...Happy Reading...
......................
Siang hari Alvin sudah menyelesaikan tugasnya, untuk memotong pohon padi di bagian yang sudah diberikan oleh Darman.
Kali ini, Alvin tinggal mengumpulkannya, agar besok pagi bisa dirontokkan oleh mesin, agar butir padi dan barangnya terpisah secara otomatis.
Menurut Alvin ini lah tugas yang lumayan berat, dikarenakan dia harus bolak-balik membawa pohon padi, di sawah yang masih setengah basah, hingga kakinya terasa berat oleh lumpur.
Cuaca yang terik pun, semakin menguras habis tenaga remaja itu. Hingga Alvin lebih banyak berhenti, untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Jam lima sore, akhirnya Alvin selesai dengan tugasnya hari ini, dia pun pulang bersama Darman dan Esih.
Pada saat-saat panen seperti ini, petani seperti Darman dan Esih, akan lebih sibuk dari biasanya. Luas sawah yang tidak sedikit, membuat pekerjaan mereka tidaklah bisa selesai hanya dalam satu hari.
Di akhir pekerjaannya, biasanya Alvin akan mendapatkan setengah dari hasil yang dia bisa kerjakan.
Misalnya, bila Alvin mendapatkan lima puluh kilo padi yang sudah bersih selama pekerjaannya. Maka upah yang diberikan kakek dan neneknya adalah dua puluh lima kilo padi.
Namun, semua itu menjadi berbeda jika Alvin bekerja di orang lain, maka mereka hanya akan membagi menjadi lima banding dua, atau lima banding satu, semua itu tergantung dengan kebaikan yang punya sawahnya.
Contohnya, bila Alvin mendapatkan lima puluh kilo padi, maka upah yang didapatkannya adalah sepuluh sampai dua puluh kilo padi.
Darman dan Esih, sebenarnya tidak tega melihat Alvin yang harus bekerja keras di sawah. Akan tetapi, itulah cara yang mereka pilih untuk mendidik sekaligus memberi semangat kepada Alvin, agar mau terus berjuang, untuk meraih kehidupan yang lebih baik lagi.
Sebenarnya hasil dari padi yang didapatkan oleh Alvin, sebagian lagi Daraman dan Esih simpan, untuk menambah biaya bila Alvin ingin melanjutkan sekolahnya.
Mereka tidak mungkin mau mempekerjakan cucu sendiri dengan hitungan upah seperti itu, hanya saja Darman dan Esih memang sengaja melakukan itu, agar Alvin tahu bagaimana susahnya bekerja.
.
.
"Ada yang baru dapat duit banyak nih! Boleh dong bagi-bagi sama kita," ujar Dandi, saat Alvin berjalan di koridor sekolahnya.
Alvin yang tidak mau mencari masalah dengan sekumpulan berandal sekolah itu, berusaha menghindari dengan berbalik cepat, hendak mengambil jalan lain.
Namun, ternyata Pras lebih dulu menjegal jalannya, hingga terpaksa Alvin pun harus berhenti.
"Punya duit banyak, dia lari!" ujar Pras diiringi kekehan dari mulutnya.
"Aku gak ada uang," jawab Alvin singkat, sambil melihat satu per satu dari wajah para pelaku perundungan di sekolab itu.
"Gak usah bohong, kamu! Kemarin bukannya nenek sama kakek miskin kamu itu, jual padi ya? Berarti kamu juga banyak duit dong, kan kamu bantuin mereka," Dandi, mencoba memojokkan Alvin.
Alvin mundur beberapa langkah, untuk menghidar dari Dandi dan teman-temannya, hingga akhirnya punggungnya membentur tembok.
"Pasti dia menyembunyikan uangnya di saku, coba priksa!" ujar Dandi, bagaikan sebuah perintah bagi para teman-temannya.
Mereka pun langsung mencekal kedua tangan Alvin dan memeriksa setiap bagian tubuh Alvin, hingga akhirnya mereka mendapatkan uang jajan milik Alvin hari ini.
"Apa ini? Cuman segini uang yang kamu punya, hah?!" Dandi memperlihatkan uang jajan Alvin di depan wajahnya.
"Jangan, Dandi, itu uang untuk ongkos pulang." Alvin berusaha menahan uang yang sudah berada id tangan kakak kelasnya itu.
"Halah, alasan! Emang aku perduli, ini uang buat apa?!" jawab Dandi, tepat di depan wajah Alvin.
"Dasar miskin!" hardik Dandi sambil mengantongi uang milik Alvin.
Alvin terhuyung, saat dua orang teman Dandi yang memegang tangannya, melepaskannya dengan kasar.
Alvin menatap tajam Dandi dan teman-temannya, yang sedang berjalan menjauh darinya. Tatapannya menyiratkan emosi dan luka juga keputusasaan yang dalam.
Dalam hati, Alvin ingin sekali melawan perbuatan semena-mena Dandi dan teman-temannya. Akan tetapi, dia juga takut untuk menghadapi para orang dewasa di belakang mereka.
Tidak ada materi dan kekusaan, membuatnya hanya bisa pasrah dan menerima semua yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kuasa.
.
.
Bel pulang sekolah pun terdengar, menjadi sebuah tanda kalau pembelajaran untuk hari ini sudah selesai.
Banyak sisa dan siswi berebut untuk segera ke luar dari kelas, agar bisa terbebas dari kewajiban mereka sebagai seorang siswa.
Di depan sekolah, banyak pedagang yang sengaja berhenti di sana, hanya untuk menunggu saat-saat seperti ini.
Ya, sebagian banyak siswa, akan membeli jajanan di depan sekolah, untuk mereka makan sepanjang perjalanan pulang.
Ada juga angkutan umum yang sengaja memilih berhenti dan mencari penumpang di depan sekolah, mengingat banyak juga siswa yang memilih pulang menggunakan angkutan umum itu.
Alvin memilih ke luar paling belakang, dengan pandangan lurus dia terus berjalan menuju ke luar dari skeolah.
Sampai tempat parkir, tiba-tiba saja ada sebuah motor yang menyenggol tubuhnya, hingga dia terhuyung hampir terjatuh.
Alvin memegang tangan bagian belakangnya yang terasa berdenyut, karena terkena stang motor tersebut.
"Ada orang miskin, yang lagi jalan kaki nih! Kasihan ... hahaha!" ujar Dandi, sambil pergi mengendarai motornya semakin menjauh.
"Jalan kaki jangan di tengah jalan dong! Gak sadar diri!" sambung Pras yang mengendarai motor lainnya di belakang Dandi.
"Dasar miskin, huh!" Teman-teman Dandi yang lainnya pun ikut mengejek Alvin.
Alvin menatap kesal beberapa motor yang sudah mulai melewati gerbang sekolah, kemarahan di dalam dada semakin memuncak, saat dirinya kembali mendapatkan perundungan dari para anak-anak nakal itu.
Dia mengedarkan pandangannya, melihat sebagian besar teman-teman sekolahnya yang hanya melihat, dan menatapnya dengan tatapan penuh empati, tanpa ada yang mau maju untuk menghampirinya.
Alvin tersenyum miris, dia kemudian melanjutkan langkahnya, ke luar dari dalam sekolah, tanpa mau menghiraukan para siswa yang lainnya yang selalu menjadikannya perhatian utama.
Percuma saja punya otak pintar, kalau dia tidak punya uang.
Iya, padahal dia sudah berprestasi bagi sekolah. Tapi, sekarang dia tidak bisa apa-apa menghadapi Dandi dan teman-temannya.
Kasihan ... kepintarannya tidak berguna untuk apa pun, kalau lawannya adalah orang yang berkuasa.
Terdengar bisik-bisik para siswa, yang melihat kejadian Alvin dan Dandi siang itu. Alvin mengepalkan satu tangannya, menahan gejolak rasa marah di dalam dada.
Sedangkan satu tangan lagi, tanpa sadar meremas luka memar akibat terkena motor Dandi. Alvin melangkah ke luar dengan mata menatap lurus.
"Vin, mau bareng gak?" tanya Milka saat Alvin sudah berada di pinggir jalan.
Alvin menoleh, melihat gadis yang kini sedang menatapnya. Bibirnya tampak tersenyum dengan muka polos sedikit kemerahan karena terik panas matahari menjadi pemandangan yang pertama kali terlihat.
Semoga saja dia tidak melihat kejadian barusan. Alvin berdoa di dalam hati.
......................
Perundungan ... sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari dunia sekolah. Dari jaman dulu, sampai sekarang para pelaku perundungan seakan terus berigenerasi.
Sesuatu tindakan yang dianggap lumrah dan biasa saja. Walau tanpa disadari itu menjadikan sebuah kenangan yang memengaruhi sikologis seseorang ... entah itu pelaku ataupun korban.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
💜그의 아내 정국💜
siswa koq sisa
2022-08-07
1
Dimas Sam
iya kpn mati ada prundungn ... lapor guru aj jika prundungn nya d skitaran sekolah...biar jera tuh c Dandi dan in the geng ... greget thorr
2022-08-05
2