Secepatnya Bang Huda memakai pakaiannya dan juga memakaikan pakaian Ayu. Hatinya berdebar melihat banyaknya bercak darah di ranjang.
Bang Huda segera menggendong Ayu, saat membuka pintu sudah ada Saka, Papa Ranggi dan Papa Juan duduk di teras. Ketiganya menatap Bang Huda dengan tatapan tajam.
Bang Saka berdiri lalu mengambil kunci mobil di tangan Bang Huda, di liriknya Ayu sudah sebegitu lemas. "Kau memang b******n tengik Bang, marah ya marah tapi jangan begitu caranya. Itu sama saja KDRT" gerutu Bang Saka.
Bang Huda tak berani menjawab. Ia mengikuti langkah adiknya menuju mobil.
...
"Rapikan pakaianmu..!!!!" Papa Juan melempar celana loreng Bang Huda agar putranya itu segera memakainya. Papa Juan ikut terbawa amarah melihat kelakuan putranya yang hanya memakai celana pendek, kaos terbalik, jambul acak-acakan tanpa alas kaki. "Sebenarnya kamu apakan Ayu????" bentak Papa Juan yang baru saja menghajar Bang Huda habis-habisan.
Papa Ranggi duduk bersandar lemas tak sanggup membayangkan keadaan putrinya.
Celana loreng masih tersampir di bahu, Bang Langsang datang menghampiri Bang Huda dan ikut menghajar littingnya tanpa ampun.
"Apa kau sudah gila membuat Ayu sampai seperti itu??? Kamu apakan Ayuu?????" jiwanya sebagai seorang Abang jelas tidak bisa menerima tindakan kasar Bang Huda.
Pintu ruang tindakan terbuka. Dokter Pratama melepas masker medisnya.
"Bagaimana istri saya Bang??" tanya Bang Huda dengan cemas.
"Sudah aman. Pendarahan bisa di hentikan. Alhamdulillah Mama dan calon bayimu kuat" jawab Bang Pratama.
"A_yu.. hamil Bang??"
"Iya Huda.. empat Minggu. Masih sangat kecil sekali."
"Ampuni aku Tuhan.." seketika kaki Bang Huda lemas, ia tumbang menimpa Bang Saka.
"Astaga Bang.. Abang.. sadar Bang..!!!!!" Bang Saka menepuk pipi Abangnya.
"Apa-apaan si Huda." gerutu Bang Langsang.
"Angkat dan lempar ke kolam.. buat masalah saja" perintah tegas Papa Juan.
...
Mama Sasti sampai ikut menangis melihat Ayu terus menangis memukuli perutnya yang tidak bisa menerima kenyataan kalau dirinya sedang mengandung apalagi menantunya itu sangat takut Bang Huda mendekatinya karena mengalami trauma yang sangat menyakitkan.
Papa Ranggi dan Mama Hana pun hanya memeluk tanpa kata melihat Bang Huda berusaha menenangkan Ayu.
"Jangan sakiti dia dek. Kasihan, dia masih kecil. Marah saja sama Abang..!!" batin Bang Huda terpukul karena sudah memberikan trauma fisik pada tubuh Ayu. Ia akui kecemburuannya membuatnya kelepasan sampai menyakiti Ayu.
"Ayu nggak mau dia ada sekarang. Ayu masih punya cita-cita" Ayu terus berteriak menolak Bang Huda.
"Jangan bilang begitu dek. Anak itu rejeki." Bang Huda terus mendekati Ayu meskipun istri kecilnya itu menolaknya.
Karena Ayu terus saja histeris, dokter menyuntikkan obat agar Ayu bisa tidur dan lebih tenang.
~
"Sebenarnya itu anakmu atau anak Asnan sampai Ayu menolaknya??? Ayu setakut itu sama kamu, apa itu Artinya bukan kamu yang pertama melakukannya??" bentak Bang Langsang.
"Jaga mulutmu Lang..!!!!! Kalau kamu tidak tau apa yang terjadi.. jangan bicara macam-macam..!!!!!" Bang Huda pun tak kalah panas.
"Tapi kenapa Ayu sampai seperti ini??"
"Karena Ayu tidak tau kalau aku sempat melakukannya." mau tidak mau Bang Huda memilih berbicara jujur menepis rasa malu tak terkira daripada masalah ini semakin berlarut-larut dan malah mempengaruhi mental Ayu.
"Kenapa Ayu tidak terasa Bang, jangan-jangan asetmu............" sedang panasnya suasana, Bang Saka malah membuat ledakan di tengah situasi.
"Kau pikir Ayu sampai sakit begini karena apa Sakaaa..!!!!!" Bang Huda sampai meradang mendengar ucap Bang Saka yang tidak bermutu.
