“Apakah kamu mengenal seorang gadis bernama Xue Lian?”
Mata Hongse langsung membesar, hampir keluar dari rongganya. Dia terkejut bukan alang kepalang mendengar nama itu di sebutkan, sebuah nama yang hanya beberapa orang yang mengetahuinya di dunia ini.
"Apa kamu yang kamu katakan? Dari mana kamu tahu nama itu?" Tanya Lin Hongse tercengang.
Zhao Juren menggedikkan bahunya dan sekali lagi seolah menjawab Lin Honges adalah sebuah pilihan buruk.
“Hei, jangan hanya nyengir begitu! Kamu mengenal Xue Xue? Bagaimana cara kamu mengenalnya?” Pedang yang dipegang Hongse menjadi gemetar.
“Apakah dia memperkenalkan dirinya padamu?” Pertanyaan itu begitu bertubi-tubi, sekatang tak memberi kesempatan Zhao Jure menjawab.
“Ya, dia memperkenalkan dirinya padaku.” Jawab Zhao Juren dengan pias penuh kepuasan seolah baru saja menang atas pertarungan, tentu saja raut wajah Hongse menjadi tegang dan membatu antara terkejut dan tak percaya. Merah hampir membiru.
“Omong Kosong!!!”Umpatnya dengan gusar. Mata pedang itu tidak lagi fokus di leher Zhao Juren. Dirinya di kuasai emosi uang ganjil seolah Zhao Juren telah merebut sesuatu darinya.
"Xue Xue tak akan sembarangan memperkenalkan dirinya pada orang lain." Kalimat itu terdengar dingin, antara marah dan tak yakin.
“Dia benar-benar memperkenalkan dirinya dalam mimpiku, aku berani bersumpah!" Zhao Juren melangkah sedikit, Lin Hongse merangseknya memberi gertakan supaya Zhao Juren tidak melakukan gerakan apapun.
"Bohong!!!" Pekiknya marah.
"Untuk apa aku berbohong? Namanya Xue Lian, seorang puteri cantik yang menjaga Danau lima warna. Dia bahkan mengatakan bahwa dia memegang ujung tali takdir denganku.” Zhao Juren mengucapkannya dengan senyum simpul. Dahinya berkerenyit.
"Dia memegang tali takdirmu?"
"Ya. Tepatnya aku di takdirkan untuknya."
"Hentikan omong kosongmu itu! dia bukan orang yang suka bicara omong kosong seperti itu."
"Ini bukan bohong. Dia mengatakan ini dalam mimpiku."
“Mimpi? Di dalam mimpi?? Hanya dalam mimpi???” Hongse berteriak hampir tergelak mendengar pernyataan Zhao Juren.
Sumpah serapah berhamburan dari ujung bibir Hongse. Dia jelas terlihat lega, setelah itu tawanya memecah ujung senja yang telah berubah menjadi malam itu.
Dan dengan sikap aneh yang tak bisa ditebak, Zhao Juren berdiri pasrah tanpa perlawanan seolah
menunggu kematian menjemputnya.
“Sekarang waktumu tiba tuan Zhao, kamu akan mati bersama omong kosongmu itu! Malam ini aku akan memutuskan tali takdirmu dengan Xue Xueku, bahkan aku tak rela meski itu hanya dalam mimpi!”Hongse merangsek kedepan dengan satu kali lompatan, pedangnya terkibas begitu rupa, dia seakan begitu siap untuk mencabut selembar nyawa milik Zhao Juren yang sama sekali tak menunjukkan minta untuk meladeninya.
Untuk ukuran seorang jenderal tentu saja, Zhao Juren seakan mempermalukan dirinya sendiri karena sedikitpun tak menunjukkan perlawanan.
Zhao Juren seolah sedang menunggu pedang itu menghantam batang lehernya ataukah lebih tepatnya dia sedang menunggu seseorang melakukan sesuatu untuknya.
Angin pedang itu sampai di kulit leher Zhao Juren yang sedikitpun tak bergerak itu,
“Wusss”
“TRING!!!”
Seseorang melompat dari balik pohon Willow tua menyonsong pedang Lin Hongse dengan sebuah pedang di tangannya. Harum persik yang sangat di kenal oleh Zhao Juren, bau itu menjadi satu-satunya yang akrab dengan penciumannya selama berada di ruangan saat dia terbaring tak berdaya.
“Xue Xue?!” Teriakan Hongse terdengar memecah sunyi.
Dia tampak mengenali benar, siapa perempuan bercadar hitam yang mematahkan serangannya.
