Bab 18. Kemalangan Yang Bertubi-tubi

Bayu memandang tubuh wanita paruh baya yang tergolek lemah di atas pembaringan ini dengan tatapan sendu. Setelah pingsan, ia meminta tolong kepada utusan pak Anton untuk membawa tubuh sang ibu ke kediaman Dinda menggunakan mobil yang mereka bawa. Dan pada akhirnya, dalam waktu lima belas menit, ia tiba di rumah sang istri.

Beruntung rumah milik Dinda begitu terawat dan nampak bersih, sehingga tidak membuatnya kerepotan untuk bersih-bersih dahulu. Meski rumah ini tidak pernah ditempati namun rupa-rupanya sang istri meminta tolong kepada salah satu tetangga untuk rutin membersihkan rumah ini. Alhasil, semua nampak bersih, rapi dan terawat.

"Mas, kamu makan dulu ya. Di meja makan sudah aku siapkan nasi, sayur dan juga lauknya. Biar aku yang gantian menunggu ibu sampai siuman dari pingsannya."

Dinda mempersilahkan sang suami untuk makan terlebih dahulu. Ia ingat bahwa sedari pagi perut suaminya ini belum terisi sama sekali. Oleh karenanya setelah tiba di rumah, wanita bergelar istri tersebut langsung menuju dapur. Mengeksekusi sayuran dan lauk untuk menjadi sebuah hidangan yang bisa memanjakan lidah juga perut.

"Apakah ibu akan kecewa kepadaku karena saat ini aku menjadi pengangguran? Apakah aku ini termasuk anak yang durhaka karena mulai hari ini aku tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup ibu lagi?"

Pandangan Bayu terlihat menerawang. Entah apa yang membuat lelaki itu memiliki pikiran yang membuatnya terlihat begitu kecewa. Padahal, belum tentu lelaki itu selamanya akan menjadi pengangguran. Peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang baru masih terbuka lebar.

Dinda mengulas senyum manis di bibirnya. Sembari mengusap-usap pundak sang suami, ia seolah mentransfer kekuatan dan kesabaran kepada Bayu agar ia tetap kuat dan sabar dalam menghadapi segala bentuk ujian rumah tangga yang sedang menimpanya.

"Ibu tidak akan pernah kecewa kepadamu Mas. Bahkan Ibu akan bangga kepadamu karena kamu selalu menomorsatukan kepentingannya. Oleh karena itu, kamu harus kembali bersemangat untuk bisa mendapatkan pekerjaan lagi Mas."

"Entahlah, setelah kehilangan pekerjaan, aku merasa tidak bersemangat dan bergairah dalam menjalani hidup ini. Bagiku tidak ada pekerjaan lain yang jauh lebih baik daripada pekerjaan sebelumnya."

Dinda hanya bisa membuang napas kasar mendengar perkataan Bayu yang seolah begitu putus asa seperti itu. Lagi-lagi suaminya ini terkesan mendewakan pekerjaan sebelumnya sehingga menutup mata bahwa di luar sana masih banyak pekerjaan yang tidak kalah baik dari pekerjaan sebelumnya.

"Sudahlah Mas, sekarang kamu makan dulu ya. Biar aku yang menunggu ibu di sini. Kamu jangan sampai telat makan yang justru akan membuatmu sakit."

Dinda berupaya untuk membuat tubuh Bayu berdiri tegak hingga kini lelaki ini berdiri tepat di depannya. Tanpa banyak kata, Bayu bergegas melenggang pergi untuk menuju ruang makan di mana makanan sudah dihidangkan oleh sang istri.

Dinda mendaratkan bokongnya di atas kursi plastik yang berada di sisi pembaringan Sonya. Dengan lekat, ia menatap tubuh sang ibu mertua dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada perasaan asing yang muncul kala menatap wajah mertuanya ini. Di satu sisi ia begitu kasihan melihat tubuh sang mertua yang semakin bertambah tua seperti ini. Namun di sisi lain, terkadang ia juga merasa sakit hati dengan ucapan Sonya yang terasa begitu menusuk dan menikam hati.

Astaghfirullah hal adziim .... jauhkan aku dari semua rasa benci kepada ibu mertuaku ya Rabb. Bagaimanapun juga beliau adalah ibuku yang juga harus aku hormati.

***

"Mengapa ini semua bisa terjadi kepadamu Bay? Mengapa perusahaan tempatmu bekerja bisa kolaps?"

Masih menyenderkan tubuhnya di head board ranjang, Sonya nampak begitu frustrasi. Berkali-kali wanita itu mempertanyakan akan keadaan yang saat ini dijalani oleh sang putra. Apa yang menimpa Bayu seakan juga menjadi mimpi buruk buruk bagi Sonya. Ia yang bermaksud datang ke rumah sang anak untuk meminta pertolongan, yang ada justru sebaliknya. Dengan keadaan seperti ini, bisa dipastikan ia tidak akan pernah mendapatkan pertolongan dari Bayu.

"Aku minta maaf Bu. Ini semua juga terjadi di luar kendaliku. Perusahaan mendadak kolaps dan semua pekerja diberhentikan, termasuk aku."

"Lalu, kita sekarang harus bagimana Bay? Ibu tidak mau tinggal di gubuk derita ini. Ini semua tidak sesuai dengan apa yang Ibu citakan, di mana pada hari tua Ibu tunggal di rumah mewah. Bukan rumah yang seperti kandang ayam seperti ini!"

"Hentikan Bu!" teriak Dinda dengan lantang yang sukses membuat tubuh Sonya dan Bayu terperanjat. "Dari tadi aku mendengar Ibu berkali-kali menyebut rumahku ini sebagai gubuk derita dan kandang ayam. Apakah itu pantas keluar dari mulut seorang wanita yang sudah aku anggap sebagai ibuku sendiri?" sambung Dinda dengan suara sedikit bergetar.

Sonya menatap sinis wajah sang menantu dengan bibir mencebik dan sebelah alisnya terangkat. "Apa yang aku ucapkan memang benar. Rumah ini jauh dari kata layak untuk aku tinggali dan tidak layak ditinggali oleh seorang bos seperti putraku ini!"

Dinda terperangah seraya menggeleng-gelengkan kepala. Ia tidak menyangka jika dalam keadaan seperti ini, sang mertua masih memperlihatkan kesombongannya.

"Bos? Ibu sedang tidak mengigau? Mas Bayu ini sudah tidak bekerja dan itu artinya dia tidak lagi menjadi bos. Ibu lupa? Atau pura-pura lupa?" seru Dinda dengan intonasi suara yang lebih tinggi dari sebelumnya.

"Dinda! Mengapa kamu sangat tidak sopan kepada ibuku? Mengapa kamu berteriak-teriak di depan ibuku?"

Kini giliran Bayu yang meneriakki sang istri yang berhasil membuat nyali Dinda seakan menciut. Bagi Bayu, ibu merupakan sosok yang harus senantiasa ia hormati dan tidak sepantasnya diteriaki seperti itu.

"Mas, aku tidak bermaksud untuk berbuat tidak sopan di depan Ibu. Namun perkataan Ibu sungguh sudah sangat keterlaluan Mas. Ibu menghina apa yang telah menjadi kerja keras almarhum ayahku untuk bisa membangun rumah ini. Itu semua sungguh menyakiti hatiku Mas!"

"Kamu jangan berlebihan Din. Mengapa kamu tidak bisa mengerti perasaan ibu? Saat ini pasti ibu tengah kacau karena aku sudah kehilangan pekerjaan," jelas Bayu yang justru semakin membuat Dinda tidak mengerti.

"Mas, tidak hanya Ibu. Apa kamu lupa bahwa aku pun juga terpukul saat menghadapi ujian hidup seperti ini? Jadi, tidak selayaknya hal itu menjadi alasan bagi ibu untuk bisa seenaknya menghina hasil kerja keras almarhum ayahku. Lagipula, jika ibu tidak sudi tinggal di rumah ini, kenapa ibu tidak tinggal di rumahnya sendiri saja? Yang jauh lebih layak daripada rumah ini."

