Di musim gugur tahun ke tiga setelah penobatan permaisuri agung Xiao Yi, untuk pertama kalinya dalam sejarah
perseteruan abadi Niangxi dengan Yanzhie, bala tentara Niang berhasil mengepung kota tua Yuchen dan membuat bala tentara YU milik Yanzhie yang di pimpin langsung oleh panglima muda pangeran kehormatan Yanzhie , Zhao Juren, terdesak tepat pada hari ke tujuh peperangan.
Niangxi mempergunakan dengan baik isu kudeta intern yang terjadi selama beberapa tahun di belakang yang di pimpin oleh ibu Suri Zhao Li Sui dalam upaya merebut tahta. Mereka memasukkan hampir ratusan mata-mata lewat wilayah yang menentang di antaranya, provinsi paling utara Yanzhie yaitu kota kelahiran Xiao Yi, kota Youwu.
Nanxing menggunakan momen pemberontakan itu untuk mempelajari kelemahan dari pertahanan pasukan Yu yang terkenal dari Yanzhie.
Seratusan ribu pasukan berkuda Niang mengepung kota Yuchen dari segala penjuru, belum terhitung pasukan berpedang yang berada di belakangnya. Mereka benar-benar berambisi merebut kota sengketa
yang telah membuat banyak darah tertumpah untuk merebut dan mempertahankannya.
Zhao Juren berusaha mengimbangi pertempuran itu mengandalkan pasukan pemanah terbaiknya, dengan senjata rahasia Yubei, panah bermata racun yang jika tergores sedikit akan melemahkan syaraf korbannya.
Bertahun-tahun Zhao Juren menghadapi pasukan Niang sejak mudanya, dan setiap kali berhadapan dengan jenderal Qin sang pemimpin bala tentara Niang, Juren hampir tak pernah terkalahkan dan Zhao
Juren selalu berhasil memukul mundur semua pasukan jenderal Qin, seperti sekawanan hyena padang rumput di halau singa.
Tetapi Jenderal tua itu telah meninggal dua tahun yang lalu, dan taringnya pun sudah tak ada lagi, tetapi rumor mengatakan jika pasukan Niang di pimpin oleh seorang jenderal yang tak pernah disebutkan namanya. Dia begitu misterius dan kejam, tak ada yang berani berhadapan dengannya bahkan untuk untuk bisa bertemu dengannya adalah hal yang sangat langka. Konon bahkan tak banyak orang yang bisa berbicara langsung dengannya kecuali orang-orang tertentu.
Hanya wakilnya lah yang bisa dengan leluasa bertemu dengannya, orang kepercayaan yang senantiasa ada di dekatnya dan menurut apa yang di ceritakan orang, dia adalah jenderal kesayangan dari Raja Niangxi generasi baru, Nan Chen. Tak ada yang benar-benar bisa mendeskripsikan rupa dari jenderal baru itu, yang orang ketahui hanya dia di panggil jenderal Qui, sosok tanpa perasaan serta berdarah dingin, meski namanya aneh karena
berarti musim gugur. Raja Nan Chen sangat menyayangi jenderalnya itu, bahkan raja itu membangunkan sebuah istana di sebuah pulau kecil ditengah danau pada pinggir selatan kota Nanxing, ibu kota Niangxi. Istana pribadi itu adalah kediaman khusus dari Jenderal Qui, hadiah dari Raja Nanxing. Dan di istana itu, semua pengawal dan pelayannya adalah perempuan. Para pengawalnya adalah pasukan elite khusus bercadar yang terkenal dengan senjata rahasia mereka berupa jarum terbang. Karena istana itu dipenuhi oleh para perempuan, sehingga istana itu di sebut dengan “Istana Tianshi” atau istana bidadari.
Tak ada yang benar-benar bisa keluar masuk dengan leluasa ke istana itu, sehingga tempat itu sungguh seperti misteri. Kadang orang mengatakan, raja Nan Chen terlalu berlebihan mengistimewakan Jenderal Qui itu, sehingga membuat jenderal itu menjadi congkak dan semena-mena. Di gosipkan oleh orang-orang, jenderal Qui ini adalah orang yang suka perempuan, sehingga semua pelayannya adalah para pemuas nafsunya. Tapi itu juga tak ada yang tahu pasti, hanya cerita yang tak tentu asalnya.
“Jika ada yang berani melawan jenderal Qui, berarti sama dengan menentang aku!” Raja Nan Chen bahkan mengatakan hal itu, yang menandakan betapa istimewanya Jenderal Qui itu baginya.