“Hongse, lepaskan dia!” Itu adalah suara gadis bercadar hitam dengan sulaman emas yang di dalam antara sadar dan tak sadar Zhao Juren selalu merasa gadis itu berada di dekatnya.
Dia pernah mendengar seseorang memanggilnya dengan dengan nama nona Xue Lian, tepat ketika dia terbangun suatu pagi dan berpura-pura tidur saat mereka masuk.
“Kenapa kamu begitu membelanya, Xue Xue? Dia adalah musuh kita?” Tanya Hongse dalam nada kecewa dan keberatan.
“Aku tidak membelanya.” Jawab perempuan bercadar itu dingin.
“Aku hanya ingin membebaskannya.” Lanjutnya sambil menyingkirkan pedang yang hampir mengenai leher Zhao Juren itu.
“Xue Xue, aku sudah membiarkanmu menyelamatkannya di gerbang Doting tiga bulan yang lalu. Tetapi aku tak pernah rela kamu membiarkannya tetap hidup sekarang apapun alasannya. Setidaknya umumkan dia menjadi tawanan perang kita, Yanzhie pasti tergoncang jika tahu jenderal mereka yang gagah perkasa itu dalam tawanan kita.” Ujar Hongse setengah membujuk.
“Kamu tahu perintah? Aku memerintahkanmu untuk tidak menyentuhnya selama dia berada di tanah Nanxing.”
“Tapi…”
“Hongse, aku tidak suka berdebat, kamu tahu benar tentang itu.”
Zhao Juren sama sekali tak bicara tertapi di mematung di tempatnya berdiri, tanpa suara sedikitpun, telinganya yang tajam itu menangkap semua pembicaraan mereka dan berusaha mencernanya.
"Xue Xue, Yang Mulia Raja Nan tak akan menyukai tindakanmu kali ini. Kamu sudah diluar batas!"
"Jangan membawa Yang Mulia dalam urusan ini." Perempuan bercadar itu melengos.
"Kamu tahu benar hukuman untuk penghianat di Nanxing, Xue Xue?"
"Terimakasih sudah mengingatkan, tetapi aku tidak akan mengubah keputusanku."
“Xue Xue, kenapa kamu menjadi lunak begini? Kakak pasti tidak menyukainya. Kamu akan mendapat masalah jika dia tahu kamu menyembunyikan seorang musuh di istana Tianzhi.”
“Kakak tak akan tahu jika kamu tak berbicara.”
“Xue Xue, ada apa denganmu? Kenapa kamu menjadi lunak seperti ini?”
“Tidak usah banyak bicara Hongse, tinggalkan saja dia. Biarkan dia keluar dari Nanxing dengan caranya entah hidup atau mati. Tetapi, aku tak akan megijinkan pedangmu
mengambil nyawanya!"
Zhao Juren diam-diam tersenyum melihat perdebatan dua orang itu, seolah dia telah memegang pionnya, sekarang dia hanya sedang menikmatinya.
"Xue Xue aku tak akan membuatmu mengulangi kesalahan yang sama." Pedang Lin Hongse di arahkannya langsung menuju dada Zhao Juren dengan kesal yang tak tertahan, tampak dia tak main-main dengan serangannya.
"Trang!"
Perempuan bercadar yang di panggil Xue Xue itu melompat mematahkan serangan Lin Hongse, alhasil mereka berdua terlibat pertarungan di mana Lin Hongse terlihat sangat bernafsu untuk membunuh Zhao Juren tetapi si Xue Xue itu menghalanginya.
Pertarungan itu jelas tidak serius, Lin Hongse sangat berhati-hati dan menahan diri sementara lawannya hanya sekedar bertahan tanpa membalas.
"Astaga, ada apa dengan kalian?" Zhao Juren menatap pertarungan itu seperti pertarungan dua anak kecil memperebutkan mainan.
Dia tak berminat kabur atau terlibat, rasa penasarannya telah membuatnya menjadi aktor yang ulung. Sekarang, Zhao Juren hanya menikmatinya sebagai penonton.
"Xue Xue! Kamu terlalu kekanakan, kamu akan menyesalinya." Teriakan Lin Hongse yang terdengar putus asa itu berbarengan dengan dia melompat ke belakang beberapa langkah.
"Aku tak akan melepaskannya lain kali, ingat itu!!!" Lin Hongse berbalik dan sesaat kemudian dia hilang di balik pohon-pohon, pergi dalam sekelebat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
mama yuhu
😁😁awas pangersn terjebak loh
yg kau lawan itu jendral bukan kaleng kaleng
2023-04-07
1
Elshop
penassran...
2023-03-05
0
HNF G
xue xue pasti udah kepincut sm kegantengan zhao juren🤭
2023-02-15
0