"Aku boleh bertanya satu hal?" Tiba-tiba Xue Xue bertanya, dalam suara tercekat.
"Apa?"
"Apakah kamu benar memimpikan Xue Lian?"
Zhao Juren terpana sejenak, menatap pada perempuan yang tak kalah tajam menatap matanya.
"Kamu percaya pada mimpi?" Zhao Juren balik bertanya.
Xue Xue terdiam, dia tak menjawab pertanyaan Zhao Juren.
"Bagaimana kamu tahu nama Xue Lian itu?"
Sekarang mereka berdua seolah hanya saling melontarkan pertanyaan.
"Maafkan aku..." Akhirnya Zhao Juren memilih untuk jujur.
"Aku tak tahu itu mimpi atau tidak tetapi aku mendengar nama puteri Xue Lian di antara sadar dan tidak." Zhao Juren berucap hati-hati, sedikit merasa tak nyaman melihat perubahan sikap Xue Xue yang terlihat gusar setelahnya.
"Aku tahu, kamu hanya mengarangnya." Dengusnya, terdengar kesal.
"Aku tidak sepenuhnya mengarang..." Zhao Juren menyela.
"Aku memang di takdirkan untuk bertemu denganmu Xue Lian." Kalimat itu di lontarkan oleh Zhao Juren dengan cepat dan percaya diri, membuat Xue Xue melotot padanya.
"Kamu tahu namaku?" Suara Xue Xue seperti tercekat di tenggorokan, seakan tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Kamu tidak akan di panggil dengan Xue Xue oleh Hongse yang galak itu jika bukan namamu Xue Lian. Dan aku cukup mengenal dari suaramu saja, bukankah waktu satu musim itu sudah cukup lama membuatku mengenalmu? Bahkan aku hampir hapal dengan semua tarikan nafasmu." Zhao Juren berusaha mengamati perubahan wajah perempuan yang berdiri membeku tak jauh dari hadapannya itu. Cadar yang di kenakannya bukan suatu penghalang untuknya tahu, gadis itu sedang terpana padanya.
"Omong kosong!" Xue Xue mendengus sambil membuang muka, dia benar-benar tak bisa menyembunyikan kegusarannya.
"Puteri Xue Lian, aku tak tahu kamu itu siapa, entah puteri dari mana atau mungkin prajurit yang memang terlalu mulia baik hati. Tapi, aku tak perduli lagi, aku memang tak sepantasnya berbicara tak hormat padamu. Setidaknya, aku berhutang nyawa padamu dan untuk itu aku bersumpah untuk membalasnya di hari depan, dengan cara apapun." Zao Juren berucap dengan suara yang lebih hangat.
Xue Xue tak bergeming, dia sungguh mengurungkan niatnya untuk pergi sekarang. Kalimat demi kalimat yang di ucapkan Zhao Juren membuatnya mengurungkan niatnya untuk meninggalkan Zhao Juren.
Angin malam berkesiur, terasa sedikit lebih menyengat kulit. Hawa dingin merasuk tiba-tiba, suasana yang mendadak mencekam itu seharusnya membuat dua orang itu seharusnya memilih untuk segera angkat kaki dari dataran itu.
Tapi, mereka berdua seperti terpaku, kaki mereka seolah melesak sampai ke dasar bumi. Saling menatap dengan aneh, bertukar kerjap.
"Tak perlu merasa berhutang budi." Suara Xue Lian terdengar rendah.
"Aku hanya ingin membalas budi seseorang di masa lalu. Aku tahu kamu telah memperlakukannya dengan baik." Tak pernah Zhao Juren mendengar suara Xue Xue menjadi begitu getir seperti saat ini.
"Siapa? Aku menyelamatkan seseorang? Kapan?" Mata Zhao Juren terbeliak, dia tak tahu bagaimana mungkin dalam hidupnya pernah menyelamatkan seseorang. Selama ini tangannya dipenuhi darah, entah berapa nyawa telah tercerabut dari raga melalui tangannya itu.
Dan ketika Xue Lian mengatakan dia berhutang budi pada Zhao Juren untuk seseorang tentu saja membuatnya tercengang.
"Seseorang yang pernah mengajariku banyak hal di masa lalu. Aku tahu, dia sudah tak lagi hidup, tapi setidaknya satu orang yang ku tahu bersamanya hingga akhir hidupnya adalah anda tuan Zhao." Suara Xue Xue terdengar tajam, mata itu berkaca-kaca.
