Helaan nafas kembali terdengar, tuan Andre tampak sangat frustasi dengan masalah yang kini ia hadapi. Media informasi dunia memang semakin canggih, bahkan hanya dengan secuil ketikan bisa menimbulkan kontroversi yang tidak berkesudahan. Tetapi ia harus bisa menyelesaikan masalah ini, kebahagiaan putrinya adalah yang utama
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya tuan Andre pada akhirnya
"mmm tuan maaf jika saya lancang, menurut saya permasalahan ini adalah permasalahan pribadi, jadi alangkah baiknya jika masalah ini kita selesaikan dengan cara pribadi" ucap om Iwan
"Jangan bertele tele Iwan, katakan apa maksudmu!"
"Menurut saya, mungkin lebih baik jika nona Bianca dan nak Riko di nikahkan"
"Tidak!" Bianca berdiri dari duduknya saat mendengar penuturan om Iwan "Tidak akan ada pernikahan antara aku dengan laki laki manapun, selama ayahku masih ada" tolak Bianca
"Bianca... "
"Tidak ayah, aku tidak bisa pisah dari ayah, lagipula Bia sama sekali tidak mengenal laki laki ini, jadi tidak ada alasan untuk Bia menerima pernikahan ini"
Setelah mengatakan itu, Bianca segera berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Yang akan ia lakukan saat ini adalah mengurung diri di kamar hingga akhirnya membuat ayahnya tak tega dan akhirnya menolak usulan om Iwan. Selama ini cara ini sangat ampuh jika lawannya adalah sang ayah, tapi untuk kali ini Bianca sedikit tidak yakin, tapi apa salahnya mencoba bukan?
Tok... tok...
"Sayang, ayah boleh masuk?"
"Biar aku yang membujuk Bianca"
Tampaknya ayahnya tidak sendiri, terbukti dengan suara seseorang yang sangat Bianca kenali. Untuk sekarang Bianca sedikit cemas, jika dugaannya tentang perempuan yang bersama ayahnya saat ini benar, maka bisa di pastikan usahanya untuk meluluhkan hati sang ayah dengan cara ini pasti akan gagal. Bianca menajamkan pendengarannya agar bisa lebih jelas mendengar suara perempuan itu
Tok
"Sayang... Mami boleh masuk?"
"Bia... "
Bianca masih bertahan dengan mode diamnya walaupun saat ini cobaan berat tengah menghampirinya. Ia terus menarik nafas dan menghembuskannya perlahan, ia melakukan itu terus menerus agar tidak goyah dengan suara lembut yang sejak tadi memanggilnya. Bianca bahkan memejamkan kedua matanya dengan kedua tangan berada di telinganya, ia masih berusaha kerasa agar tidak menjawab panggilan lembut itu.
"Bia... Mami masuk ya..."
Hufff
"Masuk mam, pintunya tidak di kunci"
"Sayang..."
Wanita itu mendorong pintu kamar Bianca, hingga kini ia bisa melihat dengan jelas Bianca yang sedang bersandar di kepala ranjang, dengan satu buah bingkai foto dalam pangkuannya. Wanita itu merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Bianca, dan Bianca pun dengan sukarela menyambut uluran tangan dari wanita paruh baya tersebut. Selesai aksi saling peluk melepas kerinduan, keduanya duduk diatas ranjang Bianca. Sesaat keheningan melanda ruangan itu, hingga akhirnya wanita tersebut mulai membuka suara
"Ayah sudah cerita semuanya ke mami" Bianca menatap wajah wanita tersebut, menunggu kata berikutnya yang akan ia ucapkan "Menurut mami ini adalah jalan terbaik untuk kamu. Demi karier dan nama baik kamu"
"Tapi... Bia..." Bianca menundukkan wajahnya, ia masih belum bisa menatap mata wanita di hadapannya ini
Wanita itu bergeser sedikit dan mendekati Bianca, diusapnya pucuk kepala Bianca dengan sayang. "Hidup ini adalah sebuah perjalanan sayang, mau tidak mau, suka tidak suka, kamu harus melanjutkan hidupmu ke jenjang selanjutnya. Menikah, mempunyai anak, tua, semua harus kamu jalani. Kalau kamu tidak melalui fase fase dalam kehidupan ini, kamu tidak akan pernah menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya"
"Tapi mam... Bian..."
"Mami tahu, kamu ingin selalu bersama ayah-kan? Dan menemani ayah menjalani hari tuanya. Mami faham sayang, tapi kamu juga harus memikirkan kebahagiaan kamu sendiri, kamu juga harus menjalani kehidupan yang selanjutnya. Ayah juga pasti ingin melihat kamu menikah, ayah pasti ingin melihat kamu bahagia bersama pasangan kamu, dan yang pasti, di usia ayah yang sekarang, dia pasti menginginkan seorang cucu. Merasakan menimang cucu untuk pertama kalinya adalah kebahagiaan untuk kami para orang tua" Wanita itu menunjukkan senyum teduhnya sembari terus mengusap kepala Bianca yang terus menunduk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments