Tangisan Cindy pecah di dalam ruangan sang dokter saat mendengar penjelasan dari dokter.
"my husband tak pernah cakap pasal kanser itu dokter"
"Sudah hampir setahun Tuan Adit menghidap kanser dan sayalah yang mencadangkan Encik Adit untuk pembedahan membuang dan saya juga menyuruhnya memberitahu keluarganya"
"dokter lakukan apa yang menurut dokter tepat untuk keselamatan Aditya berapa pun biayanya akan kami tanggung"
"Kami telah mencuba yang terbaik untuk rawatan ini tetapi semua usaha itu nampak sia-sia hanya keajaiban Allah yang dapat menyembuhkan Tuan Adit"
"maafkan saya doktor!
pesakit bagi pihak Adit mengalami sawan"
"baik nurse " Dokter segera berlari ke ruang ICU dimana Aditya mengalami kejang.
Semua orang panik termasuk Senja, mereka hanya bisa melihat dari kaca apa yang sedang terjadi pada Aditya.
Terlihat dokter Hasanuddin menempelkan pacemaker beberapa kali di dada Aditya tapi layar monitor tidak menunjukkan reaksi apa-apa.
Semua orang sudah sangat khawatir, keringat dingin bercucuran di tubuh mereka semua.
......................
Senja perlahan membuka matanya yang terasa berat, rasa pusing di kepalanya masih saja terasa.
"Ayah..."
"Ja..." Radika memeluk Senja dengan erat
"Ayah mana Dik?"
"ada di ruangan sebelah, ayo kita ke sana"
Senja di gandeng Radika dengan perlahan menuju ruangan ICU dimana Aditya di rawat.
flashback on
Dokter keluar dengan wajah pucat menemui keluarga Senja dan Radika.
"kami telah mencuba yang terbaik. Sekarang doakan saja agar ini segera berlalu"
Senja tumbang karen saking shock nya, Radika dengan cekatan mengangkat tubuh Senja ke brankar dan menyuruh seorang suster menangani Senja.
flashback off
semua orang sedang berada di ruang ICU mengelilingi Aditya
"Ayah...."
"Senja anak Ayah" suara parau itu terdengar berat dari balik selang oksigen yang menutupi mulut Ayah Senja
"Ayah sembuh yah Senja nggak ada temen joging hiks... hiks... hiks..."
Suasana menjadi haru saat Senja mulai menangis di hadapan Ayahnya
"Radika..."
"iya Om"
"jaga Senja, Bunda dan kantor"
tit......tit....tit.....
Suara monitor menunjukkan bahwa detak jantung tidak lagi terdeteksi
"Ayah....." jerit pilu Senja memekakkan telinga yang barada di dalam ruangan itu.
Senja kembali tak sadarkan diri
"astaga Ja..." Radika juga menangis melihat keadaan Senja
"dokter....dokter ..." teriakan Rendra mengundang beberapa dokter dan suster masuk ke ruang ICU dengan tergopoh-gopoh.
Aditya telah tiada.....
......................
Pemakaman Aditya berjalan khidmat dan tertib. Karangan bunga ucapan belasungkawa berjejer di sepanjang jalan menuju rumah Senja.
Tamu masih lalu lalang di rumah Senja. Teman, kerabat, kolega semuanya turut hadir dan mengucapkan duka cita kepada Cindy dan Senja.
Kedua orang tua Radika masih stay di rumah Senja hingga malam tiba.
Semuanya tengah berkumpul di ruang keluarga. Karena kedua orang tua Senja adalah anak tunggal maka mereka tidak mempunyai kakak atau adik baik dari pihak ayah maupun bunda.
Hanya sepupu-sepupu jauh yang datang dan langsung pulang tidak menginap menemani Senja dan Cindy.
"Udah malem lu nggak pulang?" Senja
"pulang kemana? ini kan juga rumah gua Ja" Radika
Senja memeluk Radika dan kembali terisak di dada Radika
"maafin Ayah ya Dik kalau Ayah ada salah sama lu hiks...hiks..."
"nggak ada Ja, Ayah lu adalah Ayah gua juga nggak ada kata maaf di antara Ayah dan anak"
"Ayah udah beneran pergi Dik... gua nggak punya Ayah "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments