ALVIN Berusaha Bangkit
...Happy Reading ...
......................
Debuman suara hantaman akibat kecelakaan di persimpangan jalan itu, terdengar sangat nyaring dan mencekam, decitan rem dan gesekan ban mobil dengan aspal terdengar, membuat siapa saja yang berada di sana akan ikut meraskan kengeriannya.
Siang menjelang sore itu, di persimpangan jalan kota Jakarata, sebuah mobil sedan mewah, terlihat tertabrak oleh sebuah mobil truk dari arah samping, hingga terseret beberapa meter dari tempat kejadian.
Para pengguna jalan dan warga yang berada di sekitar tempat kejadian, langsung menghentikan aktivitasnya dan mengerumuni kejadian nahas yang terjadi.
Polisi dan mobil ambulan pun berdatangan tidak lama kemudian. Mencoba menyelamatkan korban yang semuanya masih berada di dalam mobil.
.
.
"Hah!"
Alvin membuka matanya cepat dengan boleh mata hampir terlihat semuanya, napas memburu pun mengiringinya.
Dia mengedarkan pandangannya, melihat tempatnya berada saat ini. Berharap semua itu hanyalah sebuah mimpi.
Namun, ruangan persis sebuah kamar rumah sakit, dengan infus yang tertancap di tangannya, juga semua rasa sakit yang dia baru saja sadari, membuat harapannya pupus.
Alvin menenteskan air matanya sambil beranjak bangun, dia merasakan kepalanya berdenyut begitu menyakitkan.
"Akh!" erangan itu terdengar dari mulutnya.
Alvin juga baru menyadari kalau di tangan dan kakinya terdapat banyak perban, juga kepalanya yang dililit, menandakan ada luka serius di sana.
"Bapak, Alin, di mana kalian?" lirihnya, sambil berusaha turun dari brankar rumah sakit.
Baru saja menginjakkan kakinya di lantai, seseorang sudah masuk dan mencegahnya untuk turun dari tempat tidur.
"Alvin, kamu sudah bangun, Nak?" ujar perempuan yang terlihat sudah berumur itu, sambil berjalan menghampiri Alvin.
"Nenek?" lirih Alvin, menatap bingung kehadiran neneknya.
"Ayo duduk lagi, kamu baru saja sadar, gak boleh ke mana-mana dulu." Esih–nenek Alvin, langsung membantu Alvin untuk naik lagi ke brankar.
"Nenek kok ada di sini? Bapak sama Alin mana, Nek?" tanya Alvin, menatap bingung wajah Esih.
Perempuan berumur itu terlihat terdiam sebentar, dia tidak langsung menjawab pertanyaan dari cucunya itu.
"Bapak kamu sama Alin ada, tenang saja ya. Kamu istirahat dulu aja," jawab Esih, sambil menekan tombol di belakang tempat tidur, untuk memanggil dokter atau perawat.
Alvin kembali merebahkan tubuhnya, menuruti perkataan neneknya, walau di dalam hati masih ada yang belum terpuaskan.
Beberapa saat kemudian, dokter pun datang untuk memeriksa keadaan Alvin, semua tanda-tanda vitalnya sudah baik, sekarang hanya tinggal pemulihan luka-luka luarnya.
Alvin hanya mendengarkan perbincangan nenek dan juga dokter itu, yang bediri tidak jauh dari tempatnya. Dia tidak bisa mendengar secara jelas karena mereka yang sedikit memelankan suaranya.
Alvin termenung, dengan mata melihat langit-langit rumah sakit, perlahan dia mulai menutup mata, mengingat kembali kejadian yang membuatnya terbaring di sini saat ini.
Flashback
"Alvin, gimana kalau sebelum pulang, kita mampir dulu di warung depan? Aku lapar banget, nih," tanya salah satu teman sekolahnya.
Mereka sedang berjalan beriringan ke luar sekolah, mengingat ini sudah waktunya pulang.
"Boleh juga, aku juga lapar nih," jawab Alvin, menyetujui saran salah satu temannya.
Mereka pun akhirnya berjalan bersama, menuju salah satu warung makan yang tidak jauh dari sekolah. Baru saja sampai di depan warung makan itu, sebuah mobil tampak berhenti di depannya.
Seorang laki-laki yang masih tampak muda terlihat ke luar dari mobil itu, diiringi dengan seorang gadis kecil, berusia kira-kira sepuluh tahun.
"Kak Alvin!" panggil gadis kecil itu dengan riang.
Alvin tersenyum lebar, melihat kedatangan kedua orang yang sangat disayanginya itu.
"Maaf ya, kayaknya aku gak bisa ikut makan nih. Udah dijemput sama bapak dan Alin," ujar Alvin pada teman-temannya.
"Yah, gak seru deh kalau kamu gak ikutan." Mereka berkata lemas.
"Nanti lagi deh, aku traktir kalian semua. Aku duluan," jawab Alvin sambil berpamitan.
Setelah mendapatkan anggukkan dari semua teman-temannya, remaja itu pun pergi menghampiri ayah dan juga adiknya.
"Kok tumben, kalian jemput aku? Bapak gak kerja?" tanya Alvin, setelah berada di depan kedua orang itu.
"Aku yang mau jemput Kak Alvin," ujar Alin, sambil menggoyangkan manja tangan sang kakak.
"Kenapa, kok tumben? Biasanya juga kamu asik main sama temen-temen kamu," tanya Alvin, dia sedikit merasa aneh, melihat ayah dan adiknya menjemputnya ke sekolah.
Setelah dia masuk ke sekolah menengah pertama, dia memang tidak pernah lagi diantar jemput, dirinya lebih suka pulang dan pergi ke sekolah bersama dengan para teman-temannya.
Lagi pula jarak dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh, dia hanya perlu waktu kurang lebih lima belas menit, bila menggunakan kendaraan umum.
"Kakak bener-bener lupa ya, hari ini hari apa? Astaga!" ujar Alin, dengan wajah yang dibuat kesal.
Alvin memgerutkan keningnya, mendengar pertanyaan dari adiknya, dia berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi pada hari ini.
"Memangnya ada apa?" tanya Alvin menatap ayah dan adiknya bergantian.
"Sudahlah, lebih baik kita masuk ke mobil sekarang, tidak baik ngobrol di pinggir jalan gini," ujar Hardi Bramantya–ayah Alvin.
"Iya, ayo masuk ke mobil," ajak Alvin, membuka pintu mobil di bagian belakang untuk adiknya.
Setelah memastikan Alin masuk dengan selamat, Avin pun masuk ke dalam mobil di kursi penumpang bagian depan.
"Lets go, Bapak!" ujar Alvin dan Alin bersamaan.
Hardi tersenyum, melihat keceriaan kedua anaknya, dia kemudian mulai mengemudikan mobil milik bos barunya, setelah mengalami kebangkrutan satu tahun yang lalu.
Dia bersyukur di dalam hati, saat kedua anaknya kini sudah bisa menjalani hidup yang sederhana.
Alvin dan Alin terus berbicara di sepanjang perjalanan, mereka saling bercanda satu sama lain, membuat senyum dan tawa itu seakan tidak pernah mau pergi dari wajah ketiganya.
"Kak Alvin, masa belum ingat juga sih, hari ini hari apa!" ujar kesal Alin pada akhirnya, karena Alvin terus saja berucap lupa akan acara hari itu.
Alvin sedikit memiringkan tubuhnya, demi melihat keberadaan adiknya yang terlihat sedang mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Tentu saja kakak ingat, hari ini adalah hari ulang tahun kamu kan? Selamat ulang tahun ya, gadis kecil ku," ujar Alvin, dengan tangan mengacak puncak kepala adiknya itu.
"Terima kasih, kakakku yang tersayang. Aku kira, Kak Alvin, beneran lupa ... ish, ternyata cuman mau ngerjain aku aja," cebik Alin, membuat tawa Alvin dan Hardi pecah bersamaan.
"Kamu itu kayak gak tau kakak kamu saja, dia itu kan memang suka jahil," ujar Hardi, diiringi dengan tawanya.
Mobil hendak berbelok di persimpangan jalan, saat tiba-tiba dari arah samping, terlihat mobil truk dengan kecepatan tinggi.
Alvin yang saat itu memang sedang menghadap samping, karena sedang berbicara dengan adiknya pun, melebarkan matanya dan berteriak memperingatkan sang ayah.
"Bapak, awas!"
Kejadian nahas siang itu pun terjadi, semuanya begitu cepat hingga Alvin, Hardi, dan Alin, seakan tidak menyadarinya.
Alvin meringis merasakan sakit di sekujur tubuhnya, terutama kepala, dia sempat tersadar dan melihat ayah juga adiknya sudah tidak sadarkan diri dengan luka yang parah, hingga akhirnya kegelapan merenggut semua kesadarannya lagi.
Flashback off
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
asep harja
eng ing eng.....ky nya seru nih ..ada bawang nya juga👍
2024-05-13
0
YT FiksiChannel
komentar ini bakal viral
2023-03-19
1
Harman LokeST
sudah sembuh
2022-11-24
1