Kata demi kata meluncur bebas dari bibir Dinda. Harga diri wanita itu seakan diinjak-injak oleh sang ibu mertua yang dengan tega menghina tempat tinggalnya ini. Sedangkan Bayu, mencoba untuk menelaah kalimat terakhir yang diucapkan oleh istrinya ini.

"Iya Bu, benar apa kata Dinda. Jika Ibu tidak nyaman tinggal di sini, mari kita tinggal di rumah Ibu saja. Bayu rasa itu merupakan ide yang cukup baik Bu."

Sonya yang terdiam membisu, mendadak terkejut setengah mati. Usulan yang dilontarkan oleh Dinda seakan semakin mengingatkannya akan kasus berlian yang tengah ia alami.

"Tidak, tidak bisa. Kita tidak bisa tinggal di sana Bay..."

Dahi Bayu berkerut dalam. "Tidak bisa? Mengapa seperti itu Bu? Bukankah kita akan lebih nyaman tinggal di sana?"

Sonya menggeleng-gelengkan kepala. "Tidak Bay ... rumah akan Ibu jual!"

Kedua bola mata Bayu terbelalak sempurna. "Akan Ibu jual? Untuk apa Bu? Mengapa mendadak seperti ini?"

Sonya mengusap wajahnya dengan kasar seakan berupaya untuk menghalau rasa kalut yang menyergap dadanya. "Ibu kena tipu produk berlian. Dan Ibu harus bertanggung jawab untuk mengembalikan uang ibu-ibu komplek yang sudah dibawa kabur oleh teman Ibu, Angelica!"

"Apa??? Ditipu??"

Bak mendengar petir di siang hari, membuat Dinda dan Bayu seakan terkejut setengah mati. Kabar yang dibawa oleh Sonya, sudah cukup membuat tulang dan sendi tubuh mereka melemas seketika. Mereka pun hanya bisa meluruhkan tubuh masing-masing di atas lantai dengan kepala menunduk dalam.

Ya Tuhan ... ujian apa lagi ini? Mengapa semua datang bertubi-tubi seperti ini?"

.

.

. bersambung...

Terpopuler

Comments

Rona Jingga

Rona Jingga

teguran untukmu bu Sonya... awas saja kalo kamu malah semakin membuat Dinda menderita. ingat ya bu.. sekarang kamu ini numpang loh😤😤

2022-07-23

0

candra rahma

candra rahma

maaf kak br bisa ngikutin kisah dinda bayu ga ada jaringan lg ga konek eror trs😭

2022-07-22

0

Arthi Yuniar

Arthi Yuniar

Please deh bu Sonya tuh mulut sekolahin dulu lah jangan asal jeplak kalo ngomong, bikin orang sakit hati aja

2022-07-22

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Pernikahan
2 Bab 2. Ibu Mertua
3 Bab 3. Salah Di Mata Mertua
4 Bab 4. Malam Panjang
5 Bab 5. Salah Lagi
6 Bab 6. Merasa Tersaingi
7 Bab 7. Hari-Hari Indah
8 Bab 8. Hidup Yang Sempurna
9 Bab 9. Doa Seorang Istri
10 Bab 10. Kabar dari Pimpinan
11 Bab 11. Bertemu Teman Lama
12 Bab 12. Mabuk
13 Bab 13. Menguatkan
14 Bab 14. Solusi
15 Bab 15. Kegelisahan Sonya
16 Bab 16. Ikut Hancur
17 Bab 17. Terkejut
18 Bab 18. Kemalangan Yang Bertubi-tubi
19 Bab 19. Pembawa Sial
20 Bab 20. Kepedihan Hati
21 Bab 21. Niat Terselubung
22 Bab 22. Memaafkan
23 Bab 23. Sadar Ditipu
24 Bab 24. Apes Lagi
25 Bab 25. Semakin Tak Mengenali
26 Bab 26. Di Belahan Kota Jakarta
27 Bab 27. Sebuah Tawaran
28 Bab 28. Bertandang
29 Bab 29. Permintaan Dinda
30 Bab 30. Dimanfaatkan?
31 Bab 31. Berangkat
32 Bab 32. Tiba di Ibu Kota
33 Bab 33. Sambutan Hangat
34 Bab 34. Pencuri?
35 Bab 35. Salah Duga
36 Bab 36. Ndoro Putri
37 Bab 37. Kopi Pas di Hati
38 Bab 38. Guru Geografi
39 Bab 39. Protes Erlan
40 Bab 40. Kebohongan Bayu
41 Bab 41. Pingsan
42 Bab 42. Dendam Pribadi?
43 Bab 43. Menguping
44 Bab 44. Celah Bagi Bayu
45 Bab 45. Meragu
46 Bab 46. Maukah?
47 Bab 47. Licik
48 Bab 48. Kesiangan
49 Bab 49. Detak Jantung
50 Bab 50. Lah Kok Ngamuk?
51 Bab 51. Sah
52 Bab 52. Siap-siap
53 Bab 53. Tidak Terasa
54 Bab 54. Pamit
55 Bab 55. Merenungi
56 Bab 56. Drama King
57 Bab 57. Palsu
58 Bab 58. Disiram
59 Bab 59. Tak Dihargai
60 Bab 60. Membangkang
61 Bab 61. Party
62 Bab 62. Angin Surga
63 Bab 63. Dingin
64 Bab 64. Nggak Jadi
65 Bab 65. Tiket Honeymoon
66 Bab 66. Tiga Ratus Ribu
67 Bab 67. Sertifikat
68 Bab 68. Bekas Milik Siapa?
69 Bab 69. Bertemu Calon Besan
70 Bab 70. Semakin Terkesima
71 Bab 71. Liburan ke Eropa
72 Bab 72. Hanyut
73 Bab 73. Sedang Tidak Berhasrat
74 Bab 74. Rencana Menikah
75 Bab 75. Renternir
76 Bab 76. Semakin Lancar
77 Bab 77. Berangkat Liburan
78 Bab 78. Apes
79 Bab 79. Menyusul
80 Bab 80. Mengintai
81 Bab 81. Kita Lihat Nanti
82 Bab 82. O O Kamu Ketahuan
83 Bab 83. Bukan Istriku Lagi
84 Bab 84. Alasan
85 Bab 85. Rencana Pulang
86 Bab 86. Persiapan
87 Bab 87. Tiba di Kampung Halaman
88 Bab 88. Teman Lama
89 Bab 89. Perlahan Terkuak
90 Bab 90. Cerita Sebenarnya
91 Bab 91. Memasang Badan
92 Bab 92. Aku Sudah Siap
93 Bab 93. Apa Kabar Mas Bayu?
94 Bab 94. Atiku Tatag
95 Bab 95. Kembali Miskin Lagi?
96 Bab 96. Keluar dari Istana
97 Rilis Novel Baru..
98 Bab 97. Salah Alamat?
99 Bab 98. Terapi
100 Bab 99. Para Preman
101 Bab 100. Tuan Erlan?
102 Bab 101. Kembali ke Tangan
103 Bab 102. Jadilah Istriku
104 Bab 103. Resmi Menjadi Sepasang Suami-Istri
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Bab 1. Pernikahan
2
Bab 2. Ibu Mertua
3
Bab 3. Salah Di Mata Mertua
4
Bab 4. Malam Panjang
5
Bab 5. Salah Lagi
6
Bab 6. Merasa Tersaingi
7
Bab 7. Hari-Hari Indah
8
Bab 8. Hidup Yang Sempurna
9
Bab 9. Doa Seorang Istri
10
Bab 10. Kabar dari Pimpinan
11
Bab 11. Bertemu Teman Lama
12
Bab 12. Mabuk
13
Bab 13. Menguatkan
14
Bab 14. Solusi
15
Bab 15. Kegelisahan Sonya
16
Bab 16. Ikut Hancur
17
Bab 17. Terkejut
18
Bab 18. Kemalangan Yang Bertubi-tubi
19
Bab 19. Pembawa Sial
20
Bab 20. Kepedihan Hati
21
Bab 21. Niat Terselubung
22
Bab 22. Memaafkan
23
Bab 23. Sadar Ditipu
24
Bab 24. Apes Lagi
25
Bab 25. Semakin Tak Mengenali
26
Bab 26. Di Belahan Kota Jakarta
27
Bab 27. Sebuah Tawaran
28
Bab 28. Bertandang
29
Bab 29. Permintaan Dinda
30
Bab 30. Dimanfaatkan?
31
Bab 31. Berangkat
32
Bab 32. Tiba di Ibu Kota
33
Bab 33. Sambutan Hangat
34
Bab 34. Pencuri?
35
Bab 35. Salah Duga
36
Bab 36. Ndoro Putri
37
Bab 37. Kopi Pas di Hati
38
Bab 38. Guru Geografi
39
Bab 39. Protes Erlan
40
Bab 40. Kebohongan Bayu
41
Bab 41. Pingsan
42
Bab 42. Dendam Pribadi?
43
Bab 43. Menguping
44
Bab 44. Celah Bagi Bayu
45
Bab 45. Meragu
46
Bab 46. Maukah?
47
Bab 47. Licik
48
Bab 48. Kesiangan
49
Bab 49. Detak Jantung
50
Bab 50. Lah Kok Ngamuk?
51
Bab 51. Sah
52
Bab 52. Siap-siap
53
Bab 53. Tidak Terasa
54
Bab 54. Pamit
55
Bab 55. Merenungi
56
Bab 56. Drama King
57
Bab 57. Palsu
58
Bab 58. Disiram
59
Bab 59. Tak Dihargai
60
Bab 60. Membangkang
61
Bab 61. Party
62
Bab 62. Angin Surga
63
Bab 63. Dingin
64
Bab 64. Nggak Jadi
65
Bab 65. Tiket Honeymoon
66
Bab 66. Tiga Ratus Ribu
67
Bab 67. Sertifikat
68
Bab 68. Bekas Milik Siapa?
69
Bab 69. Bertemu Calon Besan
70
Bab 70. Semakin Terkesima
71
Bab 71. Liburan ke Eropa
72
Bab 72. Hanyut
73
Bab 73. Sedang Tidak Berhasrat
74
Bab 74. Rencana Menikah
75
Bab 75. Renternir
76
Bab 76. Semakin Lancar
77
Bab 77. Berangkat Liburan
78
Bab 78. Apes
79
Bab 79. Menyusul
80
Bab 80. Mengintai
81
Bab 81. Kita Lihat Nanti
82
Bab 82. O O Kamu Ketahuan
83
Bab 83. Bukan Istriku Lagi
84
Bab 84. Alasan
85
Bab 85. Rencana Pulang
86
Bab 86. Persiapan
87
Bab 87. Tiba di Kampung Halaman
88
Bab 88. Teman Lama
89
Bab 89. Perlahan Terkuak
90
Bab 90. Cerita Sebenarnya
91
Bab 91. Memasang Badan
92
Bab 92. Aku Sudah Siap
93
Bab 93. Apa Kabar Mas Bayu?
94
Bab 94. Atiku Tatag
95
Bab 95. Kembali Miskin Lagi?
96
Bab 96. Keluar dari Istana
97
Rilis Novel Baru..
98
Bab 97. Salah Alamat?
99
Bab 98. Terapi
100
Bab 99. Para Preman
101
Bab 100. Tuan Erlan?
102
Bab 101. Kembali ke Tangan
103
Bab 102. Jadilah Istriku
104
Bab 103. Resmi Menjadi Sepasang Suami-Istri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!