Felicia sudah memantapkan hati untuk tidak kembali menjadi model. Dia ingin memperbaiki kesalahan sebelum Satria mengetahui langsung hubungan terlarangnya. Beruntung dia punya mama yang bisa diandalkan, sehingga perselingkuhannya tidak sampai terendus suami dan anak buahnya.
Felicia sudah berdandan sangat seeksi. Dia ingin segera mendapatkan keturunan dari Satria supaya posisinya bisa lebih aman. Walaupun nanti dia ketahuan selingkuh, tapi anaknya pasti bisa menjadi tameng untuk Felicia.
“Sayang, udah selesai mandinya?” tanya Feli sembari tersenyum menggoda.
“Iya, Sayang. Tidur yuk! Aku capek banget,” jawab Satria. Dia merangkul pundak Feli dan membawanya menuju kasur.
Satria merebahkan tubuhnya dan bersiap untuk tidur, tetapi Feli mulai naik ke atas dadanya dan memaksa Satria membuka mata.
“Sayang, kita bikin dedek yuk!” ajak Feli dengan senyum menggoda.
Satria yang sudah dua kali pelepasan, rasanya sedang tidak berniat untuk melakukan kewajiban suami istri bersama Feli. Akan tetapi, dia tidak ingin menolak ajakan Feli secara langsung yang mungkin akan menimbulkan kecurigaan pada wanita itu. Biar bagaimanapun, Satria masih sangat mencintai istri pertamanya.
“Hari ini aku capek banget, Sayang. Besok pagi-pagi juga aku harus ke kantor ada berkas klien yang belum aku periksa.” Satria mengecup kening sang istri dengan mesra. Dia lalu merebahkan tubuh Feli di sampingnya dan memeluk wanita itu. “Kalau kamu sudah berhenti bekerja, artinya kamu punya waktu untuk aku. Sekarang nikmati hari-hari kita seperti baru menikah dulu. Masalah anak, hadir kapan pun, kita tidak usah ambil pusing.”
Kata-kata Satria seolah menegaskan laki-laki itu belum siap menjadi seorang ayah, dan Feli harus kecewa karena hal itu. Impiannya untuk segera memiliki anak, harus tertahan karena Satria bilang masih ingin menikmati waktu berdua saja.
“Sayang, tapi kamu anak laki-laki satu-satunya. Sudah seharusnya kamu memikirkan penerus keluarga,” kata Feli tetap berusaha menggoyahkan keinginan Satria.
“Masalah anak itu rejeki, Sayang. Kalau udah waktunya dikasih pasti dikasih kok. Kalau tiga sampai lima tahun lagi kamu belum hamil, baru kita usaha dengan jalan lain. Udah ya, aku enggak mau bahas ini, aku ngantuk, Fel.”
Satria mendekap erat tubuh Felicia, membuat wanita itu kehilangan kesempatan untuk membantah lagi.
Kamu harus membuatku hamil, Sat. Bagaimanapun caranya, aku harus hamil dan kembali menjadi model.
***
***
***
Kania sudah bangun pagi-pagi dan membuat sarapan. Tidak ada Satria yang menemani tidurnya, membuat wanita itu kembali terbiasa bangun pagi, bersih-bersih dan memasak. Setelah itu, baru mandi dan sarapan.
Satria yang beralasan ada pekerjaan di kantor, ternyata malah mendatangi Kania. Dia merindukan masakan Kania karena Feli tidak pernah memasak untuknya.
Saat masuk ke apartemen, Satria tidak menemukan Kania, hanya ada aroma masakan yang menggugah seleranya. Dia tersenyum dan meletakkan tas kerja serta jasnya di kursi makan. Lalu, laki-laki itu masuk ke kamar yang biasa ia tiduri bersama Kania.
Suara gemericik air di kamar mandi membuat kelegaan di hati Satria. Dia duduk di tepi ranjang sambil menunggu istrinya keluar.
Kania keluar kamar mandi, masih dengan handuk yang menutupi dada hingga setengah pahanya. Pemandangan yang sukses membuat adik kecil Satria terbangun.
Laki-laki itu secara refleks menelan ludahnya, membuat jakunnya naik turun. Meski sudah sering melihat Kania tanpa sehelai kain, tetap saja penampilan Kania pagi ini membuat jiwa lelakinya ingin menerkam sekarang juga.
“Sayang, kamu kapan datang?” tanya Kania dengan bahagia. Dia menghampiri suaminya yang masih mematung di tempatnya.
Tiba-tiba Satria menarik tubuh Kania hingga wanita itu terduduk di pangkuannya. “Kamu menggoda sekali pagi ini, Kanya,” kata Satria dengan suara serak menahan gairah. Dia langsung mencium Kania dan memainkan tangannya di bukit kenyal sang istri yang masih terbalut handuk.
