"Awalnya takut, tapi karena sesuatu hal.. Ayu berani untuk hamil" jawab Ayu.
"Pintar kamu Ayu, Huda pasti bahagia sekali. Di jaga baik-baik ya Ayu..!!"
Sebentar hati Bang Huda tidak bisa menerima kata-kata pujian itu sebab Nadia pasti sakit hati, ia cemas keadaan ini akan mempengaruhi pertemanan Ayu dan Nadia nantinya.
Ayu tersenyum kecut. Selera makannya mendadak hilang, Ia meminta Bang Huda berhenti menyuapinya. "Abang makan saja. Ayu sudah kenyang" kata Ayu.
"Ya sudah, Abang habiskan sebentar..!!"
Tak sulit bagi Bang Huda yang notabene adalah seorang pasukan untuk menghabiskan sepiring makanan. Meskipun ia juga jadi kehilangan selera makan, tapi tetap saja makanan di piringnya habis tak bersisa. Bang Huda segera menghabiskan makanan dan teh hangatnya kemudian membayar semuanya.
"Berapa Pak?" tanya Bang Huda menghampiri pedagang nasi goreng tersebut.
"Empat puluh ribu Pak..!!"
"Ini Pak, terima kasih"
Bang Huda mengulurkan tangannya, mengajak Ayu untuk cepat meninggalkan tempat. "Ijin mendahului Bang..!!" pamitnya pada Bang Anggara.
"Nggak nongkrong dulu??"
"Siap, lain kali Bang..!! Bumil sudah capek" jawab Bang Huda.
...
Ayu masih terdiam dan memikirkan kata-kata Bang Anggara, dulu memang mantan pacarnya itu sempat membahas keinginan nya untuk bisa segera punya anak.
"Kenapa belum tidur?" tanya Bang Huda.
"Dulu apa yang membuat Abang pisah sama Mbak Nadia?"
"Memangnya kenapa? itu sudah jadi masa lalu.. yang penting khan sekarang hati dan tubuh Abang hanya milik kamu" jawab Bang Huda. "Sudahlah.. jangan pikirkan rumah tangga orang lain. Kita jalani saja rumah tangga kita."
Ayu tersenyum, mengangguk menuruti ucapan Bang Huda. "Iya Bang, gendong ke kamar donk..!! Ayu malas jalan nih..!!"
"Dasar kamu ini" Bang Huda menarik hidung Ayu tapi tetap menggendong istrinya masuk ke dalam kamar.
"Bang..!!"
"Dalem.."
Ayu mendekati telinga Bang Huda sambil berbisik manja.
"Kamu nggak capek? Tadi baru kepleset dek..!!" kata Bang Huda.
Ayu cemberut memasang wajah kecewa, ia memalingkan wajahnya.
Perlahan Bang Huda merebahkan Ayu di atas ranjang. "Kenapa ini?? Abang di kasih wajah masam. Yo wes Ayoo, ajak si dedek main bola sebentar" Bang Huda melonggarkan ikat pinggangnya. Meskipun belum sepenuhnya on, tapi ajakan sang istri membuatnya tergoda juga. Apalagi pernikahan mereka masih pengantin baru, pastinya Bang Huda pun mudah 'terbakar'.
***
Para anggota sedang kurve bersama tak terkecuali Bang Huda.
Bang Huda tersentak karena ada yang menyentuh bahunya. Ia menoleh dan ternyata Bang Anggara yang menyapanya.
"Bagaimana keadaan Ayu hari ini?"
"Alhamdulillah sehat Bang." jawab Bang Huda.
"Auranya Ayu semakin nampak, wajahnya jadi lembut dan keibuan" kata Bang Anggara memuji Ayu.
Sekali lagi Bang Huda harus menerima kekesalan karena pria lain memuji istrinya apalagi pria tersebut pernah singgah di hati sang istri.
"Mungkin Ayu lebih bahagia bersama saya daripada bersama Abang dulu" entah kenapa kata kekanakan terlontar begitu saja dari mulut Bang Huda.
Akhirnya Bang Anggara menyadari ucapannya mungkin telah menyinggung perasaan Bang Huda. "Iya Huda, kamu benar. Orang tua ku, terutama ibuku sangat tidak menyukai Ayu karena Ayu di anggap kekanakan, padahal aku tau Ayu sebenarnya sangat dewasa dalam usianya yang masih terbilang belia" jawab Bang Anggara, ia mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu.
"Ibu Abang pernah memakinya dan melempar kue tart ke wajah Ayu khan? Abang tidak mengejar sekedar untuk menenangkan Ayu" kata Bang Huda.
"Darimana kamu tau?"
"Tidak penting Bang, saya hanya minta tolong kontrol Nadia.. saya jaga Ayu..!!" pesan Bang Huda.
#
Ayu mulai mengerjakan tugasnya. Empat hari lagi ada kunjungan. Ia sudah banyak berunding dengan para pengurus ranting di kompinya tapi belum juga ada jawaban yang final untuk membantunya. Ayu duduk di kursinya sudah merasa lelah.
"Ijin ibu, biar saya dan Bu Zafir yang membantu ibu" kata Bu Dahlan.
"Apakah rancangan saya terlalu buruk Bu?" tanya Ayu.
