"Nona mencari sesuatu?" tanya bi Wati mengulang pertanyaannya
"Aku hanya mencari makanan, tapi sepertinya tidak ada"
"Nona ingin makan apa? Biar bibi masakan" ucap bi Wati sembari berjalan menuju kulkas
"Tidak perlu bik, bibik tidak perlu repot repot, aku bisa masak sendiri nanti" ucap Bianca
"nona bisa memasak?" bik Wati langsung membekap mulutnya, ia berbicara terlalu lancang tadi "Maaf non, bibik tidak bermaksud..."
"Tidak apa apa bik, lagipula aku memang tidak bisa masak" ucap Bianca meringis "Tapi nanti aku akan memasak mie instan saja" ucap Bianca sembari berbalik mengambil panci dan meletakkannya diatas kompor
"Tapi di rumah ini tidak ada mie instan"
"Ahhh oh iya aku sampai lupa, tadi juga aku sudah mencarinya. Ya sudah nanti Bia makan buah saja kalau begitu
"Bibi ada mie instan di kamar, kalau non mau, bibi bisa ambilkan" ucap bi Wati dan dengan segera di jawab anggukan kepala oleh Bianca
Bianca menyantap mie instan di hadapannya dengan rakus. Sepanjang acara resepsi berlangsung, ia tidak makan sama sekali, dan sekarang perutnya meronta untuk segera diisi. Nasibnya beruntung untuk kali ini karena bi Wati mempunyai stok mie instan yang bisa ia makan malam ini. Lagipula ia masih sedikit penasaran, bagaimana bisa keluarga ini tidak memiliki satu bungkus mie instan pun?
Sruttt...
Suara seruputan itu terdengar begitu menggiurkan. Bahkan kak Chintya yang sejak tadi berada di pintu masuk dapur bersama bi Wati pun hanya mampu menggelengkan kepalanya menyaksikan tingkah absurd adik iparnya. Kak Chintya tidak menyangka jika adik iparnya yang terkenal ini, memiliki sisi norak yang tidak tertandingi.
"Bia..."
Uhukk
Dengan cepat kak Chintya menjalankan kursi rodanya kearah Bianca, demi memberinya minum. Diraihnya gelas yang memang sudah terisi air itu lalu di sodorkannya pada Bianca, dan Bianca pun dengan segera meminum air itu sampai tandas. Bianca tidak menyangka jika tingkah absurd-nya tadi menjadi pusat perhatian kakak iparnya ini
"Kakak, sejak kapan disini?" tanya Bianca masih terbatuk
"Sejak awal kau memakan mie instan itu" sahut kak Chintya menahan senyumnya, ia tidak tahan untuk tidak tersenyum saat melihat wajah adik iparnya yang tampak merah menahan malu "Tidak perlu malu, habiskan saja makananmu" kak Chintya kembali mendekatkan mangkok mie instan itu ke hadapan Bianca
"Mmm aku... sebenarnya sudah kenyang kak. Tapi karena takut mubadzir makanya aku makan saja" elak Bianca, ia masih terlalu malu untuk mengakui jika perutnya masih belum kenyang setelah menghabiskan sebagian mie instan itu
"Benarkah?" tanya kak Chintya tidak yakin
"Tentu saja"
"Baiklah, sejujurnya kakak ingin memakan mie instan, jadi... boleh kakak menghabiskannya?"
"Tentu saja, tapi... tidak mungkin memakan mie instan ini kan?" tanya Bianca menunjuk pada mangkok mie instannya yang tersisa setengah
"Why not? Kakak akan memakannya"
Kak Chintya meraih mangkok itu dan mulai menyantap mie instan itu perlahan, ia benar benar menikmati kenikmatan dari mie instan tersebut. Karena sejak ia berada diatas kursi roda, Riko tidak pernah mengizinkannya untuk memakan makanan sembarangan lagi, terutama mie instan. Bahkan rumah yang tadinya menyimpan segudang mie instan itu, kini tidak lagi menyediakan sebungkus mie instan pun
"Oh iya, dari mana kau mendapatkan mie ini?" tanya kak Chintya di sela sela makannya
"Bi Wati yang memberikan" jawab Bianca jujur sembari menatap nanar mie instan lezat yang kini menjadi santapan kakak iparnya
"Oh" kak Chintya mengangguk anggukn kepalanya "Lalu diman Riko?" tanya kak Chintya lagi
"Mmm.. Anu... Riko.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments