"Aku tak akan melepaskannya lain kali, ingat itu!!!" Lin Hongse berbalik dan sesaat kemudian dia hilang di balik pohon-pohon, pergi dalam sekelebat.
Sesaat kemudian suasana hening, Lin Hongse menghilang seperti hantu dalam kegelapan, di antara pepohonan.
"Pergilah, sebelum aku berubah fikiran." Desis gadis bernama Xue Xue dari balik cadarnya.
"Kemana?" Zhao Juren malah balik bertanya dengan santainya, membuat Xue Xue mengurungkan niatnya untuk berbalik menyusul ke arah hilangnya Lin Hongse.
"Pulanglah ke negaramu. Keluar dari tanah ini, sebelum pasukan Nan menemukanmu."Sahut Xue Xue dengan nada gusar.
"Aku sudah menebak jika aku telah di culik seseorang ke negara Niangxi ini. Tapi aku tak mengerti, seorang gadis menculik laki-laki sekarat, entah apa alasannya." Zhao Juren terkekeh.
"Tidak sepantasnya kamu mengatakan itu, tuan Zhao. Seharusnya malah kamu harusnya berterimakasih aku telah menyelamatkanmu dengan segala resiko yang tak kamu tahu." Dengus Xue Xue, suaranya terdengar galak.
"Aku tak pernah meminta kamu melakukannya, nona Xue Xue, atau entaj kamu yang bernama puteri Xue Lian itu atau..." Zhao Juren tersenyum dalam temaram.
Xue bercadar itu terdiam seperti patung dalam beberapa jenak, seakan menunggu lanjutan kalimat yang jeluar dari bibir Zhao Juren. Tetapi kalimat itu menggantung begitu saja, tak ada lanjutannya. Zhao Juren benar-benar seorang yang berpengalaman mempermainkan emosi orang.
"Aku juga tak berminat menyelamatkan seseorang, apalagi itu seorang dari bagian musuh." Sahutnya tajam kemudian, sedikit menggebu.
"Tapi..."
Belum sempat Xue Xue melanjutkan kalimatnya, suara riuh dan derap kuda dari kejauhan membuat mereka berdua saling pandang.
"Ayo..." Jemari Xue Xue tiba-tiba mencengkeram lengan Zhao Juren, tapi dengan raut santai Zhao Juren tak bergeming.
"Ada apa?" Malah dia menaikkan alisnya yang seperti pedang itu, seakan dia tak mendengar apapun.
"Ikut aku." Jawab Xue Xue gusar.
"Kenapa?"
"Kamu mau mereka menemukan kita?"
"Siapa?"
"Jangan berpura-pura bodoh!"
Dengan kasar Xue Xue menarik lengan Zhao Juren, sekarang di aertai tenaga. Jika Zhao Juren memberi perlawanan sebenarnya tenaga Zhao Juren jauh lebih kuat. Tetapi, Zhao Juren membiarkannya.
Setidaknya dia berhasil membuat gadis itu tak lagi meninggalkannya dengan sembarangan.
Zhao Juren sangat ingin tahu, jati diri gadis misterius ini yang mati-matian ingin menyelamatkannya.
Dalam sekejap tubuh Zhao Juren yang tinggi besar itu ditarik oleh Xue Xue menembus kegelapan malam, berkelebat di antara pepohonan yang berdiri seperti bayangan dalam keremangan.
...***...
Entah berapa li mereka berlari menjauhi tepian danau lima warna menuju arah utara menjauh dari segerombolan pasukan berkuda yang sepertinya sedang mencari sesuatu itu. Setelah sepeminum teh, Xue Xue menghentikan langkahnya, jubah hitamnya yang semula berkibaran melawan angin malam menjadi kaku. Mereka berada di sebuah dataran yang terlihat lebih tinggi dari tempat lain.
Nafas Xue Xue sama sekali tidak tersengal, seperti seharusnya orang yang telah berlari begitu lama, dia nyaris seperti melayang menandakan ilmu peringan tubuhnya bukan main-main.
"Siapa mereka?" Zhao Juren menunjuk ke kejauhan tepatnya di pinggir danau lima warna, sekitar dua puluhan orang seperti titik-titik hitam tepat di mana perahu Zhao Juren di tambatkan.
Xue Xue tak menjawab, suara nafasnya terdengar teratur.
"Mereka seperti pasukan khusus..."
"Mereka adalah prajurit Niangxi." Sahut Xue Xue, singkat. Zhao Juren menoleh pada perempuan yang berdiri di sampingnya itu. Tubuhnya yang ramping itu, terbungkus jubah hitam. Begitu misterius, cadar menutup sebagian wajahnya, hanya matanya yang berpendar bening.
Zhao Juren sangat tergelitik untuk melihat secantik apa rupa di baliknya.
"Aku tahu benar sekarang aku di tanah Niang, yang tak ku mengerti, mengapa kamu jauh-jauh membawaku ke sini?"
"Aku tak suka menjawab banyak pertanyaan." Suara itu datar saja, dilontarkan Xue Xue dengan cepat.
"Tapi, aku suka bertanya..." Zhao Juren terkekeh lagi, sedikit menggoda gadis itu.
"Kenapa kamu tidak memberikan perlawanan saat Hongse ingin membunuhmu?" Tanya Xue Xue seakan ingin mengalihkan pembicaraan.
"Karena aku tahu, aku tak akan mati di tangannya." Jawab Zhao Juren dengan yakin.
"Kamu terlalu percaya diri, Hongse bukan orang yang suka main-main Bahkan jarum kelabang hijaunya hampir saja merenggut nyawamu."
"Aku tahu dia serius ingin membunuhku, tapi..." Zhao Juren melirik ke arah Xue Xue sambil menyeringai.
"Aku juga tahu benar, seseorang yang berdiri di belakang pihon Willow tua itu pasti tak akan membiarkanku tewas begitu saja setelah dia mati-matian menyelamatkanku dalam tiga bulan terakhir ini." Zhao Juren tersenyum lebar dengan seringai puas.
Andai hari tidak terlalu gelap, dan wajah Xue Xue tidak terlindung cadarnya, Zhao Juren bisa melihat pias Xue Xue menjadi merah, semerah houyun mekar.
"Kamu benar-benar terlalu percaya diri, itu hanya kebetulan saja." Xue Xue mengibaskan jubahnya dengan jengkel, dia malu sendiri ketika tahu Zhao Juren hanya menjebaknya supaya keluar dari persembunyiannya.
"Aku mengantarmu sampai pinggir hutan ini, setelah itu berjalanlah menuju utara, melewati dua desa, kalau bisa hindarilah permukiman. Nanti kamu akan bertemu sebuah sungai yang jembatannya terputus. Aku telah menyuruh seseorang menunggumu di sana. Katakan saja kamu ingin menyeberang. Dia akan mengerti." Suara Xue Xue teratur, matanya tajam menatap ke arah Zhao Juren. Jelas, gadis ini tak punya rasa takut.
"Aku akan pergi sendiri? apa kamu tidak kuatir si hijau itu tidak akan membuntutiku dan membunuhku?" Tanya Zhao Juren setengah berkelakar.
"Aku tahu benar kemampuanmu tuan Zhao yang terhormat, kamu telah mempermainkanku sedari tadi, bukan aku tak tahu. Sekarang, aku tak mau meladenimu lagi. Pulang saja, saat kita bertemu berikutnya aku berharap kita bisa bertarung sebagai musuh di medan perang." Xue Xue berdiri seperti patung, jubahnya berkibaran diterpa angin malam yang tiba-tiba berkesiur rendah.
"Aku tak tahu apa alasanmu melakukan semuanya, nona. Tapi, aku percaya takdir yang telah mempertemukan kita." Zhao Juren akhirnya menyahut dengan serius.
"Tapi, bukanlah kehormatan bagi seorang prajurit untuk di selamatkan oleh musuhnya sendiri, aku tak sepenuhnya bersyukur dengan itu. Jauh di lubuk hatiku, aku merasa terhina. Entah, sebaiknya aku mati saja saat itu, mungkin lebih baik." Baru kali ini setelah sekian lama, Zhao Juren kembali ke dirinya sendiri, menjadi dingin dan datar.
"Takdirmu tidak mati dengan cara di bokong , tuan Zhao." Suara Xue Xue terdengar ketus.
"Semua orang akan mengingatmu dengan tak mulia jika matimu di sarang musuh dengan di bokong. Dan selamanya, pasukan Niang akan di rendahkan karena itu. Setidaknya, aku telah melakukan hal yang benar untuk menyelamatkan dua muka." Lanjut Xue Xue.
Zhao Juren tidak menyahut, dia menatap kepada Xue Xue dengan lekat seakan ingin menembus cadar gadis itu.
"Apakah aku boleh bertanya satu hal?" Tiba-tiba Xue Xue bertanya, dalam suara tercekat.
"Apa?"
"Apakah kamu benar memimpikan Xue Lian?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
🎼shanly_keys
wanita ini yg cocok untuk panglima.... tp takdir apa yg menunggu mrk
2023-06-30
1
Suprati Wulandari
jiaaaaa . . . ternyata tuan putri keppo , fix nih tuan putri yg naksir duluan sama pangeran yg lagi patah hati 😁😁
2022-12-14
0
monayla
ayo thor update
2022-08-03
2