Kania menndeesah karena ulah Satria itu, hingga akhirnya mereka melakukan kegiatan yang menguras keringat pagi itu.
***
***
Sepulang kerja, Satria tidak langsung ke rumahnya. Dia pulang ke apartemen dan makan malam bersama Kania. Dia merasakan rasanya tergila-gila dan ketagihan saat bersama Kania. Hal yang tidak Satria rasakan saat bersama Felicia.
“Kanya, kalau selamanya kita seperti ini, apa kamu masih mau bersamaku?” tanya Satria setelah selesai makan masakan istri mudanya.
Kania mengambil minum sebelum menjawab pertanyaan Satria itu. “Sampai selesai kontrak, aku akan tetap bersamamu. Aku bukan orang yang ingkar janji, aku juga melakukan ini karena tidak mau berutang lagi. Kalau aku meninggalkanmu sebelum kontrak kita selesai, itu artinya aku tetap berutang sama kamu, sisa hari yang aku tinggalkan.”
Satria menghela napas berat. Dia mengangguk pelan berulang kali. Lalu, dia mengambil ponsel dan mentransfer seluruh uang yang tertulis dalam perjanjian mereka. Bayaran Kania selama setahun menjadi istri kontrak Satria.
“Lunasi semua utangmu, dan tidak usah bekerja lagi, Kanya. Aku ingin kamu selalu ada di sini kapan pun aku datang. Setiap bulan uang jatahmu tetap aku penuhi, aku yakin perusahaan mana pun tidak akan menggajimu sebanyak itu,” kata Satria dengan tatapan serius.
Dia menarik tangan Kania dan berharap wanita itu akan mematuhinya.
“Aku bisa saja keluar dari pekerjaan dan melayanimu dengan baik, tapi setelah kontrak kita berakhir, apa aku bisa mendapat pekerjaan yang lain?” tanya Kania dengan mata berkaca-kaca.
“Kanya, kita bisa memperpanjang kontrak kita, ‘kan? Aku sudah merasa bahagia sama kamu, aku enggak mau melepaskan kamu, Kanya.”
“Aku juga ingin hidup normal. Hidup bahagia bersama suami dan anak-anakku. Bukan seperti ini terus. Apa kamu ada keinginan untuk menceraikan istrimu?” Kania berdiri dan membawa piring-piring kotor bekas mereka. Dia mencuci piring sambil menahan tangis.
Sadarlah Kania, kamu harus sadar posisi. Kamu hanya perusak rumah tangga orang, kamu benalu Kania.
Batin Kania terasa perih dan sesak. Beraninya dia mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin dari laki-laki itu.
“Aku tidak tahu karena aku tidak punya alasan kuat untuk menceraikan Felicia.”
Melihat punggung Kania bergetar, Satria tahu bahwa wanita itu sedang menangis. Dia memeluk Kania dari belakang dan membisikkan harapannya.
“Aku janji, Kanya. Aku akan menjadikanmu istri sah. Laki-laki bisa memiliki dua istri dan itu tidak dilarang. Pelan-pelan aku akan meyakinkan Feli,” kata Satria.
Kania semakin menangis mendengar janji yang diucapkan Satria. Laki-laki itu seolah memberikan harapan yang tinggi untuknya. Akan tetapi, Kania takut jika dia jadi berharap lebih karena ucapan Satria itu.
****
****
Beberapa hari ini, Satria pulang larut malam. Tentu saja dia harus mencuri-curi waktu untuk bisa menemui Kania terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah menemui istri pertamanya.
Secara kebutuhan lahiriah, Satria memang tidak kekurangan, tapi tetap saja dia merasa pusing karena memikirkan bagaimana caranya supaya Kania tetap bersamanya.
Dia akhirnya memerintahkan sekretarisnya untuk mencari tahu di mana Kania bekerja karena dia ingin membuat Kania dikeluarkan dari pekerjaannya.
“Kamu pulang malam lagi, Sayang?” tanya Feli saat suaminya baru masuk kamar.
“Iya, Sayang. Maaf ya, aku banyak kerjaan,” jawab Satria sambil melepaskan pakaian dan berjalan cepat memasuki kamar mandi.
Apa karena terlalu banyak perusahaan yang dikelola, dia jadi sesibuk ini? Pantas saja dia lebih suka tinggal di apartemen yang lebih dekat dengan kantor.
***
Kembang kopinya jangan lupa 💋💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Eti Alifa
sekelas CEO kok goblok ga tau istrinya selingkuh kan pnya uang bnyk, byr kek mata2.
2025-02-15
1
liberty
preeeeettttt...biasa kita benci ma pelakor yekan...ini aku malah pingin napok tuh mulut bang sat 😏😒
2024-06-28
1
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
cepat2 ceraikan saja si feli bang sat
2024-04-01
0