Bianca menutup pintu kamarnya setelah memastikan sepasang suami istri itu sudah jauh dari kamarnya. Ia duduk di ranjang sembari membuka kopernya yang berada tepat disamping ranjang, hal pertama yang ia dapati setelah membuka koper itu adalah foto ayah dan bundanya yang memang selalu ia bawa kemana mana. Foto kemesraan antara ayah dan bundanya, dengan perut buncit sang bunda yang saat itu tengah mengandung dirinya.
Foto inilah yang selalu membangkitkan semangatnya saat lelah atau down karena urusan pekerjaan. Bianca kembali memasukkan foto itu kedalam koper, dan mengambil piyama yang berada di dalam kopernya. Ia segera menuju kamar mandi untuk berganti pakaian. Setelah selesai dengan urusannya di kamar mandi, Bianca keluar dari kamar mandi dengan menggunakan piyama berwarna khaki yang dipadukan dengan jilbab instan berwarna hitam miliknya. Jika ditanya mengapa ia mengenakan jilbab bahkan disaat sendiri dan di dalam kamar, jawabannya adalah karena bahkan ia pun tidak bisa menjamin bahwa tidak akan ada yng masuk ke kamarnya dan akhirnya melihat aurat yang tidak seharusnya ia perlihatkan
Pagi 04:59🔆
Bianca tampak menggeliat pelan saat mendengar pintu kamarnya dibuka dari luar. Bianca sudah bisa menebak siapa orang yang berada di balik pintu, itu pasti mba Nini. sudah menjadi kebiasaan wanita empat puluh tahunan itu untuk membangunkannya di jam yang masih terbilang pagi ini, alasannya hanya satu, hanya ingin menjalan perintah tuan besar yang selalu mengingatkan dirinya agar tidak meninggalkan shalat dimanapun dan kapanpun.
Bianca menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya. Ini masih terlalu pagi untuknya bangun, bahkan ia merasa baru beberapa menit yang lalu ia tertidur, dan sekarang sudah pagi saja. Sebagai seorang muslim yang sejak dini diajarkan untuk taat dan menutup aurat, tentu ini bukan hal yang seharusnya ia lakukan. Namun kembali lagi, dirinya hanyalah manusia biasa yang bisa saja merasa malas.
Terdengar langkah kaki yang berangsur mendekat kearahnya, ia yakin mba Nini kini sedang berjalan dan siap membangunkannya. "Mba Nini ini masih pagi, 5 menit lagi. Please" pinta Bianca dari balik selimut
Hening...
Bianca tidak mendapati jawaban apapun dari mba Nini, justru ia merasakan satu beban berat yang kini bertambah pada ranjangnya. Di detik berikutnya ia di buat terkejut dengan suara seseorang yang berkumandang menyebut namanya. Bianca sangat mengenal suara ini, ini adalah suara... Mba Nini?
"Morning cantik, bangun, shalat subuh, setelah itu mandi. Ingat! Keberangkatan kita pagi in... i"
Mba Nini tampak mematung diambang pintu saat melihat seseorang yang ia yakini adalah seorang laki laki yang kini tengah tertidur nyenyak di ranjang yang ditempati oleh Bianca. Sedangkan Bianca yang mendengar suara mba Nini, segera membuka selimut yang membalut tubuhnya. Alangkah terkejutnya ia saat mendapati laki laki asing yang kini tertidur disampingnya, dan masih mengenakn setelan jas lengkap
"Bia... "
Bianca kembali tersadar saat mendengar teriakan mba Nini. Ia segera bangkit dari ranjangnya, dan berjalan menuju mba Nini yang masih terpaku diambang pintu. Ditatapnya mata teduh itu, ia tahu ada kekecewaan disana, tapi ini tidak seperti apa yang mba Nini fikirkan
"Mba, Bia tidak tahu siapa laki laki itu" Bianca memegang tangan mba Nini untuk meyakinkan
Mba Nini masih diam, ia masih terkejut dengan apa yang di dapatinya pagi ini. Artisnya, boss-nya, dan orang yang sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri kini tengah tidur bersama seorang pria dalam satu ranjang. Mba Nini yakin bahwa tidak terjadi apa apa disini, hnya saja fikirannya masih berkelana dan bertanya tanya tentang bagaimana laki laki itu bisa masuk ke kamar majikannya. Bukankah Bianca selalu mengunci kamarnya?
"Tadi malam, pintunya di kunci kan?" mba Nini bertanya dengan hati hati
"Aku mengun... " Bianca diam, tampak mengingat ingat dalam otaknya, apakah semalam ia mengunci pintu atau tidak "Aku... Aku lupa mengunci pintunya mba"
Brak...
Pintu terbuka dengan kasar, menampakkan beberapa karyawan motel dan beberapa warga yang kini menatap kearah ranjang, dimana laki laki itu berada "Itu dia pak, lihat! Mereka melakukan hal tidak senonoh disini" ucap salah satu warga
Bianca dan mba Nini tampak gelagapan menghadapi situasi ini. Mereka bingung harus berbuat apa, bahkan untuk sekedar memanggil om Iwan untuk di jadikan tamengpun rasanya tidak mungkin, mengingat pintu kamar yang kini dipenuhi oleh para warga. "Pak, ini tidak seperti yang kalian lihat"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments