Senja menundukkan kepalanya agar bisa memangkas jarak antara dia dan Radika, bibir mereka bertemu satu sama lain, entah siapa yang memulainya kini mereka sudah berada di situasi yang panas.
Radika menindih tubuh Senja dan.....
"Dik Dika.... lu ngelamun? gua udah ngomong dari A Sampek Z lu malah ngelamun astaga...."
Semua itu terjadi di dalam pikiran Radika.
sial ! lagi-lagi gua bayangin ngelakuin itu sama Senja, udah jelas-jelas ada Angel yang sudah siap gituan sama gua tapi kenapa gua malah ngebayangin sama Senja? nggak bener nih otak gua (Radika)
"hwoaaa ngantuk gua, lu nggak pulang?" Senja
"lu ngusir gua?"
"ya kagak gua mau tidur bangun gih" Senja menggerak-gerakkan pahanya agar Radika bangun dari pahanya
"gua tidur sama lu ya"
"no" tegas Senja
Senja berdiri beranjak ke kamarnya tapi Radika menahannya
"Ja"
"apa?"
"nggak deh nggak jadi"
"yaelah nggak jelas lu, gua masuk dulu jangan lupa cek semua pintu lu kunciin tuh yang belum di kunci "
"iya"
......................
"Dik.... Dik.... buka Dika Radika.... hiks...hiks....hiks..."
"lu kenapa Ja?" Radika kaget melihat Senja menangis di depan kamarnya
"Ayah Dik.... Ayah kena serangan jantung "
"astaga, terus gimana sekarang keadaannya?" Radika merengkuh Senja ke pelukannya mencoba menenangkan sahabat karibnya itu
"kata Bunda Ayah kritis di rumah sakit"
"terus gimana? kita nyusulin kesana apa gimana?"
"nggak tahu" Senja menenggelamkan wajahnya di pelukan Radika.
"udah lu tenang dulu, kita bicara sama mama papa ya "
Senja mengangguk.
Jam menunjukkan pukul dua pagi saat Radika memboyong Senja ke rumahnya. Semua anggota keluarga terbangun dan mendiskusikan apa yang harus di lakukan selanjutnya.
"gini aja kita tidak akan bisa tenang kalau kita diam disini, kita nyusulin mereka ke sana pagi ini juga bagaimana?"
"aku setuju pah paling nggak kita tau dengan mata kepala kita sendiri keadaan mas Aditya "
"ok kita semua prepare ya, Abang Rendra papa tugasin Abang beli tiket online ke negara M untuk kita semua, Radika kamu bantu Senja prepare sekarang"
"ok pah"
Semua orang sibuk dengan tugas masing-masing hingga jam menunjukkan pukul enam pagi, semua orang sudah bersiap di bandara.
......................
"Bunda...." Senja memeluk sang ibu menumpahkan kekhawatiran nya, di lihatnya sang Ayah tengah berbaring di ruang ICU dengan berbagai peralatan yang menempel di tubuhnya
"mas Aditya gimana mbak?" Melinda memeluk Cindy ingin menguatkan satu sama lain
"mas Adit kritis Mel, terimakasih Rio dan Melinda sudah mau mengantar Senja bertemu Ayahnya"
"mbak jangan ngomong gitu Senja juga anakku mbak seperti mbak menganggap Radika dan Rendra"
"keluarga Tuan Aditya boleh masuk ke bilik doktor Hasanuddin " seorang suster mempersilahkan Cindy untuk menemui seorang dokter spesialis jantung ke ruangan sang dokter
"ok nurse "
"kamu duduk disini dulu ya sama bang Rendra dan Radika biar Om Tante dan Bunda yang menemui dokternya "
"Senja pengen ikut om"
"Ja... kita tunggu disini sebentar ya" Rendra mencoba menenangkan Senja
Kedua orang tua Radika dan Cindy masuk ke ruangan sesuai yang di katakan sang suster tadi.
"excuse me"
"silahkan masuk, silahkan duduk"
"dokter bagaimana keadaan my husband ?"
"Saya akan memberitahu anda bahawa sebenarnya Tuan Adit mempunyai sejarah kanser yang telah merebak ke seluruh bahagian tubuhnya termasuk tulang belakang. Dan selepas kami menganalisis kanser ini, hampir 50 peratus daripadanya bersarang di dalam badan Pak Adit. Kami telah cuba membuang kanser tersebut tetapi sebenarnya kanser itu terus merebak. Di sini saya dan pasukan doktor yang lain telah melakukan segala yang mungkin untuk cuba menyembuhkan Tuan Adit. Dan kini kita hanya mampu berdoa kepada Allah agar Tuan Adit diberi kesembuhan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments