Bab 4

Hari sudah sangat larut, hujan yang tadi sempat mengguyur daerah tempat tinggal Nadira, kini sudah mulai reda. Di saat-saat seperti ini sudah selayaknya semua orang tertidur pulas. Apalagi cuaca dingin yang menusuk kulit memungkinkan jika tak ada lagi orang yang masih terjaga. Namun, pada kenyataannya hal itu tidak berlaku bagi seorang ibu muda yang baru saja menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Rasa lelah setelah seharian bekerja di pabrik, tidak Nadira rasakan karena masih ada pekerjaan rumah tangga yang menumpuk.

"Alhamdulillah ... akhirnya cucianku selesai semua," gumam Nadira seraya menumpahkan air bilasan terakhirnya.

"Kira-kira, ini jam berapa, ya? Kenapa Mas Danu masih belum pulang?" tanyanya lagi. Nadira seperti itu bukan karena khawatir, melainkan penasaran apa yang dilakukan suaminya di luar saat malam begini.

Wanita muda itu lantas membereskan alat-alat tempur mencucinya dan segera keluar kamar mandi untuk melihat Tiara yang ia tinggalkan sendirian di kamar. Nadira bersyukur karena selama dia mencuci, bayi kecil itu sama sekali tidak rewel.

"Ya Tuhan ... ternyata ini sudah sangat larut." Nadira terkejut saat kepalanya menoleh ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 23:35, hanya tinggal beberapa menit lagi menuju tengah malam.

Setelah mengetahui waktu, Nadira pun bergegas menuju tempat di mana ia menyimpan ponsel. Dia harus menghubungi Danu yang masih belum pulang ke rumah.

"Mas, cepat jawab panggilanku. Kenapa kamu belum pulang juga?" gumam Nadira sambil menanti panggilannya dijawab oleh Danu dari seberang sana.

"Kamu benar-benar kelewatan, Mas. Bahkan panggilan teleponku pun tidak kamu jawab!" Nadira melemparkan ponselnya ke atas sofa dan langsung mendudukkan dirinya di sana. Dia akan menunggu kedatangan Danu.

_____

Pukul 00:30 dini hari, sebuah suara motor terdengar parkir di halaman kontrakan Nadira, hingga membuat wanita muda yang tadi sempat terlelap pun terbangun. Dia sekarang melangkah menuju pintu dan menyambut kedatangan suaminya. Meskipun kekesalan di hatinya masih membara karena melihat Danu bersama wanita lain, tapi untuk saat ini dia akan berpura-pura tidak mengetahui hal itu sembari mencari bukti-bukti lain atas perselingkuhan yang dilakukan oleh suami.

Sebelum Danu membuka pintu masuk, Nadira sudah lebih dulu membukakannya dan menyambut kedatangan pria yang dinikahinya sekitar lima tahun itu.

"Kamu baru pulang, Mas?" sapa Nadira sambil tersenyum manis ke arah Danu. Percayalah, bahkan Nadira sendiri merasakan enggan saat dia harus berakting seperti ini karena di dalam hatinya dia sudah sangat ingin melontarkan pertanyaan-pertanyaan seputar wanita yang diboncengi oleh suaminya itu sore tadi.

Danu yang saat itu sedang memarkirkan motornya, sempat terkejut saat mendengar suara Nadira. Akan tetapi, ekspresi pria itu langsung kembali berubah hanya dalam hitungan detik saja.

"Iya, Nad. Aku baru pulang. Kenapa kamu belum tidur?" tanya Danu tanpa menatap wajah istrinya.

Nadira merasa salut ketika melihat bagaimana reaksi Danu yang tampak tenang seolah dia tidak melakukan kesalahan apa-apa.

"Belum,l. Aku masih menunggu kamu pulang," jawab Nadira sambil menerima tas kecil yang diberikan oleh suaminya.

"Lain kali kamu tidak perlu menungguku lagi. Lagi pula aku juga akan pulang malam terus," ucap Danu sebelum ia berlalu dari hadapan Nadira.

Iya, kamu selalu pulang malam karena ada seseorang yang kamu singgahi terlebih dulu, Mas, ucap Nadira di dalam hatinya sambil berdecih kesal. Dia akan lihat bagaimana selanjutnya sikap Danu sementara dia berpura-pura tidak mengetahui apa yang sedang disembunyikan oleh pria itu.

Nadira mengikuti langkah Danu menuju dapur, sepertinya pria itu sedang dalam keadaan lapar saat ini. Danu membuka tudung saji yang ada di sana, tapi dia tidak menemukan apapun selain sepotong tempe goreng yang sudah dingin.

"Nad, kenapa tidak ada makanan di sini?" tanya Danu dengan raut kesal.

"Aku tidak punya uang untuk membeli lauk, Mas. Tadi juga pas mau masak nasi, tidak ada beras sedikitpun tersisa di ember penyimpanan. Semuanya habis," jawab Nadira sambil meletakkan segelas air hangat di atas meja, di hadapan suaminya.

"Hah, bagaimana bisa sampai tidak ada beras? Jangan mengada-ngada kamu, Nad! Bukankah aku baru membelinya dua hari kemarin?" bentak Danu yang langsung membuat Nadira terhentak kaget.

Nadira yang sedang membelakangi Danu hanya bisa mengepalkan kedua tangannya dengan kesal. Namun, sebisanya dia tidak mengeluarkan amarahnya saat ini karena mungkin hal itu hanya akan menimbulkan perdebatan di antara mereka. Sementara selama ini mereka tidak pernah cekcok di malam hari.

"Itu kenyataannya, Mas. Di rumah ini tidak ada beras. Untuk bapa aku mengada-ngada," jawab Nadira, masih dengan membelakangi Danu. Jujur saja, saat ini dia takut untuk berhadapan langsung dengan suaminya yang sedang emosi itu.

"Ck. Bohong." Danu malah berdecak kesal saat mendengar jawaban Nadira. Dia yakin jika istrinya itu justru hanya ingin mencari-cari masalah saja dengannya.

"Terus, ini ada nasi dari mana, Nad? Kalau tidak ada beras, tidak mungkin kamu bisa masak nasi," sambungnya lagi.

"Itu ... aku mendadak beli beras dari warung setengah liter. Tadi aku membelinya dengan sisa uang yang aku punya," jawab Nadira.

"Terus, mana lauknya? Kenapa hanya tempe goreng saja?"

"Tidak ada lauk apa-apa lagi, Mas. Aku tidak punya uang lebih untuk membeli yang lainnya."

"Ck, payah kamu. Membuat rasa laparku hilang saja!" Danu langsung meletakkan kembali piring berisi nasi putih itu dengan kasar di atas meja. Dia tidak mau jika hanya memakan nasi dan sepotong tempe sisa istrinya tadi.

"Terserah kamu saja, Mas." Nadira berguman dengan pelan karena dia masih sedikit takut kalau harus berdebat dengan suaminya.

Sementara itu, Danu yang sedang kesal langsung berjalan ke kamar mandi dan menutup pintu itu dengan kasar, sehingga membuat Nadira yang tengah membereskan piring sedikit terkejut.

Ya Tuhan, Mas .... Kamu bisa nunjukin amarahmu seperti ini di depanku, tapi kenapa aku tidak bisa bersikap sama seperti kamu? batin Nadira seraya manatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup rapat.

Setelah selesai dengan pekerjaannya, Nadira pun beranjak menuju kamar tidur. Rasa lelah dan kantuk yang sudah tidak bisa ia tahan lagi hingga membuatnya terlelap lebih dulu tanpa menunggu kedatangan Danu ke kamar.

Terpopuler

Comments

elvie

elvie

tinggalin j orang kaya gtu Nadira, kesetiaan kamu malah di balas pengkhianatan...
Semoga cepet ketauan belangnya biar susah hidup mereka, terutama Danu. Yang dh nyia-nyiain istri sendiri demi perempuan lain.

2022-10-02

0

manda_

manda_

lanjut thor semangat buat up lagi ya ditunggu suami gak guna mau mkn enak gak ngasih duit dasar

2022-09-12

1

Triple.1

Triple.1

mau aku bejek2 aja si Danu

2022-08-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!