Senyum aneh bertengger di bibir Zhao Juren, meski ia merasa sekujur tubuh menjadi kehilangan separuh tenaganya, dia tak takut pada peperangan , dia tidak gentar pada pertempuran, dia telah menyaksikan ratusan pembantaian di depan matanya, bahkan dirinya tidak takut pada kematian, tetapi hari ini dia merasa takut pada dirinya sendiri.
“Tuan Zhao…!” Kuda Li Jin sudah berada tepat di samping kuda milik Zhao Juren, tanpa di sadari oleh Zhao Juren, di tangannya terhunus pedang yang masih berlumuran darah segar.
“Kemana saja kamu?” Pertanyaan itu yang justeru keluar di antara dengus nafas Zhao Juren yang memburu. Dia kehilangan Li Jin dari sisinya dalam beberapa lama.
“Maafkan aku, Tuan. Ada situasi genting yang harus ku sampaikan kepada tuan.” Li Jin berucap sambil mengatur nafasnya, menarik kekang kudanya kuat-kuat, sehingga kuda yang di tungganginya meringkik sedemikian rupa.
“Situasi genting apakah itu?”
“Ada kabar dari selatan kota, gerbang Doting telah di terobos pasukan Niang.” Li Jin berucap dengan masih terengah-engah, dia tahu sedang memberi jawaban yang tak di harapakan oleh Zhao Juren.
“Gerbang Doting di terobos?” Zhao Juren menoleh pada Li Jin dengan sedikit tegang, wajahnya menjadi keruh seketika.
“Ya, Tuan. Kita di kecoh oleh pasukan Niang, mereka seolah-olah sedang ingin membantai kita hari ini di medan perbatasan ini tetapi sebenarnya diam-diam, kota raja Nanxing mengirim kavaleri lain untuk menguasai Gerbang Doting.”
“Bagaimana mungkin mata-mata kita tak mendapatkan informasi sepenting itu?” Zhao Juren berusaha bersikap tenang tetapi tetap saja tidak bisa menyembunyikan keterkejutan dan amarahnya.
“Menurut satu mata-mata yang berhasil melarikan diri, mereka semua di tangkap oleh pasukan bidadari Jenderal Qui. Bahkan mereka tahu semua strategi kita dengan sedetilnya.” Jawab Li Jin sambil mengibaskan pedangnya pada seorang prajurit berkuda yang berusaha membokongnya.
“Siapa penyusup dalam pasukan Yu, yang telah membocorkan semua rencana kita? Cari tahu dan tangkap, bawa padaku!” Zhao Juren menggeram, dia tak menyangka bisa kecolongan di hari ke-6 peperangan ini.
“Baik, Tuan.” Li Jin membungkuk dengan patuh, rahangnya yang kuat itu terlihat mengeras, dia tak kurang geramnya. Hanya ada 6 orang yang selalu di libatkan dalam rapat intern membahas strategi perang. Zhao Juren sendiri selaku pimpinan tertinggi, Li Jin wakil Zhao Juren dan 4 komandan lain yang memimpin infanterinya. Mereka adalah Komandan He Xing, pemimpin pasukan pedang berkuda, Komandan Ming Yu pemimpin pasukan panah, Komandan Qiao pemimpin pasukan tombak dan Hen Tian, pimpinan mata-mata, dia mengepalai semua komandan pasukan yang bertanggungjawab pada Li Jin. Salah satu dari antara mereka pastilah yang berkhianat.
“Tunggu, Li Jin…” Zhao Juren mengangkat tangannya, menahan Li Jin yang hendak membalikkan arah kudanya.
Tiba-tiba mata Zhao Juren tertuju pada satu titik di depannya,
“Tadi genderang yeng menandakan apa?”
“Perang untuk hari ini akan berakhir dalam sepeminum teh lagi.” Jawab Li Jin.
“Berarti kita masih punya waktu sedikit lagi, bukan?”
“Ya, Tuan.” Li Jin menjawab dengan sedikit bingung mendengar pertanyaan tuannya itu.
Mendengar jawaban Li Jin dengan segera Zhao Juren menyarungkan pedangnya, menarik busur panah dari punggungnya badan memasangkan anak panahnya.
Mata Li Jin beralih pada tempat di mana mata sang jenderal itu terpaku.
