Kabut di atas cakrawala dengan perlahan bergerak, warna membaur di batas barat, sejumlah burung layang-layang yang sedang pulang bermigrasi dari selatan menuju utara tampak seperti noda bergerak di pandangan Zhao Juren.
Mimpinya yang aneh ini seperti begitu nyata, tangan Zhao Juren terulur ke atas, rasanya dia ingin sekali menggapainya.
“Astaga mimpi ini indah sekali, seperti langit senja terakhir di utara Yanzhie yang pernah kulihat dulu kala, ketika aku membuntuti Xiao Yi ke Yalu, saat dia melakukan misi menyembuhkan seorang selir raja bernama Yuan itu…” Zhao Juren membatin dalam hati, fikirannya melayang-layang.
Suara burung bangau yang berkaok begitu dekat di telinga Zhao Juren. Begitu dekat dan lama kelamaan menjadi riuh. Zhao Juren mengerjapkan matanya, mana mungkin di dalam mimpi ada suara senyata ini?
Saat dia menggeliat seketika tempatnya berbaring seakan oleng dan Zhao Juren sadar jika dia benar-benar sedang terbangun. Hanya saja sekarang dia terbangun di dalam sebuah perahu kecil. Tubuhnya terasa masih sedikit
berat, dia belum sepenuhnya pulih benar. Zhao Juren tak tahu ada senjata rahasia dengan racun sedemikian mematikannya, bahkan ketika menancap di tengkuknya, hampir seluruh tenaganya hilang terserap jarum itu. Yang pernah di dengarnya hanya tiga racun yang sangat mematikan di dunia dan paling terkenal dari sepanjang utara menuju selatan, yaitu racun lili es dari utara, racun embun beku dari lembah Ping Yuan dan racun kelabang hijau dari pesisir selatan. Dia yakin, salah satu racun itu mengenainya.
“Kaok…!” Bangau hitam lewat samping perahunya, menyadarkan Zhao Juren yang masih setengah linglung.
Zhao Juren berpegang dengan sigap pada bibir perahu yang anya seukuran tubuhnya ini, lalu bangun dengan perlahan. Menyeimbangkan perahunya yang oleng ke kiri dan ke kanan. Karena berat tubuhnya yang membeban perahu tak seimbang.
“Baru kali ini aku melihat ada bangau hitam. Di atas Yubei mereka biasanya hanya lewat saja, tetapi sekarang aku bahkan hampir bisa menyentuh mereka.” Zhao Juren bergumam.
Matanya segera tertuju pada sekawanan burung bangau hitam yang sedang berenang tidak jauh dari perahunya. Dan pesona itu bukan satu-satunya yang membuat Zhao Juren langsung mengucek matanya, dia sekarang berada
di sebuah danau yang memiliki air sebening kristal, ketika Zhao Juren melongok, dia seakan bisa melihat dasar danau itu dengan sangat jelas. Dasar danau ini memiliki warna biru muda seperti topaz tetapi bersemburat jingga karena pantulan langit senja. Dan anehnya seolah setiap beberapa detik berubah warna, permukaannya bahkan seperti cermin ketika sinar matahari jatuh ke permukaan danau, warna airnya akan berubah menjadi hijau muda kemudian berangsur menjadi tua, atau kadang-kadang kuning muda dan berakhir pada merah jingga.
“Tempat apakah ini? Kenapa tempat ini begitu asing sekaligus indah, rasanya aku pernah melihatnya dalam mimpi…seperti dalam mimpi anak-anak…”
Setiap jengkal di tanah Yanzhie pernah di tapaki Zhao Juren dan dia tak pernah tahu ada tempat seindah
ini di Yanzhie. Zhao Juren tanpa sadar berdecak kagum pada pemandangan yang tertera di depan matanya.
Ketika dia melayangkan pandangnya ke depan, di kejauhan dia melihat bangunan hitam pada sebuah pulau yang di kelilingi hutan persik, istana itu berada di dataran tertingginya. Tapi tempat itu terlihat puluhan bahkan ratusan li dari tempatnya kini. Begitu jauh dan sulit untuk di capai. Bangunan itu terkesan misterius dan juga menyimpan sejuta rahasia.
Langit diatas jelas mengatakan, sekarang adalah awal musim semi, dia sejenak terpaku. Bukankah dia terakhir melihat dunia dalah di awal musim dingin? Mengapa waktu berlalu begitu cepat bahkan dia tak
menyadarinya. Berapa lamakah dia terbaring di dalam ruangan itu, paling tidak mungkin selama beberapa purnama, sehingga melewati satu musim begitu saja.
Ketika dia menoleh kebelakang, Zhao Juren menyadari perahunya tidak jauh dari daratan. Dan sejenak
Zhao Juren terpaku, menatap daratan di belakangnya, tepi danau itu begitu berwarna. Tanahnya seperti berundak membentuk bukit, dan pohon-pohon berbaris besar kecil berdiri dengan rantingnya yang berwarna-warni. Di penghujung musim dingin pemandangan seperti itu sangat langka di Yanzhi, jika ada bunga-bunga yang melekat di rantingnya. Sekarang, yang terlihat di sana pucuk-pucuk muda terlihat merekah, ujung-ujungnya meneteskan salju terakhir yang berubah menjadi air berwarna keperakan tertimpa cahaya matahari sore.
“Apakah aku benar-benar berada di surga ataukah tempat ini adalah halusinasiku?” Zhao Juren menoleh ke samping kananya ada sebuah pengayuh dari kayu pipih yang berwarna cokelat tua dan di samping kirinya pedangnya.
Zhao Juren segera menyadari dirinya memang benar masih hidup, karena kain yang membungkus pedangnya itu berbau bunga persik, seperti bau perepuan bercadar yang terakhir kali di lihatnya. Sebelum dia menghirup aroma dupa wangi dan terlelap dengan nyenyaknya.
Zhao Juren sejenak menatap ragu pada istana yang seperti bayang-bayang di tengah pulau pada kejauhan kemudian menoleh pada daratan yang tak lebih dari belasan depa dari perahunya mengayuh perahunya menuju ke tepian, dia tahu sebentar lagi gelap, tak mungkin baginya terpaku pada pesona danau yang kini warnanya berubah dari merah darah menjadi perlahan gelap penuh misteri.
Burung-burung kecil mementang sayap, terbang rendah di atas pinggiran sungai, jari kaki mereka menyentuh kiambang hijau, menimbulkan riak air dan gelombang dari kayu pengayuh Zhao Juren segera membuat burung-burung itu ketakutan dan terbang menuju hutan bunga di tepian sungai.
Akhirnya, tak sampai setengah sepeminum teh, Zhao Juren mencapai pinggir sungai itu. Setelah menyampir pedangnya ke balik jubahnya yang berwarna hitam keperakan, Zhao Juren melompat ke atas daratan. Dia tak tahu kenapa dia mengenakan pakaian gelap seperti ini, warna yang tak pernah di sukai Zhao Juren jika harus jujur karena itu mengingatkannya pada jubah Jiu Fei yang berlumuran darah saat berada dalam pelukannya.
Baru saja kakinya menyentuh tanah,
"Sreeet…!”
sebuah pedang menodongnya, sosok jubah hijau yang sangat di ingatnya. Pada pertarungan terakhirnya, pria tampan dengan wajah bersih dan rambut panjang pada bagian belakang telinganya seperti dikepang kecil-kecil khas daerah selatan, pria itu menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.
“Aku sudah menyangka, kita akan bertemu lagi tuan Zhao. Kamu tak tahu, berapa lama aku sudah menunggumu di sini.” tanyanya dengan suara yang begitu dingin.
“Kamu…?” Zhao Juren ingat benar, laki-laki ini yang membokongnya dengan sebuah senjata rahasia, jarum beracun, membuatnya tak sadar bahkan hampir mati.
“Aku hampir putus asa, aku menunggumu begitu lama tetapi penantianku sungguh tak sia-sia. Aku benar-benar tak bisa tidur sebelum mengambil nyawamu dengan pedangku sendiri!” Ucapan itu terdengar menyimpan geram yang tak terkatakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
mama yuhu
next
2023-04-07
0
Dewi Kania
kalo visual bangau bukan seperti yg ditampilkan. Yg author share sepertinya itu angsa..
2023-01-09
0
Winarti 151
mgkinkh jodohnya jendrall Qiu..
2022-08-04
2