Bab 13

Nadira masuk ke dalam kontrakan yang bersama Tiara yang saat ini sudah tertidur di dekapannya. Dia menatap wajah putrinya itu dengan rasa sakit yang teramat sangat. Dalam hati, Nadira menyesali apa yang sudah terjadi padanya dulu. Dia menyesal karena sudah menentang kedua orang tuanya yang tidak merestui hubungannya dengan Danu.

Ya Tuhan ... andai sebelumnya aku tahu akan seperti ini jadinya, aku lebih memilih menjauhi Mas Danu dulu dan mengikuti perkataan orang tuaku untuk tidak menikah dengannya, sesal Nadira dalam hatinya.

Kini nasi sudah menjadi bubur, semua penyesalannya sudah terlambat karena sekarang sudah ada Tiara di antara dia dan Danu. Andai Tiara masih belum lahir ke dunia ini, mungkin hatinya tidak akan berat untuk meninggalkan Danu.

"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?" Nadira mengusap wajahnya dengan kasar. Dia semakin bingung dengan arah pernikahan yang dijalani saat ini. Lagi-lagi rasa sesal hinggap di hatinya.

Ayah, Ibu ... maafkan Dira yang sudah menentang kalian. Sekarang Dira menyesali semuanya, batin wanita muda itu yang kini wajahnya sudah dibanjiri air mata. Untuk sesaat, Nadira mengeluarkan semua perasaan sakit hatinya dan kecewanya melalui tangisan. Nadira tahu kalau menangis bukanlah yang bisa menyelesaikan masalah, tapi dengan menangis perasaannya bisa sedikit lebih tenang.

Nadira menatap wajah putrinya, rasa bersalah begitu menyelimuti hati wanita itu pada sosok bayi mungil yang ada di hadapannya, tiba-tiba saja ia terpikir untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya.

Apa aku pulang saja ke rumah Ibu, ya? Lagi pula ini masih belum terlalu malam, batin Nadira. Dia berencana untuk menginap di sana beberapa hari.

Setelah berpikir sejenak, Nadira pun memutuskan untuk segera bersiap dan mengemas semua perlengkapan milik Tiara. Dia akan pulang ke rumah sang ibunya malam ini dan berencana menginap di sana untuk beberapa hari ke depan.

Perjalanan ke rumah Bu Amira bisa ditempuh dengan menggunakan ojek. Jadi, Nadira hanya perlu berjalan keluar dari gang sebelum menemui tukang ojek di pangkalan yang ada di depan gang kontrakannya.

"Pak, tolong antarkan saya ke jalan Ceremai!" pinta Nadira pada salah satu tukang ojek yang ada di sana.

"Lho, Neng Dira memangnya mau ke mana? Ini 'kan sudah malam kasihan Tiara kalau diajak berkendara malam-malam begini."

"Saya ... saya hanya ingin pulang ke rumah orang tua saja, Pak. Tolong dibantu, ya."

"Hmmm. Baiklah. Saya akan membantu Neng Dira ke sana," jawab tukang ojek itu sambil memberikan helm penumpang yang ia bawa.

Nadira tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada tukang ojek itu. Dia pulang ke rumah ibunya tanpa berpamitan pada siapapun, termasuk Danu. Nadira pikir Danu tidak akan membiarkannya pergi begitu saja kalau tahu Nadira pulang ke rumah orang tuanya.

Sepanjang perjalanan menuju rumah Bu Amira, Nadira hanya terdiam sambil sesekali mengusap kelopak matanya yang terus-menerus berair. Sekuat tenaga Nadira mencoba untuk menahan tangisnya, tapi tetap saja tidak bisa. Ditambah angin malam yang menerpa wajah semakin membuat air matanya turun dengan deras.

"Neng Dira, kita sudah sampai di jalan Ceremai!" seru tukang ojek itu setelah mereka menempuh perjalanan yang cukup jauh.

"Oh, iya, Pak." Nadira tersadar dari lamunannya. Dia segera turun dari motor tukang ojek itu dan berjalan masuk gang kecil untuk sampai di kediaman sang ibu.

Ya Tuhan ... untung saja malam ini tidak turun hujan. Kalau sampai hujan, kasihan Tiara, batin wanita muda itu.

Jalanan gang yang dilalui Nadira saat ini sangatlah sempit, sampai-sampai tidak masuk motor dan hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Nadira juga sedikit merasa beruntung karena gang itu memiliki pencahayaan yang cukup hingga membuatnya tidak terlalu gelap.

Setelah berjalan beberapa saat, akhirnya Nadira sampai di rumah sang ibu. Rumah itu berada di ujung diantara rumah-rumah yang lainnya.

"Assalamu'alaikum, Bu!" salam Nadira dari teras rumah.

Sebenarnya Nadira merasa malu dan takut untuk bertemu dengan keluarganya, tapi dia tidak punya pilihan lain saat ini. Benar kata orang-orang, saat ada masalah dalam pernikahan, kita hanya bisa kembali pada orang tua.

"Bu, ini aku, Nadira!" ucapnya lagi saat masih belum mendapat sahutan dari dalam rumah.

Hati Nadira berdebar menunggu Ibu Amira membukakan pintu. Ditambah lagi dia merasa kasihan pada Tiara yang sudah terlalu lama berada di luar rumah malam hari.

Setelah hampir 15 menit menunggu, akhirnya pintu rumah Ibu Amira pun terbuka. Ibu Amira keluar dari rumahnya bersama anak laki-lakinya atau kakaknya Nadira yang bernama Faisal. Sudah beberapa bulan yang lalu, Faisal tinggal di sana bersama nak dan istrinya.

"Bu, bagaimana kabar Ibu, sehat?" tanya Nadira sambil melangkah mendekati Ibu Amira untuk menyalaminya. Namun, perlakuan yang didapat wanita itu sungguh di luar dugaan.

"Untuk apa kamu datang ke sini?" tanya Ibu Amira pada anak perempuannya. Tatapan wanita paruh baya itu dingin bagaikan tengan menatap musuh atau seseorang yang dibencinya, itulah yang Nadira tangkap dari raut wajah ibunya.

"Aku ... Aku rindu Ibu." Nadira menundukkan kepalanya. Dia tidak berani menatap wajah wanita yang pernah melahirkannya dulu.

"Rindu?"

Nadira mengangguk.

"Lucu sekali kamu berkata merindukan Ibuku, Nadira. Apa kamu tidak punya rasa malu, hah?" tanya Faisal setelah melihat anggukan sang adik. Dulu dia sangat menyayangi Nadira, tapi semuanya sudah berubag sekarang, semenjak Nadira bersikeras dengan pilihannya, Faisal pun mulai tidak mempedulikannya.

Nadira masih menundukkan kepalanya. Dia sangat tahu bagaimana sang kakak akan bereaksi padanya saat ini. Namun, yang Nadira sesalkan hanya satu, mereka tidak membiarkannya masuk ke dalam dan menyuruh beristirahat sebelum mengutarakan amarah mereka. Apalagi saat ini ada bayi kecil yang sedang tertidur di dekapan Nadira.

"Nadira, Ibu dan kakak sudah terlalu kecewa padamu, sampai-sampai kami tidak tahu harus berkata apa lagi. Dan sekarang kamu tiba-tiba datang kemari. Sebenarnya apa yang kamu pikirkan tentang kami?" tanya Faisal lagi.

"Kak, Bu ... aku tahu aku sudah berbuat salah dan aku ingin meminta maaf atas hal itu–"

"Maaf? Mudah sekali kamu mengatakannya. Setelah apa yang kamu lakukan dulu, baru sekarang kamu berpikir untuk meminta maaf kepada kami. Di mana pikiranmu, hah?"

Ucapan kasar Faisal semakin membuat hati Nadira bertambah luka. Meskipun luka itu tidak bisa dilihat oleh siapapun, tetapi Nadira merasakan perih dan sakit yang amat sangat di saat bersamaan.

"Maaf–"

"Sudahlah. Tidak ada kata maaf lagi untuk kamu. Sekarang rumah ini sudah tidak menerima kamu lagi. Pergi dari sini!" Dengan mudahnya Faisal mengusir Nadira begitu saja. Sementara Ibu Amira hanya memalingkan wajahnya karena dia sendiri tidak sanggup melihat bagaimana nasib putrinya saat ini.

"A–apa? Tapi, Kak, ini sudah malam. Tidak mungkin aku membawa Tiara larut malam begini," ucap Nadira sambil memohon agar kakak serta ibunya membiarkan dia untuk beristirahat.

Senyum simis tersungging di bibir Faisal. Sungguh, dia sudah tidak ingin mengetahui lagi bagaimana nasib adik perempuannya sekarang.

"Aku tidak peduli!" jawabnya.

Setelah menjawab ucapan Nadira, Faisal pun menggenggam tangan Ibu Amira dan membawanya masuk, sebelum akhirnya ia menutup pintu dengan keras tepat di hadapan wajah Nadira, hingga membuat Tiara tersentak kaget dan menangis.

"Bu, Kak ... tolong biarkan aku dan Tiara untuk beristirahat di dalam!" teriak Nadira dari luar rumah.

"Pergi dari sini! Kalau kamu tidak mau pergi, maka aku akan menyeretmu!" ancam Faisal.

Tubuh kurus Nadira mulai bergetar. Wanita itu mulai menangisi nasibnya yang sangat memilukan. Dia tidak menyangka kalau keluarganya pun akan menolak kehadirannya. Terlebih mereka juga tega membiarkan dia dan putrinya untuk diam di luar meskipun hari sudah sangat larut.

Terpopuler

Comments

Vivi Bidadari

Vivi Bidadari

Keluarga seperti apa yg Nadira punya... ngenes banget nasib mu...

2023-02-04

0

bunda s'as

bunda s'as

koq gitu ya alloh kasian sekali kamu nad ... 😭😭

2022-10-06

0

elvie

elvie

sabar ya Nadira

2022-10-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!