Zhao Juren tak bergeming dengan anak panah yang siap di lepaskan dari busurnya, matanya terpicing sementara kudanya sama sekali tak bergerak dalam keriuhan medan tempur yang terasa panas oleh bau kematian. Bidikan itu di tujunya pada seorang laki-laki dalam pakaian jirah di atas kuda sekitar lima puluh depa dari tempatnya, sedang mengamuk mengayunkan pedangnya pada siapapun yang meghalanginya.
“Aku baru melihatnya hari ini.”
Laki-laki berbaju jirah itu tampak berbeda dari semua seragam perang yang di kenakan oleh bala tentara lain, dari kemampuannya pun terlihat dia mempunyai keahlian perang yang tidak sembarangan, hanya saja baju jirah yang di kenakannya itu terlihat kebesaran untuknya. Tapi, itu tidak terlalu menganggunya, gerakannya terlihat lincah.
“Dia terlihat berbeda dari beberapa komandan yang bertarung denganku dalam beberapa hari belakangan ini.” Desis Zhao Juren sambil membidiknya. Zhao Juren berharap dia adalah orang penting dan berpengaruh bagi pasukannya, dan harapan terbesarnya itu adalah Jenderal Qui sendiri.
Dan dalam sekali lepas anak panah itu melaju, membelah udara dengan tujuan leher dari orang itu yang terbuka sedikit membuat satu celah. Sayangnya anak panah itu meleset hanya menggores kulit lehernya, tanpa memberi luka yang berarti. Cahaya sore membuat pandangan Zhao Juren memang sedikit mebayang tetapi itu bukan alasan sebenarnya, si baju jirah itu berkelit sedikit dengan menggerakkan kepalanya sehingga anak panah Zhao Juren tak sempat mengenainya.
Zhao Juren memang tak berencana membunuhnya dalam sekali serangan tetapi lebih pada memancing si baju Jirah untuk melihat padanya.
Benar saja, kepalanya mendonggak ke arah asal anak panah, menatap dengan mata membara dari balik ketopong besinya. Tapi dia tidak datang menghampiri pada Zhao Juren seperti harapan Zhao Juren, hanya saja tatapannya menyorot tajam, menatap dari sana sejenak sebelum membalikkan badan kudanya dan meacu kudanya secepat kilat pada arah yang berlawanan.
Zhao Juren hendak memburunya, tak ingin melepaskan kesempatan untuk menangkapnya, tetapi Li Jin menahannya,
“Tuan…apakah anda mempunyai perintah untuk mengatasi penyerangan di gerbang Doting?”
Zhao Juren mengurungkan niatnya, sesaat menatap pada wajah Li Jin yang merah padam karena cemas, lalu membalikkan badan kudanya.
“Li Jin, pimpin mereka di sini hingga perang ini berakhir. Bawa saja mereka ke kemah. Dan tunggu aku kembali.”
“Tapi bagaimana dengan gerbang Doting?” Li Jin mengernyit dahinya mendengar perintah Zhao Juren.
“Sebentar lagi genderang tanda perang berakhir untuk hari ini akan di bunyikan. Bawa saja para pasukan yang tersisa ke kemah untuk beristirahat, jangan lupa cari pengkhianat dalam pasukan Yu, tahan sampai aku tiba.” Perintah Zhao Juren
“Tuan mau kemana?”
“Aku akan memasuki kota Yuchen lewat gerbang utara, malam ini juga aku yang akan memberi penerobos itu pelajaran!”
“Tuan pergi sendiri? Aku akan bersama Tuan”
“Li Jin, aku hanya mempercaimu sekarang. Gantikan aku memimpin pasukan kembali ke kemah. Semangat mereka sedang di ujung gentar, kuatkan mereka sampai pasukan dari Yubei tiba besok.”
Tanpa menunggu jawaban dari Li Jin, Zhao Juren dalam sekejap mata melesat dengan kudanya, menerobos para tentara musuh dan tentaranya sendiri menuju arah utara.
Terimakasih telah membaca novel CINTA TERAKHIR ZHAO JUREN ini💜 Yuk berikan VOTE, LIKE dan KOMEN biar Author tambah rajin
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Malia Susanti
jendral Qui... perempuan
2023-06-06
0
Tri Novita Kusumawati
dari sini ke cium nih Thor jodohnya Zhao juren seorang jendral wanita yaa
2023-05-26
0
mama yuhu
semoga misimu berhasil sayang 😁😁
yuk semangat juren
2023-04-07
1