Ayu lebih banyak diam meskipun kamarnya sangat ramai. Para anggota keluarga tidak meninggalkan Ayu karena takut istri Bang Huda itu akan berbuat nekat.
Mama Sasti menyuapi Ayu tapi Ayu sama sekali tidak mau makan, ia masih syok dan menolak kehamilannya.
Bang Huda mendekati Mama Sasti. "Biar aku yang bujuk makan ma" Mama Sasti pun memilih bergabung bersama yang lain.
Bang Huda segera menutup tirai, air mata Ayu menetes setiap kali Bang Huda mendekatinya. "Abang suapin ya dek?" Bang Huda menyendok makanan dan mengarahkan ke bibir Ayu.
"Biar Ayu mati saja"
Bang Huda meletakkan kembali sendok makannya. "Kenapa bilang begitu dek, nggak baik"
"Ayu nggak mau anak ini..!!"
"Si kecil nggak pernah minta ada dek........"
"Lalu kenapa Abang membuat Ayu hamil???" tanya Ayu dengan raut wajah kecewa.
"Abang khilaf, waktu itu sikapmu juga tidak wajar dek. Abang nggak bisa mengontrol perasaan" jawab jujur Bang Huda.
"Apa laki-laki memang selalu begitu???"
"Maaf.. Abang memang salah" jawab Bang Huda mengalah.
"Keluarkan anak ini.. Ayu nggak mau dia..!!!!!" ucap Ayu memalingkan wajah tak ingin bicara dengan Bang Huda.
"Apa tidak ada pilihan lain dek? Tolong kasihani nyawa kecil itu..!!"
"Ceraikan Ayu, Ayu tidak pernah mencintai Abang..!!" pinta Ayu.
"Lalu siapa yang kamu cintai?? Asnan???? Kamu belum mau sadar juga kalau dia saudaramu???" Bang Huda nyaris terpancing amarah tapi ia berusaha segera sadar.
"Ada atau tidak adanya Bang Asnan, Ayu tidak mau dan tidak akan pernah mencintai Abang" jawab Ayu benar-benar tidak ingin melihat wajah Bang Huda.
Tak lama ada seorang perawat masuk untuk memeriksa kondisi Ayu.
"Kehamilan pertama ya Bu, dengan usia kandungan empat Minggu" kata perawat tersebut. "Siapa nama suaminya Bu?"
"Saya nggak punya suami" jawab Ayu ketus.
"Cakra Huda Mandala" sambung Bang Huda.
"Baik Pak, terima kasih. Nanti kalau ibu seperti tadi.. bapak bisa hubungi kami, petugas piket. Permisi..!!" kata perawat sambil mencatat data kemudian meninggalkan tempat.
"Silakan.. terima kasih"
***
Bang Huda mendorong kursi roda Ayu menuju ruang USG. Banyak ibu hamil di temani suaminya. Tapi ada seorang ibu muda yang duduk sendirian tanpa di temani siapapun.
Bang Huda pun mengarahkan kursi roda ke tempat ibu tersebut karena tempat itu belum begitu banyak pasien yang menunggu.
"Abang beli minum sebentar ya" pamit Bang Huda. Bang Huda menyempatkan menutup paha Ayu dengan jaket lorengnya. Ayu tak menjawabnya karena malas.
Ibu muda tersebut tersenyum melihat perlakuan manis Bang Huda pada Ayu. "Suaminya sayang sekali sama mbak"
Ayu hanya tersenyum kecil.
"Kita harus pandai bersyukur kalau suami masih memberikan perhatian dan sayang, saya apa-apa sendiri mbak.. suami suka memukul dan tidak pernah peduli, suami saya tidak ingin anak ini, karena baginya anak ini terlalu merepotkan" kata ibu tersebut sambil mengurai senyumnya.
"Suami saya juga kasar" jawab Ayu.
"Sifat pria itu ada macam-macam mbak, ada yang memang akhlaknya buruk.. ada juga yang tegas. Saya lihat suami mbak itu tegas.. tapi penyayang"
Ayu masih terdiam sampai akhirnya Bang Huda datang dan membukakan tutup botol minuman untuk Ayu. "Minum dulu dek." Bang Huda memegangi botol sambil meletakan beberapa camilan si atas pangkuan Ayu dan salah satunya adalah coklat.
Bang Huda terus berjaga di samping Ayu sampai tiba gilirannya untuk USG.
:
Dokter Pratama di bantu assisten untuk menangani tindakan USG transV Ayu disana.
"Coba lihat itu.. si kecil siapa yang ada disana" kata Bang Pratama setengah membujuk Ayu karena Bang Pratama tau Ayu menolak kehamilan tersebut. "Ini bakal detak jantung bayinya. Nanti kalau sudah terasa.. akan bunyi kecil seperti ini..!!" Bang Pratama menyalakan suara kecil.
jdug.. jdug.. jdug..
Tiba-tiba hati Ayu berdesir dan terasa haru, tanpa terasa tangan Ayu menggenggam tangan Bang Huda.
"Dia kuat meskipun Mamanya menolak dan Papanya mati-matian mempertahankannya. Selama kamu sakit, Huda terus menjagamu.. merepotkan hampir seluruh petugas kesehatan untuk memberikan perawatan terbaik untuk kamu juga calon anakmu." kata Bang Pratama.
Bang Huda hanya terdiam, ia hanya fokus menatap layar monitor dengan takjub melihat pergerakan kecil calon bayinya, sehat dan kuat.
"Kamu mengajukan surat untuk tidak melanjutkan kehamilan. Saya beri kamu waktu sampai besok pagi untuk berpikir..!!" kata Bang Pratama sengaja menekan.
Saat ini Bang Pratama sedang membantu Bang Huda yang tengah stress memikirkan Ayu yang tidak menginginkan bayinya. Bang Huda menemuinya dan meminta cara halus ini agar Ayu mengurungkan niatnya.
Ayu kembali melirik melihat calon bayinya. Sangat kecil di dalam perutnya.
***
Tengah malam Ayu begitu gelisah dan tidak bisa tidur. Ruangan itu sepi, hanya ada Ayu dan Bang Huda karena keluarga sudah pulang dengan berbagai alasan masing-masing.
Bang Huda masih sibuk menghubungi sana dan sini untuk menyelesaikan pekerjaannya via ponsel tak menyadari Ayu turun dari ranjang sendirian.
Badan Ayu masih terasa lemas sampai tak sengaja menyenggol gelas di meja samping ranjangnya.
pyaaarr..
Bang Huda terkejut dan langsung mematikan ponselnya untuk menghampiri Ayu dan benar saja.. sesampainya disana Ayu sudah duduk di lantai.
"Astagfirullah.." Bang Huda segera menolong Ayu.
Awalnya Ayu menolak tapi tak tau apa yang terjadi, sentuhan tangan Bang Huda membuat Ayu nyaman. Ayu merasa tenang, damai perlahan rasa sakit di perutnya perlahan berkurang.
"Sebenarnya kamu mau kemana? Kenapa nggak bilang sama Abang?" tanya Bang Huda.
"Ayu mau ke kamar mandi. Mau p***s" jawab Ayu.
Bang Huda segera mengangkat Ayu. Saat itu Ayu menatap wajah Bang Huda, belum ada cinta di dalamnya tapi hatinya terasa tenang.
"Mau di tinggal atau di temani?" Bang Huda memberikan pilihan takut Ayu akan menolaknya.
"Di temani" jawab Ayu amat sangat lirih sekali.
Bang Huda memalingkan wajah, tadinya ia sudah hampir pasrah dengan sikap Ayu yang menolaknya tapi kali ini ia merasa Ayu tak lagi menolaknya. Sampai akhirnya Ayu selesai, istrinya itu masih bersikap kalem.
~
"Apaa?" Bang Huda memastikan lagi pendengarannya.
"Jangan pergi..!!"
Bang Huda pun duduk di ranjang Ayu. Ia membelai rambut panjang Ayu. "Tidurlah.. Abang tetap disini"
"Bang, Apa Abang sudah siap kalau Ayu menggugurkan anak kita?" tanya Ayu.
"Sebenarnya Abang nggak sanggup kalau kamu memutuskan untuk membuang anak kita. Tidak ada seorang laki-laki yang sudah berstatus suami sampai kehilangan seorang anak, semua pasti menyakitkan, hati Abang nggak kuat. Dia nyawa.. harapan Abang dari kamu." Bang Huda menunduk dan mencium perut Ayu.
"Biar Papa memeluk kamu karena Papa takut ini terakhir kalinya Papa menyayangimu" sekali lagi Bang Huda mencium perut Ayu. Air matanya bercucuran seakan tak sanggup berpisah dari calon buah hatinya. "Maafin Papa yang menghadirkan mu tanpa sengaja. Tapi harus kamu tau.. Papa sangat menyayangimu"
Hati Ayu tersentuh, memang dirinya sangat kecewa pada Bang Huda.. tapi entah kenapa ada yang membuat perasaannya tergerak. Ia pun masih punya hati "Dedek akan tetap disini Pa, dedek juga sayang sama Papa" kata Ayu menjawab ucap Bang Huda.
Seketika tangis bahagia Bang Huda tumpah ruah. Ia memeluk Ayu dan melepaskan seluruh rasa gundah dalam hatinya. "Terima kasih. Terima kasih banyak sayang.. kamu sudah mau mempertahankan anak kita. Abang janji tidak akan mengulangi salah yang sama" janji Bang Huda.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Veny Silvia Fitry
aduuhh adaa bawangnyaa 🥲🥲🥲
2024-11-04
0
Nurhayati Nia
sedihh sekaligus bahagiaa
2024-05-09
0
Titin Vorever
sedih
2023-04-04
1