"Sudaahh.. diam semua..!!!!" Mama Sasti yang bersifat kalem dan tadinya hanya diam pun ikut angkat bicara. Mama yang tidak pernah memarahi anak-anaknya tiba-tiba mendekati Bang Huda dan menampar pipi putranya itu sekuatnya. "Apa Mama mengajarimu sekasar ini sama perempuan? Kamu punya adik perempuan Huda, bagaimana perasaanmu kalau adikmu di perlakukan kasar?? Bahkan Papamu saja tidak pernah sekasar ini meskipun sedang marah"
Mata Bang Huda berkaca-kaca saat Mama Sasti memarahi nya. "Maaf ma"
"Kamu itu imam keluarga, seharusnya kamu mengajarkan hal yang baik.. bimbing istrimu..!! Kalau kamu memang menginginkan dia, katakan dengan baik..!! Kalau mau meminta hakmu.. mintalah dengan baik-baik, kalau Ayu masih belum paham.. bujuklah dengan cara yang baik. Kalau Mama ada di posisi Ayu, mama pasti juga sangat takut. Pasti ingin pergi dan tidak ingin kembali lagi. Kamu mau semua itu terjadi???"
Bang Huda menatap Ayu yang tidak ingin menatapnya.
"Kamu memberikan pengalaman pertama yang sangat buruk le, pengalaman yang seharusnya sangat indah sudah menjadi mimpi buruk untuk Ayu" imbuh Mama Sasti.
"Benar-benar bodoh..!!!!!" bentak Papa Juan.
Papa Ranggi memeluk Bang Huda, ia tau.. saat ini batin Bang Huda pasti sudah sangat tertekan. Sikap Bang Huda memang tidak di benarkan tapi juga tidak bisa di salahkan begitu saja. "Duduk dan minum dulu..!!" Papa Ranggi mengarahkan Bang Huda untuk duduk dan memberinya minum. Papa Ranggi memilih bicara baik-baik karena Bang Huda sudah lemas, mungkin saja jika Papa Ranggi menghajarnya pasti menantunya itu langsung K.O. "Papa yakin Ayu tidak sebodoh itu Le, ia hanya kurang memahami teori dan prakteknya. Apalagi usianya baru menginjak sembilan belas tahun, masih bodoh. Atas nama Ayu, papa minta maaf"
Bang Huda sampai bersandar di perut Papa Ranggi, tenggorokannya terasa tercekat padahal ada banyak kata yang ingin ia ucapkan.
"Papa ingin bertanya untuk pertama dan terakhir kalinya. Untuk saat ini apa kamu sanggup membimbing Ayu, saling belajar menata rumah tangga dari awal atau.. mengembalikan Ayu pada Papa. Papanakan membawanya pergi. Apapun jawabanmu.. Papa ikhlas Huda..!!" ucap ungkapan hati seorang Papa Ranggi.
Bang Huda beringsut memohon di kaki Papa mertuanya. "Saya sungguh minta maaf Pa, Saya menyesal. Sekuatnya saya akan membimbing Ayu dan akan berusaha menjadi imam yang baik, saya janji akan mengontrol dan menekan emosi saya. Jangan bawa Ayu pergi Pa..!! saya mencintainya"
...
Keluarga sudah mulai tenang, ketegangan sudah berkurang.. Bang Huda baru saja membuat laporan kedatangan di Markas. Sebenarnya Komandan pusat ( Papa Ares ) tidak bertanya karena tau kondisinya, tapi ia lebih memilih tau diri karena itu memang tugasnya.
Saat Bang Huda membuka pintu kamar, tak terlihat Ayu ada disana. Bang Huda menutup pintu kembali, tapi telinganya samar mendengar suara gemericik air dari kamar mandi. Bang Huda pun masuk dan mendatangi sumber suara. Begitu pintu terbuka, jantung Bang Huda terasa mau melompat dari raga.
"Ayuuuuu..!!!!" Bang Huda kaget bukan main melihat banyaknya darah di lantai kamar mandi dari sela paha Ayu, tangan kanan Ayu memegang s***t sedangkan tangan kirinya terluka sambil memegang satu strip obat yang hanya tersisa empat butir.
Tepat saat itu Bang Saka masuk ke dalam ruang rawat Ayu. "Ya ampun Bang, Ayu kenapa?"
"Jangan banyak tanya.. cepat panggilkan dokter..!!!"
Bang Saka segera keluar. Bang Huda membawa Ayu sampai ke ranjang. Bang Huda panik sampai tidak sengaja menjatuhkan ponsel Ayu. Ia pun mengambil dan tidak sengaja melihat pesan singkat dari Asnan.
A : Obatnya sudah di minum?
Amarah Bang Huda pun tersulut kembali. "Kali ini mati kau Asnan..!!" Bang Huda mengambil pistol di belakang pinggangnya lalu mengisi peluru dari tas kecilnya.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Devita
Ini kenapa byk keluarga menghakimi Huda sih ga habis fikir perwira tapi pada ga bisa mikir rasional,, itu anak perempuannya yg PeA mau dibawa Org laki lain dicekokin, dijual dan bahkan mau digagahi sm Org lain la kok suaminya yg dihabisin sedangkan suami bertugas,, ga ngerti si othor jalan fikirannya harusnya anak perempuannya di didik yg bener attitutnya akhlaknya
Dan maaf Thor setahu saya perwira itu istri juga harus berpendidikan,, sy yakin othor ini klu ga persit, tentara atau anak kolong jadi pasti tau lah bgmn aturan di kedinasan
2023-12-06
1
Devita
Bukannya kmrn mikir biar cepet hamil terus daftar tentara
2023-12-06
0
Al Fatih
no comment utk ayu...,, gregetan...
2023-11-15
0