“Persetan denganmu, Qui congkak! Aku akan membunuhmu malam ini dan memajang kepalamu di aula Guangli!!!” Zhao Juren menyerapah dalam amarah yang meledak.
Dia mengibaskan pedangnya membuat si jubah hijau yang kurang siaga itu terjengkang ke samping sehingga dengan mudahnya Zhao Juren melompat menyerang kearah si Jubah besi.
“Jenderal!!!”
Suara si jubah hijau itu tertahan, tanpa berbalik sedikitpun si jirah besi mengangkat tangannya menahan pedang yang menderu ke arahnya dengan sebuah kipas besi yang tiba-tiba merekah lebar.
“TRANG!!!” bunyi besi bertemu besi membuat percikan api kecil di dalam keremangan malam dan salju yang turun sedikit itu. Salju pertama di penghujung musim gugur!
Zhao Juren bukanlah seorang pembokong, dia hanya berusaha melompat melewati kepala si jubah merah supaya bisa berhadapan dengan orang yang berjalan membelakanginya ini tetapi kipas besi menahannya, membuatnya harus menjejakkan kakinya kembali.
“Jenderal Qui? Apakah kamu yang bersembunyi di balik ketopong besi sialan itu? Seburuk apakah wajahmu sehingga kamu malu untuk membukanya pada musuhmu?” Geram Zhao Juren.
Si jirah besi berbalik, sekarang mereka berdua berhadapan.
“Sriiiiiing!” bunyi kipas besinya di tutup, tapi dia sama sekali tak bersuara, hal ini sungguh memancing emosi Zhao Juren.
Seburuk-buruknya permusuhannya dengan jenderal Qin di masa lalu, tak pernah dia merasa dipermalukan seperti ini.
Beberapa saat kemudian mereka berdua bertukar jurus, gerakan si jirah besi terlihat sangat tenang dan lembut, seolah-olah baju jirahnya seringan jubah. Ilmu peringan tubuhnya tak main-main.
Ilmu pedang Zhao Juren bukanlah ilmu pedang biasa, dia bisa melawan berpuluh prajurit biasa hanya dengan beberapa gerakan,tetapi Jenderal Qui ini jelas bukan orang biasa. Dia terkesan menghindari setiap
cecaran pedang Zhao Juren.
“Jenderal, biarkan aku menghadapinya untukmu!” Wajah Si jubah hijau yang tampan itu merona di pantul cahaya obor dari kejauhan, tetapi jenderal Qui mengibaskan kipas besinya yang keperakan itu dan
menghalaunya dari pertarungannya dengan Zhao Juren.
Zhao Juren melancarkan beberapa serangan sekaligus dari berbagai penjuru tetapi sang jenderal misterius itu tetap memilih bertahan tanpa membalas, dia begitu tenang dan tidak terprovokasi dengan serangan Zhao Juren yang jelas-jelas sangat menuntut lawannya memberikan perlawanan.
Dalam cahaya remang, terpamntul oleh cahaya obor mereka berdua seperti cahaya keperakan yang berdentingan, bergerak serupa bayangan di atas gerbang Doting itu, melayang di udara. Beberapa prajurit yang menyaksikannya hampir tak berkedip. Dua orang ini bukanlah orang sembarangan.
Dalam beberapa saat, terlihat Jenderal Qui mulai kendor, menghindari setiap serangan yang di lancarkan oleh lawan memang bukanlah pilihan yang tepat, apalagi sekelas Zhao Juren. Perlahan gerakan sang jenderal mulai kewalahan, Zhao Juren tak memberinya celah untuk hanya bermain-main.
“Berikan aku sedikit kehormatan, Jenderal. Aku akan menerima seranganmu dengan senang hati.” Zhao Juren menyeringai lebar.
“Ukh!”
Suara itu terdengar serupa keluh, ketika Jenderal Qui terjajar beberapa langkah, mata pedang Zhao Juren hampir\ melukai lehernya.
“Ayolah, berhentilah bersikap seperti seorang yang sok…”Zhao Juren merangsek dengan tak sabar.
“Jenderal!” Teriakan Jubah hijau membahana, memberi peringatan atas serangan Zhao Juren selanjutnya, dia terlihat cemas dalam raut yang tak bisa di sembunyikannya.
Jenderal Qui melompat, terlihat sesaat dia ragu, tetapi kemudian dia menarik pedangnya, Zhao Juren tersenyum menyeringai lebar melihat bagaimana seorang Jenderal Qui yang sombong itu kini bersedia meladeninya.
“Akhirnya…”
Zhao Juren merasa puas dengan reaksi Jenderal Qui, dia mundur dua langkah memberi ruang kepada jenderal Qui untuk mengayunkan pedangnya.
Saat Zhao Juren begitu fokus pada rasa penasarannya atas jenderal Qui yang terlihat sangat meremehkan dirinya ini, dia sama sekali tak waspada pada puluhan jarum kecil yang diterbangkan dalam kegelapan dari beberapa penjuru dan jelas itu ditujukan padanya. Dengan satu kali putaran jarum-jarum yang merupakan senjata rahasia beracun itu jatuh di atas lantai tembok menimbulkan sura berdentingan.
Beberapa saat kemudian, si jubah hijau mengangkat tangannya, suara desing yang sama datang dari dalam lengan jubahnya. Si jubah hijau berusaha mengambil kesempatan pada kelengahan Zhao Juren, dia membokong
untuk menyerang Zhao Juren dengan senjata rahasia.
“Tahan…!” Suara seorang perempuan melengking seolah datang dari dalam ketopong besi itu, saat Zhao Juren menoleh terpana pada suara itu, sebuah jarum melesat ke arah tengkuknya dan dalam beberapa detik kemudian tubuhnya terasa kaku dan kelu.
“Kenapa kalian membokongnya dengan tidak terhormat? Aku tak memerintah kalian menyerangnya!” Sekarang Zhao Juren antara sadar dan tak sadar merasa yakin jika suara perempuan yang tegas dan tajam itu
berasal dari dalam baju besi di depannya.
Zhao Juren terkejut bukan alang kepalang dengan apa yang di dengarnya, tetapi di saat bersamaan dia merasakan bagian tengkuknya sedikit kebas. Rasa kebas itu menjalar cepat dan dalam sekejap kakinya terasa gemetar, tak bisa menopang berat badannya sendiri.
“Si..si..si…ap..ah…kamuu?” pertanyaan itu dilontarkannya dengan terbata-bata. Entah mengapa dia merasa seperti orang yang tercekat, pangkal lidahnya tiba-tiba kelu luar biasa.
BRUKK!
Zhao Juren tersungkur di tanah, kepalanya terasa seperti di timpa batu besar. Betapa malu dirinya, saat menyadari mungkin nyawanya akan berakhir di tangan musuhnya dengan cara yang begitu hina, dia di keroyok di antara musuhnya dan dilumpuhkan dengan begitu mudahnya. Nama besarnya seolah menguap di antara udara malam yang dingin dan salju yang turun sedikit demi sedikit dari langit.
Di persimpangan diantara hidup dan mati, ketakutan terhadap kematian di hati manusia akhirnya mengungguli hati nurani mereka, tapi Zhao Juren tak takut bertemu maut. Dia hanya merasa begitu rendah, mati di depan seorang yang mungkin adalah perempuan! Suara yang keluar dari balik ketopong besi itu sangat jelas jika itu suara perempuan.
“Aku sudah menyuruhmu pulang…”Saat tubuhnya hampir menyentuh tanah. punggungnya di tangkap oleh tangan Jenderal Qui, tetapi suara perempuan itu begitu dekat dengan telinganya. Dia merasa seseorang berusaha menahan badannya yang berat dengan tubuhnya sendiri, sementara Zhao Juren sendiri kehilangan kemampuan meski itu sekedar untuk menopang tubuhnya.
“Seharusnya tidak perlu begini, jika kamu mendengarku…” suara itu lamat-lamat semakin sayup, menjelma seperti suara Xiao Yi yang manis dan kemudian berganti dengan suara Jiu Fei yang menggoda.
Zhao Juren berusaha membuka matanya tapi begitu beratnya, sebelum dunianya benar-benar lebih pekat dari malam.
Dirinya seorang prajurit, namun tak mampu melindungi dan dirinya sendiri, bayangan penglihatan pada ratusan mayat yang bergelimpangan di medan perang, sinar mata penuh rasa bersalah kepuasan ketika berhasil merenggut nyawa seseorang tanpa sedikitpun rasa bersalah, perasaan-perasaan itu berkecamuk lambat laun tumpeng tindih. Hujan salju tiba-tiba semakin lebat.
“Yi…er…” Sekujur tubuhnya dingin membeku tak bisa bergerak, hanya tangannya yang menggenggam hulu pedang sekuat tenaga sebelum dia tak ingat apa-apa lagi.
Terimakasih telah membaca novel CINTA TERAKHIR ZHAO JUREN ini💜 Yuk berikan VOTE, LIKE dan KOMEN biar Author tambah rajin
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
mama yuhu
kalau tidak bermain. curang.. pasukan niang akan kalah
2023-04-07
1
nengkirana
bener2 licik...pantas gak pernah menang dri dulu lawan yanzhi....niang pengecut!!!!
2022-09-16
2
Gembelnya NT
Di saat begini msh bisa halu kamu ya 😅😅
2022-08-15
3