jawab Danu tanpa membalikan tubuhnya karena pria itu masih sibuk dengan gel rambut di tangannya.

"Aku tidak bermaksud cerewet, Mas. Aku hanya memintamu untuk memperhatikan Tiara selagi aku mandi. Aku tidak memintamu untuk menggendongnya," sahut Nadira yang baru saja keluar dari kamar tersebut.

Mau tidak mau, Danu akhirnya membiarkan Nadira untuk pergi membersihkan dirinya, sedangkan dia sendiri terus sibuk dengan kegiatannya dan tidak mempedulikan Tiara yang kini sedang menatapnya.

Nadira mandi dengan cepat. Dia tahu jika dirinya tidak bisa mengandalkan Danu untuk menjaga Tiara. Belum lagi dia harus segera berangkat kerja karena jika sampai terlambat sedikit, maka dia akan terjebak macet di jalan.

"Mas, aku minta uang." Nadira mengadakan tangannya di hadapan Danu.

"Uang untuk apa lagi, Nad?" tanya Danu dengan raut wajah kesal karena Nadira berani meminta uang padanya.

"Untuk membeli susu formula Tiara, Mas. Susunya tinggal sedikit lagi. Kalau untuk besok, itu tidak akan cukup. Jadi, aku minta uang sekarang supaya nanti pulangnya aku bisa sekalian beli susu," jawab Nadira yang baru mengingat kalau susu formula untuk putrinya sudah tinggal sedikit lagi.

"Ya ampun, Nad .... Kenapa kamu boros sekali? Tidak bisakah kamu mengaturnya dengan hemat?"

"Kamu becanda, Mas? Bagaimana caraku supaya hat sementara Mbak Nia selalu memberikan Vino susu formula milik Tiara, hah?"

"Maksud kamu, Vino suka minum susu punya Tiara?"

Vino merupakan keponakan Danu, dia adalah putranya Nia yang sudah berusia tiga tahun. Namun, anak itu masih selalu meminta dibuatkan susu pada ibunya, tetapi karena Nia dan suaminya tidak mempunyai uang lebih, jadi mereka memberikan susu milik Tiara untuk ikut serta dikonsumsi oleh Vino.

"Tentu saja dia, Mas. Memangnya siapa lagi?" tanya Nadira dengan kesal karena Danu tak kunjung memberikan uang untuk membeli susu formula putrinya. Seandainya Nadira tidak perlu bekerja, maka dia tidak akan membelikan susu formula untuk Tiara. Nadira bisa saja memberikan ASIP, tapi dia tidak yakin dengan ibu mertuanya yang mau repot-repot menguruskan ASIP untuk Tiara.

Setelah mendengar jawaban dari Nadira, dengan wajah terpaksa Danu pun memberikan uang untuk membeli susu formula.

"Ini uangnya!" Danu melemparkan uang pecahan lima puluh ribu sebanyak dua lembar ke depan wajah Nadira. "Makanya jangan boros-boros ngasih susunya. Biar awet!" sambung pria itu lagi.

Nadira melongo sesaat ketika mendengar ucapan terakhir Danu. Bagaimana bisa pria itu berucap seperti itu pada putrinya sendiri. Sebenarnya Nadira merasa kesal karena Danu memperlakukannya seperti orang yang tengah meminta-minta, tetapi karena dia masih butuh dengan uang itu, akhirnya Nadira pasrah dan menerima perlakuan seperti itu dari suaminya sendiri.

"Sabar, Nadira .... Setelah kamu menerima upah gajianmu, kamu tidak perlu lagi menerima hinaan seperti ini," batin wanita muda itu seraya memungut uang yang baru saja dilemparkan oleh Danu padanya.

Terpopuler

Comments

elvie

elvie

dasar suami g da otak. makanya klo ga mau ngeluarin uang buat beli susu jgn punya ank. dulu ja ngarep punya ank, skrng dh da ank buat beli kebutuhan anak j malah mencak2.

2022-10-02

0

Memyr 67

Memyr 67

alur lambat bener. nadira dah tau suaminya selingkuh, tapi masih belum dibicarakan juga. muter muter bicara yg lain. bukan tipe aq ni cerita, terlalu muter ke mana mana jauh. kayak semboyan pipa rucika.

2022-09-27

1

manda_

manda_

sabar nat lebih baik gak punya suami kl gitu bikin kesel aja danu ini

2022-09-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!