BAB. 11 Mari Bertarung

Langit segera menjadi senja, sebentar lagi malam tiba, tiupan angin malam berkesiur dari arah barat mengabarkan remang yang akan segera tiba.

Menjelang malam, Zhao Juren seperti kesetanan memacu kudanya. Dia terengah-engah menghentikan kudanya tepat di depan Gerbang utara Doting, langit semakin kelam, kabut tebal memenuhi udara, suara dentang gong dari kejauhan di tabuh dan sangkakala perang memecah udara yang tiba-tiba terdengar membuat setiap orang yang mungkin mendengarnya bergidik. Suara bagai halilintar yang merobek angkasa itu menandakan bahwa perang untuk hari ini telah berakhir. Setiap orang yang selamat  dari bilah pedang dan mata panah hari ini, di beri kesempatan untuk menyeka darah dari senjatanya, beristirahat satu malam dalam tidur yang tak lelap untuk besok kembali turun ke medan perang untuk menyabung sisa nyawa.

 “Berhentilah di sana!”

Suara itu terdengar berat dari atas Gerbang Utara. Seseorang dalam jubah hijau berdiri di sana bersama dengan orang lain dalam baju Jirah yang menyolok. Berdiri tanpa membuka ketopong besinya. Itu adalah orang yang sama yang di bidik oleh Zhao Juren dengan panahnya beberapa saat yang lalu.

“Kami telah menguasai gerbang ini,  Malam telah menyelamatkan nyawamu, jadi kembalilah.” Laki-laki dalam jubah hijau itu berkatadengan suara yang membahana.

Zhao Juren menatap sekelilingnya, beberapa mayat prajuritnya dan prajurit Niang bergelimpangan di sekitar depan Gerbang. Zhao Juren hanya menghela nafas perlahan. Dia tahu, para prajuritnya telah bertarung dengan gagah berani mempertahankan gerbang utara kota tua ini.

“Turunlah dan bertarunglah denganku sebelum bulan menjadi bulat di atas kepala.” Kata Zhao Juren dingin.

“Waktu perang telah usai, tuan. Pertarungan untuk hari ini telah berakhir. Besok pagi kamu boleh mengantar nyawamu kemari,”Sahut si jubah hijau dalam nada mengejek.

“Waktu untuk para prajurit mungkin sudah habis, tapi tidak untuk dua panglimanya. Kita tak mengenal malam untuk

menegakkan harga diri kita. Aku percaya, tuan yang bersembunyi dalam baju jirah itu adalah Jenderal Qui yang terkenal itu.” Zhao Juren mendonggak,  mengangkat jarinya dan menunjuk orang yang berdiri tak bergeming dalam jubah hijau di sampingnya.

“Aku, Jenderal Zhao Juren, panglima perang Yanzhi menantangmu dengan hormat untuk bertukar pedang, demi menghormati mayat-mayat prajurit kita yang mati untuk gerbang ini!” Sesaat Zhao Juren mengitari pandangan ke sekelilingnya. Dadanya menjadi sedikit sesak dalam pemandangan yang terlihat sedikit mengerikan. Udara meniupkan bau amis yang khas dari darah yang mongering.

Di dalam hawa yang tiba-tiba terasa mencekam suara itu terdengar tenang dan dingin,  perlahan-lahan keluar dari mulut Zhao Juren, suara itu tak terlalu keras, namun dengan jelas masuk ke telinga setiap orang yang sedang berdiri di atas gerbang itu.

Sesaat suasana menjadi hening, bahkan beberapa prajurit yang terdekat diengan Zhao Juren menahan nafas, begitupun orang-orang yang berdiri di atas gerbang, mereka terlihat menatap Zhao Juren terpaku.

Zhao Juren yang tampan berbalut kesedihan mendalam melompat dari kudanya dengan gerakan halus menjejak tanah, wajahnya muram bagai air keruh di musim kering, memandang dengan tatapan congkak yang di buat-buat kepada sosok-sosok yang berdiri memandangnya bahkan tak bergeming mengawasi dirinya dri atas gerbang. Tubuh mereka seperti siluet dan samar.

“Tak bisa dipercaya, seorang Jenderal besar Yanzhi yang terkenal itu datang sendiri dengan cara seperti ini. Entah ini suatu kehormatan ataukah sebuah penghinaan.” Jubah hijau yang tampan itu menyeringai lebar di dalam cahaya samar dari obor-obor yang di hidupkan pada setiap sisi tembok.

“Jangan mengajarkan aku tentang peraturan, karena kalian sendiri telah melanggarnya hari ini dengan merebut Doting dengan cara diam-diam dan tak terhormat.” Zhao Juren melemparkan kalimat itu dengan nada geram.

“Tuan Zhao…dalam perang, kadang-kadang kita harus selangkah lebih licik, dengan begitu kita tak akan bisa mudah di kalahkan.” Si Jubah hijau tertawa terbahak-bahak, meski nadanya sumbang karena suaranya yang sedikit gemetar. Sementara, orang dalam baju jirah di sampingnya itu berdiri sperti patung. Dia tak bersuara, ekspresinya pun tersembunyi di balik ketopong besinya yang keperakan terkena cahaya obor.

 Sosok dalam baju jirah gelap itu berbisik pada si jubah hijau, entah apa yang dikatakannya tetapi si jubah hijau itu segera menganggukkan kepalanya setelah sedikit membungkuk mendengarkan,  si jubah hijau memang bertubuh lebih tinggi ataukah mungkin si baju jirah yang terlalu pendek, Zhao Juren merasa ragu pada pandangannya. Jenderal Qui yang sangat di takuti itu ternyata tak segagah yang selama ini ada di fikiran Zhao Juren.

“Tuanku berkata, lihatlah hari mulai gelap seperti ini, sebaiknya  mari kita tunda sampai esok pagi pertarungan ini karena hari akan segera malam.” Jubah merah berucap, suaranya terdengar sedikit bergetar.

“Pengecut.” Raut Zhao Juren mengeras, di telinganya bergemerisik ingatan pada seorang prajurit Niang yang menggigit leher prajuritnya tepat di depan mata kepalanya sendiri. Hawa dingin segera merasuk sampai tengkuknya.Pandangannya di penuhi bumi dan langit yang gersang dan suram, angin musim gugur menyapu padang rumput yang merah karena darah, semuanya bagai tak nyata tetapi jelas terjadi di medan pembantaian hari ini.

SRING!

Zhao Juren menarik pedangnya, dengan tubuh yang tegak bagai kayu persik, ia dengan perlahan maju ke depan, langkah kakinya terlihat berat, wajahnya dingin mendadak pucat pasi bagai salju, darah pada pedangnya mengering, entah darah siapakah di sana, dia tak tahu. Berapa banyak nyawa telah di telannya, Zhao Juren sungguh telah lupa.

Para prajurit dari atas tembok yang tertutup itu mengangkat busur panahnya dengan waspada, mata mereka tak lepas dari sosok yang berjalan menuju pintu tembok itu sementara telinga mereka menunggu komandan mereka memberi isnstruksi, kapan anak panah di tangan mereka harus di lepaskan.

“Turunlah! Entah kamu, atau kalian berdua…bahkan kalian semua pun taka da yang membuatku surut dan gentar. Kita bertarung sebagai pria terhormat.” Zhao Juren berucap, suaranya tenang tanpa emosi membiarkan setiap ekor mata tertuju padanya seperti kucing yang waspada.

Sampai di depan pintu kayu besar itu, ia berdiri di sana, angin malam meniup rambut nya yang di kuncir tinggi di atas kepala dan sisanya terbawa angin musim gugur membuatnya berkibar-kibar.

“Tuanku mengatakan Jangan memaksa, kami masih memberi kesempatan untukmu kembali.”

Zhao Juren tertawa keras hingga tubuhya bergoncang, tawa yang aneh antara tergelak tetapi berbalut kesedihan,

“Jangan menghinaku lagi. Katakan pada tuanmu yang bisu itu, tak perlu berbisik di depanku seperti perempuan yang sedang bergunjing, sesama lelaki bersikaplah lebih ksatria. Dari tadi aku tak sedikitpun mendengar suara tuanmu itu. Ataukah tuanmu itu benar-benar bisu? Ayolah,  turunlah, tak perlu sungkan, aku sangat menunggu pertemuan ini. Jika pun aku mati di tangannya, aku tak menyesal.”

Terimakasih telah membaca novel CINTA TERAKHIR ZHAO JUREN ini💜 Yuk berikan VOTE, LIKE dan KOMEN biar Author tambah rajin

Terpopuler

Comments

cha

cha

bisu cenah😆😆😆🤪

2023-08-29

0

mama yuhu

mama yuhu

prajurit niang sebagian zombie?

2023-04-07

1

💕💕syety mousya Arofah 💕💕

💕💕syety mousya Arofah 💕💕

lhawong jedrale takut bersuara karna emang beda gender,,,,

2023-02-22

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Sejarah Singkat Yanzhie & Niangxi
2 BAB 2. VISUALISASI
3 BAB 3. Hati Yang Sakit
4 BAB 4. Pertempuran Terakhir
5 BAB 5. Cinta Tak Sampai
6 BAB 6. Berharap Bertemu Ujung
7 BAB 7. Istana Bidadari
8 BAB 8. Perang Hari ke-6
9 BAB 9. NAGA TERLUKA
10 BAB 10. Merebut Gerbang Seorang Diri
11 BAB. 11 Mari Bertarung
12 BAB 12. Salju Di Penghujung Musim Gugur
13 Bab. 13 Seharusnya Tak Begini
14 BAB 14. Membuka Mata
15 BAB.15 Perempuan Bercadar
16 BAB. 16 Di Atas Danau Lima Warna
17 BAB. 17 Tiga Pertanyaan
18 Bab. 18 Puteri Xue Lian
19 BAB 19. Menyelamatkan Dua Muka
20 Bab 20. Berhutang Nyawa
21 Bab. 21 Berkabung di Awal Musim
22 BAB. 22 Berjalan Di Garis Takdir
23 BAB. 23 Sebuah Rahasia di Balik Kisah
24 Bab 24. Mata Sebening Berlian
25 Bab 25. Cinta Yang Tak Terungkap
26 Bab 26. Pulang Kembali
27 Bab 27. Ikan Bakar Guo dan Saus Releng
28 Bab. 28 Sembayang Arwah
29 Bab 29. Tuan Seribu Nyawa
30 Bab 30. Setelah Menghilang
31 Bab. 31 Senja di Atas Lantian
32 Bab 32. Mengemban Misi
33 Bab 33. Menjadi hitam di antara Merah
34 Bab 34. Menjelang Pesta Lentera
35 BAB 35. Tak Bisa Kembali
36 BAB 36. Tujuan Yang Sama
37 BAB 37. Puteri Nan Luoxia
38 BAB 38. Menunggu Bertemu
39 BAB 39. Rindu di Bawah Pohon Liu
40 BAB 40. Tetaplah Di Sini
41 BAB 41. Pesta di Aula Wanxiang
42 BAB 42. Kesepian Dalam Keramaian
43 BAB 43. Tangisan Tanpa Suara
44 BAB 44. Pesta Dalam Kesedihan
45 BAB 45. Cemburu Yang Jahat
46 BAB 46. Menyelundup Masuk Istana
47 BAB 47. Mabuk Sampai Pagi
48 BAB 48. Cinta Dan Kesumat
49 BAB 49. Kabar Buruk
50 BAB 50. Jalan Masuk Ke Istana
51 BAB 51. Sandiwara Di Mulai
52 BAB 52. Pelayan Dapur Istana
53 BAB 53. Hukuman Jasad
54 BAB 54. Bijak Dalam Keraguan
55 BAB 55. Menghayati Peran
56 BAB 56. Pertemuan di Dalam Istana
57 Bab 57. Melayani Sang Puteri
58 BAB 58. Permainan Puteri Nan
59 BAB 59. Perempuan Seribu Wajah
60 BAB 60. Perjamuan Harem
61 BAB 61. Pengumuman di Perhelatan
62 BAB 62. Mencari Jalan Melupakan
63 BAB 62. Kebimbangan
64 BAB.63 Akhirnya Berbicara
65 BAB 64. Sandera Politik
66 BAB 65. Kisah Sedih pangeran Nan Yuhuai
67 Bab 66. Meninggalkan Janji di Gunung Beiyu
68 BAB 67. Bagian Dari Permainan
69 Bab 68. Membenci Dalam Senyum
70 Bab 69. Deburan Aneh
71 BAB 69. Sepenggal Ingatan Dari Masa Lalu
72 BAB 70. Takut Rindu
73 BAB 71. Bersembunyi Dalam Selimut
74 BAB 72. Isi Kepala Yang Kacau
75 BAB 73. Cinta Itu...?
76 Bab 74. Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
77 BAB 75. Tentang Rasa Kehilangan
78 BAB 76. Mimpi-Mimpi Manis
79 BAB 90. MENANGIS DALAM PELUKAN
80 BAB 78. Pulang Sekali Lagi
81 BAB 79. Sama-Sama Hantu
82 BAB 80. Mari Berjanji
83 BAB 81. Permusuhan Yang Aneh
84 BAB 82. KAPAL KARAM
85 BAB 83.TAK PERNAH SAMA
86 BAB 84. BOLEHKAH AKU MENCINTAIMU
87 BAB 85. PERANG BESAR AKAN DI MULAI
88 BAB 86. MENULIS TAKDIR DENGAN DARAH
89 BAB 87. APA YANG KAMU TUNGGU?
90 BAB 88. MATA YANG SAMA
91 BAB 89. BERKACA DI PERMUKAAN TELAGA
92 BAB 90. MENANGIS DALAM PELUKAN
93 BAB 91. KEKACAUAN TIBA-TIBA
94 BAB 92. REMBULAN SEDINGIN ES
95 BAB 93. KUIL YICHEN
96 BAB 94. INGIN BERTEMU ORANG YANG SAMA
97 BAB 95. Mimpi Darah Menggenang
98 BAB 96. Sumpah Meterai Darah
99 BAB 97. Anak Catur Menuju Tahta
100 BAB 98. Tangga Menuju Langit
101 BAB 99. Menikam Jantung Hati
102 BAB 100. Sebelum Jatuh
103 BAB 101. SIAPA YANG MENYANGKA
104 BAB 102. Giok Naga Hijau
105 BAB 103. AKU PULANG
106 BAB 104. Pulang Ke Tempat Yang Di rindukan
107 BAB 105. Hari Perkabungan
108 BAB 106. Menuntaskan Rasa Usang
109 BAB 107. Mengantar Sampai akhir
110 BAB 108. Memilih Jalan Hidup Sendiri
111 BAB 109. Pusaran Takdir
112 BAB 110. Siapa Pengganti Raja?
113 BAB 111. Rumor Jahat dari Istana
114 BAB 112. Kembali Ke Danau Lima Warna
115 BAB 112. Bunga Juhua Musim Gugur
116 BAB 113. Berpisah di Ujung Ngarai
117 BAB 114. Lukisan Terakhir Yuhuai
118 BAB 115. Melepaskan Rindu
119 BAB 116. Di bawah Lentera Redup
120 BAB 117. Aku melamarmu
121 BAB 118. Mencari Xiao Perak
122 BAB 119. Berpura-pura
123 BAB 120. Tak perlu Mengangkat Telunjuk
124 BAB 121. Bangun Setelah Pemakaman
125 BAB 123. Menyembunyikan Rahasia Besar
126 BAB 124. Cinta Mencurangi Takdir
Episodes

Updated 126 Episodes

1
BAB 1. Sejarah Singkat Yanzhie & Niangxi
2
BAB 2. VISUALISASI
3
BAB 3. Hati Yang Sakit
4
BAB 4. Pertempuran Terakhir
5
BAB 5. Cinta Tak Sampai
6
BAB 6. Berharap Bertemu Ujung
7
BAB 7. Istana Bidadari
8
BAB 8. Perang Hari ke-6
9
BAB 9. NAGA TERLUKA
10
BAB 10. Merebut Gerbang Seorang Diri
11
BAB. 11 Mari Bertarung
12
BAB 12. Salju Di Penghujung Musim Gugur
13
Bab. 13 Seharusnya Tak Begini
14
BAB 14. Membuka Mata
15
BAB.15 Perempuan Bercadar
16
BAB. 16 Di Atas Danau Lima Warna
17
BAB. 17 Tiga Pertanyaan
18
Bab. 18 Puteri Xue Lian
19
BAB 19. Menyelamatkan Dua Muka
20
Bab 20. Berhutang Nyawa
21
Bab. 21 Berkabung di Awal Musim
22
BAB. 22 Berjalan Di Garis Takdir
23
BAB. 23 Sebuah Rahasia di Balik Kisah
24
Bab 24. Mata Sebening Berlian
25
Bab 25. Cinta Yang Tak Terungkap
26
Bab 26. Pulang Kembali
27
Bab 27. Ikan Bakar Guo dan Saus Releng
28
Bab. 28 Sembayang Arwah
29
Bab 29. Tuan Seribu Nyawa
30
Bab 30. Setelah Menghilang
31
Bab. 31 Senja di Atas Lantian
32
Bab 32. Mengemban Misi
33
Bab 33. Menjadi hitam di antara Merah
34
Bab 34. Menjelang Pesta Lentera
35
BAB 35. Tak Bisa Kembali
36
BAB 36. Tujuan Yang Sama
37
BAB 37. Puteri Nan Luoxia
38
BAB 38. Menunggu Bertemu
39
BAB 39. Rindu di Bawah Pohon Liu
40
BAB 40. Tetaplah Di Sini
41
BAB 41. Pesta di Aula Wanxiang
42
BAB 42. Kesepian Dalam Keramaian
43
BAB 43. Tangisan Tanpa Suara
44
BAB 44. Pesta Dalam Kesedihan
45
BAB 45. Cemburu Yang Jahat
46
BAB 46. Menyelundup Masuk Istana
47
BAB 47. Mabuk Sampai Pagi
48
BAB 48. Cinta Dan Kesumat
49
BAB 49. Kabar Buruk
50
BAB 50. Jalan Masuk Ke Istana
51
BAB 51. Sandiwara Di Mulai
52
BAB 52. Pelayan Dapur Istana
53
BAB 53. Hukuman Jasad
54
BAB 54. Bijak Dalam Keraguan
55
BAB 55. Menghayati Peran
56
BAB 56. Pertemuan di Dalam Istana
57
Bab 57. Melayani Sang Puteri
58
BAB 58. Permainan Puteri Nan
59
BAB 59. Perempuan Seribu Wajah
60
BAB 60. Perjamuan Harem
61
BAB 61. Pengumuman di Perhelatan
62
BAB 62. Mencari Jalan Melupakan
63
BAB 62. Kebimbangan
64
BAB.63 Akhirnya Berbicara
65
BAB 64. Sandera Politik
66
BAB 65. Kisah Sedih pangeran Nan Yuhuai
67
Bab 66. Meninggalkan Janji di Gunung Beiyu
68
BAB 67. Bagian Dari Permainan
69
Bab 68. Membenci Dalam Senyum
70
Bab 69. Deburan Aneh
71
BAB 69. Sepenggal Ingatan Dari Masa Lalu
72
BAB 70. Takut Rindu
73
BAB 71. Bersembunyi Dalam Selimut
74
BAB 72. Isi Kepala Yang Kacau
75
BAB 73. Cinta Itu...?
76
Bab 74. Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
77
BAB 75. Tentang Rasa Kehilangan
78
BAB 76. Mimpi-Mimpi Manis
79
BAB 90. MENANGIS DALAM PELUKAN
80
BAB 78. Pulang Sekali Lagi
81
BAB 79. Sama-Sama Hantu
82
BAB 80. Mari Berjanji
83
BAB 81. Permusuhan Yang Aneh
84
BAB 82. KAPAL KARAM
85
BAB 83.TAK PERNAH SAMA
86
BAB 84. BOLEHKAH AKU MENCINTAIMU
87
BAB 85. PERANG BESAR AKAN DI MULAI
88
BAB 86. MENULIS TAKDIR DENGAN DARAH
89
BAB 87. APA YANG KAMU TUNGGU?
90
BAB 88. MATA YANG SAMA
91
BAB 89. BERKACA DI PERMUKAAN TELAGA
92
BAB 90. MENANGIS DALAM PELUKAN
93
BAB 91. KEKACAUAN TIBA-TIBA
94
BAB 92. REMBULAN SEDINGIN ES
95
BAB 93. KUIL YICHEN
96
BAB 94. INGIN BERTEMU ORANG YANG SAMA
97
BAB 95. Mimpi Darah Menggenang
98
BAB 96. Sumpah Meterai Darah
99
BAB 97. Anak Catur Menuju Tahta
100
BAB 98. Tangga Menuju Langit
101
BAB 99. Menikam Jantung Hati
102
BAB 100. Sebelum Jatuh
103
BAB 101. SIAPA YANG MENYANGKA
104
BAB 102. Giok Naga Hijau
105
BAB 103. AKU PULANG
106
BAB 104. Pulang Ke Tempat Yang Di rindukan
107
BAB 105. Hari Perkabungan
108
BAB 106. Menuntaskan Rasa Usang
109
BAB 107. Mengantar Sampai akhir
110
BAB 108. Memilih Jalan Hidup Sendiri
111
BAB 109. Pusaran Takdir
112
BAB 110. Siapa Pengganti Raja?
113
BAB 111. Rumor Jahat dari Istana
114
BAB 112. Kembali Ke Danau Lima Warna
115
BAB 112. Bunga Juhua Musim Gugur
116
BAB 113. Berpisah di Ujung Ngarai
117
BAB 114. Lukisan Terakhir Yuhuai
118
BAB 115. Melepaskan Rindu
119
BAB 116. Di bawah Lentera Redup
120
BAB 117. Aku melamarmu
121
BAB 118. Mencari Xiao Perak
122
BAB 119. Berpura-pura
123
BAB 120. Tak perlu Mengangkat Telunjuk
124
BAB 121. Bangun Setelah Pemakaman
125
BAB 123. Menyembunyikan Rahasia Besar
126
BAB 124. Cinta Mencurangi Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!