Dan itulah orang yang kini menjadi musuh dari Panglima Zhao Juren, jenderal perang kerajaan Yanzhie.
“Aku sangat ingin bertemu dengannya secara langsung untuk membuktikan omongan besar orang tentangnya.” Tantang Zhao Juren.
Yang Mulia Yan Yue selalu mengutamakan diplomasi dari pada berperang mungkin inilah kelemahannya, suatu kala dia pernah berkata pada Zhao Juren,
"Tak perlu terlalu mencari musuh dengan berlebihan karena satu orang musuhpun tetlalu banyak untuk kita." Kata Yan Yue.
"Dulu, Yang Mulia adalah singa yang di takuti di medan perang. Tak kah Engkau rindu untuk meneriakkan pidatomu tentang semangat seorang ksatria?"
"Juren, tak ada rindu yang sebenarnya saat kita menyadari kemenangan yang kita dapatkan karena banyak darah yang tertumpah demikian banyak. Dulu, aku bangga pulang dengan pedang yang berbau amis tapi sekarang ketika aku menatap wajah anak-anakku, aku menyadari tak sedikit kanak-kanak kehilangan ayahnya dan menjadi piatu ketika perang itu berakhir. Bukankah menjadi terlalu busuk hati kita saat merindukan penderitaan orang lain?" Kalimat itu membekas di hati Zhao Juren.
Tentu saja dia tak akan mengerti perasaan semacam itu, karena dia tak punya orang yang menunggunya di istana besarnya yang sepi, tak ada suara anak-anak yang memanggilnya ayah ketika dia datang. Hati Zhao Juren sesungguhnya lebih dingin dari pedangnya sendiri, dia tak punya tujuan kecuali medan perang.
"Pernahkah Yang Mulia bertemu dengan raja muda Nan Chen itu?"
"Raja Niangxi adalah putra kedua raja Nan yang terdahulu, konon dia bukanlah putra mahkota Niangxi, dia punya seorang kakak laki-laki, tetapi putra mahkota itu sangat lemah dan penyakitan, dia meninggal pada usia sangat muda belum genap 17 tahun karena satu penyakit yang misterius. Putra mahkota Nan meninggal bahkan sebelum di nobatkan menjadi raja. Sehingga Nan Chen naik tahta pada usia yang sangat muda, yaitu 15 tahun saat ayahnya mangkat. Aku tak pernah bertemu muka dengan Nan Chen tetapi..." yang Mulia Yan Yue terlihat memicingkan matanya menatap Zhao Juren lalu melirik pada kasim Chen di sebelahnya. Sang kasim itu tersenyum, dia tahu Yang Mulia ingin dia saja meneruskan cerita selanjutnya karena cerita itu hanyalah serupa gosip ringan para perempuan.
"Menurut cerita, Nan Chen adalah raja yang tampan dan kejam, dia punya selir 77 orang, dia garang di setiap medan perang dan tak mempunyai hati karena kekecewaaannya pada sang permaisuri." Lanjut Kasim gemulai yang setia itu.
"Kenapa dengan permaisurinya?"
"Permaisurinya tak bisa memberikannya putra mahkota." Senyum kasim Chen terkembang seolah begitu bangga, seolah dia adalah kasim yang serba tahu di seluruh dunia ini.
"Tapi, yang terpenting...Raja Nan Chen adalah raja yang tanpa ampun, dia mempunyai ambisi menahlukkan semua pesisir selatan hingga timur dengan begitu dia akan menundukkan Yanzhie dengan mudah, aku hanya ingin duduk bersama dengan Nan Chen untuk membicarakan kembali perjanjian damai, supaya perang yang sesungguhnya tak pernah terjadi. Keinginan Nan Chen yang sebenarnya tak sesederhana karena menginginkan kota tua Yuchen." Pandangan Yang Mulia Yan Yue tampak mengeras menatap ke arah langit.
"Dia menginginkan sesuatu yang lebih besar..."
YANG MULIA RAJA NAN CHEN
Terimakasih telah membaca novel ini💜 Yuk berikan VOTE, LIKE dan KOMEN biar Author tambah rajin menulis💜💜💜
...I LOVE YOU ALL...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Nano Angela
behh koleksi selirnya 77,, itu orang semua kah ??
2024-05-06
0
🎼shanly_keys
apakah dia jodohnya, ??? waduhhh
2023-06-30
1
HNF G
apakah nan chen ingin merebut yanzhi?
2023-02-15
0