...Happy Reading...
......................
"Kita pisah di sini aja, ya. Aku mau mampir dulu ke rumah Bi Inah," ujar Alvin saat mereka berdua sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah.
"Mau beli telor bebek ya?" tanya Imran.
"Iya. Kamu duluan aja," ujar Alvin lagi.
"Ya udah, aku pulang duluan," jawab Imran sambil mengangkat tangannya, sebagai tanda perpisahan.
Alvin mengangguk sebagai jawaban. Rumah Bi Inah memang tidak terlalu jauh dari rumah neneknya.
Namun, untuk mencapai rumah Bi Inah, Alvin harus masuk lumayan jauh dari jalan raya.
Beberapa saat kemudian Alvin sudah sampai di rumah Bi Inah, dia langsung menuju ke kandang bebek yang berada tidak jauh dari rumah.
Dari keajuhan, Alvin sudah bisa melihat Bi Inah sedang berada di kandang bebek miliknya.
"Assalamualaikum, Bi Inah," sapa Alvin.
Tentu saja mendengar suara orang, Bi Inah langsung mengalihkan perhatiannya. Dia tersenyum, melihat Alvin yang berjalan ke arahnya.
"Wa'alaikumsalam. Eh, Alvin. Ada apa nih?" tanya bi Inah.
"Aku mau beli telor bebek, Bi. Apa masih ada?" tanya Alvin.
"Ada, kebetulan hasil tadi pagi belum ada yang beli. Tunggu sebentar ya, Bibi, ambilin dulu," jawab BI Inah.
"Bibi lagi ngapain itu?" tanya Alvin yang melihat Bi Inah sedang melakukan sesuatu.
"Ini, Bibi, lagi numbuk keong sawah, buat dijadiin pakan bebek. Sebentar Bibi cuci tangan dulu ... mau beli berapa?" ujar Bi Inah, sambil membereskan pekerjaannya.
"Sepuluh ribu aja, Bi," ujar Alvin. Itu adalah sisa uang jajannya selama beberapa hari.
Bi Inah mengangguk, dia lalu melangkah menuju ke rumah, untuk mengambilkan telur bebek hasil mengambil tadi pagi.
Beberapa saat kemudian Bi Inahh, sudah kembali dengan membawa telur bebek di dalam sebuah kantong pelastik bening.
"Ini, telurnya," ujar Bi Inah.
"Terima kasih, Bi," ujar Alvin sambil mengambil kantong plastik dari wanita paruh baya itu.
"Itu, keong sawahnya, Bibi ambil sendiri di sawah?" tanya Alvin, melihat ember berisi cukup banyak keong sawah.
Bi Inah adalah salah satu peternak bebek yang lumayan sukses di daerah itu. Ada dua jenis ternak bebek yang dia lakukan, yaitu, membesarkan untuk pedaging dan bertelur.
Kalau untuk pedaging, biasanya suami Bi Inah membawanya berkeliling, mencari sawah yang baru saja dipanen, untuk diangon atau di lepaskan di sawah da mencari pakan alami sendiri.
Sedangkan untuk petelur, biasanya Bi Inah menernaknya di dekat rumah dan dibiarkan di kandang, yang cukup besar. Hingga membutuhkan pakan yang lumayan banyak.
Keong sawah biasanya dibutuhkan untuk menambah kadar protein hewani di dalam pakannya, agar telur lebih besar dan kuningnya lbih berwarna pekat.
Keong sawah yang sering dianggap hama padi dan tidak berharga itu, justru bisa menjadi pakan alternatif untuk memenuhi gizi dari para bebek petelur itu.
Disamping harganya yang terjangkau, tentu cara pemberiannya pun cukup mudah. Keong sawah itu hanya perlu di hancurkan, lalu dicampur dengan pakan lainnya seperti dedak padi dan yang lainnya.
"Enggak lah, mana sempat Bibi ngambil keong sendiri di sawah. Biasanya Bibi nyuruh orang," jawab Bi Inah.
"Oh, begitu ya, Bi. Kalau boleh, Alvin mau bantuin juga, tapi paling hanya di hari minggu. Apa boleh, Bi?" tanya Alvin.
Bi Inah cukup terkejut dengan perkataan anak remaja di depannya itu. Biasanya dia hanya meminta tolong pada orang tua yang memiliki sawah, agar mereka bisa mendapatkan uang lebih walau mungkin tidak seberapa.
"Kalau kamu mau, tentu boleh. Nanti kalau sudah dapat banak, tinggal bawa saja ke sini," ujar Bi Inah dengan senyum di wajahnya.
"Tapi, kamu juga harus bicara dulu sama kakek dan nenek kamu ya. Kalau mereka setuju, maka bibi juga akan setuju," sambung Bi Inah.
Alvin mengangguk semangat, dia benar-benar tidak menyangka bisa mendapatkan peluang hanya karena membeli telur.
"Iya, Bi. Nanti Alvin tanya dulu sama kakek dan nenek. Besok Alvin kabarin lagi kalau pulang sekolah," ujar Alvin, dengan senyum sumringahnya.
Bi Inah mengangguk menyetujui perkataan Alvin.
Alvin pun langsung pamit pulang, dengan membawa telur bebek hasil dari mengumpulkan sisa uang jaja.
Lumayan, bisa buat lauk di rumah, batin Alvin.
Ya Allah, semoga kakek dan nenek membolehkan aku untuk mencari keong sawah untuk Bi Inah. Alvin berdoa di dalam hati.
Sebenarnya biasanya Darman dan Esih juga memelihara bebek, untuk menambah penghasilan. Akan tetapi, karena kemarin mereka harus berada cukup lama di Jakarta, karena insiden kecelakaan Hardi dan Alin.
Membuat Darman dan Esih, terpaksa harus menjual bebek mereka yang sebenarnya belum cukup umur. Uangnya mereka gunakan untuk biaya pengajian dan segala kebutuhan selama di Jakarta.
Hingga sekarang, mereka belum lagi mempunyai modal untuk membeli bibit bebek. Kedua orang tua itu hanya bisa mengharapkan uang hasil panen nanti, bisa mereka gunakan untuk membeli bibit bebek, sekaligus modal untuk menanam padi kembali.
Beberapa saat kemudian Alvin sudah sampai di rumahnya. "Assalamualaikum."
Alvin mulai mendorong pintu rumah sederhana itu, yang sudah hampir sebulan ini dia tinggali, bersama dengan Daraman dan Esih.
Alvin langsung menaruh telur yang baru saja dibeli, di dapur, Lalu masuk ke dalam kamar, dia menaruh tas dan mengganti baju sekolahnya.
Rumah memang terlihat kosong, mungkin karena Darman yang belum pulang dari sawah dan Esih sedang berada di rumah salah satu anak atau tetangga.
Ya, seperti para ibu-ibu yang lainnya, esih juga sering berkumpul bersama para tetangga atau anak menantu yang rumahnya masih berdekatan. Mereka sekedar mengobrol atau saling bercengkerama sambil melihat para anak cucu yang sedang bermain.
Alvin langsung beranjak menuju ke kamar mandi, untuk membersihkan diri, mengingat hari yang mulai sore. Bahkan waktu salat asar sudah lewat sejak tadi.
Sekitar lima menit berada di kamar mandi, Alvin ke luar sambil mengeringkan rambutnya yang basah.
"Ini telur punya isapa, Vin?" tanya Darman yang juga sedang berada di dapur.
Laki-laki tua itu memang sedang menunggu Alvin selesai mandi, karena dia juga ingin membersihkan diri.
Namun, tidak sengaja dia melihat ada telur bebek yang lumayan banyak di meja makan.
"Itu tadi Alvin beli di Bi Inah, Kek," jawab Alvin.
Darman memicingkan matanya, menatap Alvin penuh selidik, begitu mendengar jawaban dari sang cucu.
Ada rasacuriga yang merasuk ke dalam pikirannya, walau hatinya pun menolak untuk percaya.
"Uang dari mana, kamu, beli telur sebanyak ini?" tanya Darman, dengan mata menatap tajam.
"Itu, uang sisa jajan aku, Kek." Alvin sedikit menundukkan kepalanya, merasa takut dengan tatapan sang kakek, yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
"Aku memberikan kamu uang hanya untuk ongkos dan makan siang, mana bisa kamu sisain buat beli telur sebanyak itu!"
......................
Gimana nih nasib Alvin di tangan Darman? Yuk komen👍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Dimas Sam
mungkin alvin sisihkn tiap d kasih uang SM kakek darman buat ongkos dan mkn siang .. tpi Alvin jln kaki biar hemat dan gk mkn siang hny beli roti 🍞 buat mkn siang jadi Bisa Beli telur bebek bnyk.. smngttt Alvin anak baik. ank rajin ank hemat suatu hari psti sukses Aamiiin lnjuttt thorrr smngttt up smngttt Alvin
2022-07-25
5
Reii_Rey
Alvin kamu pasti bisa .... meraih cita cita mu ... atas dukungan dari kakek kamu...
2022-07-25
3