"Tidak Bu, malah pemikiran ibu untuk program kerja ini sangat bagus" jawab Bu Dahlan.
Bu Zafir dan Bu Dahlan tau para pengurus ranting yang lain tidak mau tau dengan ibu Danki yang baru karena ibu Danki masih terlalu muda, usianya masih sembilan belas tahun.
"Apakah menikah dengan Kapten Huda adalah suatu kesalahan Bu?" tanya Ayu menyentil Bu Zafir dan Bu Dahlan.
"Siap tidak ibu." jawab Bu Zafir dan Bu Dahlan bersamaan, mereka menyadari Ibu Danki C sangat kecewa pada para anggotanya.
"Bu Zafir dan Bu Dahlan bisa pulang. Saya akan kerjakan tugas ini..!!" kata Ayu.
"Siap tidak ibu."
"Terus terang saya tidak butuh anggota yang tidak solid dan hanya menganggap manusia hanya dari tampilan luarnya saja. Juga saya tekankan.. saya tidak ingin bekerja dengan anggota yang bertujuan hanya ingin mencari muka untuk mencari selamat sendiri" ucap tegas Ayu.
"Siap.. ijin Ibu. Kami tidak begitu" jawab Bu Zafir dan Bu Dahlan.
"Terima kasih Bu, mohon tinggalkan saya. Saya sedang ingin sendiri..!!" pinta Ayu.
~
Bu Dahlan dan Bu Zafir melihat Ayu duduk bersandar memegang pena. Mungkin tidak tau harus berbuat apa. Ayu mengusap perutnya kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ayu menangis tapi kemudian ia mengusap air mata di wajah secepatnya.
"Lho.. kenapa ada disini Bu? Istri saya dimana?" tanya Bang Huda pada Bu Zafir dan Bu Dahlan. Keduanya sempat terkejut.
"Ibu di dalam Pak, kamu baru saja keluar" jawab Bu Dahlan.
Bang Huda pun masuk. Ia melihat mata Ayu yang sedikit sembab. "Lho.. kamu kenapa dek?" tanya Bang Huda cemas.
Ayu tersenyum mendongak menatap Bang Huda, wajahnya berubah manja. "Ayu lapar Bang"
"Ya Allah.. kenapa nggak telepon Abang. Pekerjaan mu sudah selesai apa belum?"
"Sedikit lagi Bang" jawab Ayu padahal satu lembar rencana kerja itu belum ada yang selesai.
"Ya sudah Ayo kita ke kantin." ajak Bang Huda.
Bu Zafir dan Bu Dahlan saling menatap.
-_-_-_-
Tak seperti biasanya. Ayu tertidur usai sholat Isya, bahkan saat istrinya itu masih memakai mukena.
"Apa hari ini kamu lelah sekali? Apa pekerjaan mu sangat banyak?" gumam Bang Huda kemudian mengangkat dan membaringkan Ayu. "Selamat tidur sayang.. Abang nggak akan ganggu..!!" Bang Huda mengecup kening Ayu.
***
"Saya lebih memilih membantu Ibu Anggara secara langsung daripada membantu Bu Danki C. Masa kita di perintah anak-anak Bu" kata seorang ibu pengurus.
"Iya Bu Zafir, saya dengar Bu Huda itu centil lho. Saya nggak mau aahh urusan sama yang begitu."
"Benar Bu, Saya juga sering lihat su Ayu itu menggoda Pak Huda di ruangannya. Kok bisa Pak Huda di rayu sama ulat bulu begitu"
"Maaf ya Bu, ini maksudnya apa ya? Kenapa jadi melantur kemana-mana" tegur Bu Bu Dahlan.
"Ibu belum tau dulu itu Bu Anggara pacarnya Pak Huda. Bu Ayu merebutnya, padahal waktu itu Bu Ayu masih sekolah Bu. Perempuan apa itu namanya??" kata seorang ibu yang lain.
"Aduuh Bu, jangan bergosip kalau belum tau kenyataannya. Jangan sampai Pak Huda dengar. Ibu-ibu tau khan.. Pak Huda itu seperti apa. Kalau semua nggak benar jatuhnya fitnah Bu" Bu Zafir mengingatkan.
~
"Mana anggotamu yang lain dek? Kenapa kerja sendiri? Dia hari lagi ada kunjungan lho."
"Sabar Bang, Ayu sudah minta tolong ibu-ibu untuk bantu Ayu." jawab Ayu dengan senyumnya.
"Ya sudah, ini makan siangmu. Jangan terlalu capek. Nanti pulang di antar Madya ya, Abang pulang malam, mau ada rapat" Bang Huda mengecup kening Ayu.
"Iyaa.. hati-hati Bang"
"Okee cintaa.. Kalau ada apa-apa cepat hubungi Abang..!!"
Ayu mengangguk. Selepas Bang Huda pergi.. Ayu memegangi kepalanya yang terasa pening. Perutnya kram dan mual. "Ayo sayang.. jangan cengeng. Bantu Mama ya" kata Ayu sambil mengusap perutnya.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Nurhayati Nia
semangatt bumill cantikk ayo tunjukan perlombaan muu
2024-05-09
0
ChacaPutri
semangat ayu
2022-07-16
1
fent
hadeeeeehhhh,ngrayu suami dmn slh nya,,,,dsr ibu2 mulut rombeng
2022-07-16
2