Zhao Juren baru kali ini merasa tak yakin pada apapun bahkan dia tak bisa menebak siapa orang yang di maksud oleh Xue Xue.
"Aku berharap kamu tidak kecewa nona Xue Lian, mungkin saja kamu salah orang." Zhao Juren terkekeh, suaranya terdengar bimbang.
"Bagaimana aku bisa salah orang, hanya satu orang yang bernama Zhao Juren di Negara Yanzhi. Dan satu-satunya yang mengecewakanku darimu, bahwa Zhao Juren yang menggetarkan Niangxi dengan hanya menyebutkan namanya itu adalah seorang pria ceroboh. Untuk melindungi selembar nyawanya saja dia perlu seirang perempuan melakukannya." Tawa dalam nada mengejek itu terdengar begitu berbeda di telinga Zhao Juren. Baru kali ini, tawa itu terdengar dari balik cadar hitamnya itu.
"Maafkan aku, jika namaku ternyata terlalu besar dari harapanmu, Nona." Tanpa maksud mengelak, Zhao Juren malah menimpali ucapan Xue Xue.
"Bolehkah aku tahu, siapa orang yang begitu berarti bagimu, dan aku telah mencurangi takdir dengan tak sengaja menanam budi pada namanya?" Zhao Juren entah merasa nyaman dengan sikap Xue Xue yang terlihat mudah kesal dan gusar itu, karena di balik sikap yang terlalu blak-blakan sebagai seorang perempuan itu, gadis misterius ini terdengar tulus.
"Jika aku mengatakannya, tidak akan membuatnya hidup dan kembali padaku. Jadi apakah itu penting sekarang?"
"Tentu saja penting, nona Xue Xue. Aku tak bisa menerima pengorbanan seorang perempuan yang sampai detik ini berusaha melindungiku, yang bahkan aku yakin tindakanmu ini mempertaruhkan kepalamu di kaki Raja Nan. Menyembunyikan musuh di tempatnya dan membelanya secara terbuka bukan kejahatan biasa." Zhao Juren menghela nafasnya perlahan.
"Aku harus berterimakasih pada orang itu..." Lanjut Zhao Juren kemudian.
"Dia sudah tak lagi ada di dunia, semua sekarang tak penting lagi." Xue Xue membuang pandangannya dengan jengah. Meski temaram hanya di terangi cahaya bulan sepenggal, tetap saja dia takut Zhao Juren melihat air mata yang tiba-tiba saja ingin keluar dari kelopaknya. Terasa perih menggerayangi sehingga membuatnya berkaca-kaca.
"Nona Xue Xue...?"
"Dia meninggalkanku karena mengejar cintanya." Xue Xue menggigit bibirnya.
"Aku...apakah aku pernah menyelamatkan kekasihmu?" Tanya Zhao Juren setengah melongo.
Xue Xue menggeleng, gerakan kepalanya itu terlihat tak jelas, tetapi matanya berbinar dalam temaram. Zhao Juren yakin dia sedang menangis.
"Atau jangan-jangan kamu mencintai Li Jin ? Tapi...tidak...dia masih hidup saat terakhir kali ku tinggal di perbatasan." Zhao Juren menggeleng dengan cemas, seraut wajah wakilnya Li Jin, berkelebat. Tapi, dia menepisnya kemudian, Li Jin tidak mungkin menjalin hubungan dengan perempuan dari negara Niangxi. Bahkan dia terlalu sibuk untuk mengurus pasukan Yu dan dirinya tentu saja, sedikitpun dia tak pernah mendengar jika Li Jin mencintai seorang perempuan.
"Dia bukan kekasihku!" Xue Xue terdengar memberengut dengan sikap kesal. Sikap alami gadis ini mungkin adalah pemarah dan sedikit manja meski dia seorang perempuan tangguh dan pemberani.
"Lalu?"
"Dia mengejarmu!"
"Hah???"
"Dia mencintaimu!"
"Apa...apa maksudmu?"
"Kak Jiu Fei mencintaimu, tuan Zhao Juren."
"Hah? Jiu...Jiu Fei? Jiu Fei yang mana?" Seketika Zhao Juren menjadi setengah linglung.
"Hanya satu Jiu Fei yang meninggal dalam pelukan kekasihnya, dan yang ku tahu satu-satunya orang yang di cintainya adalah Zhao Juren."
Zhao Juren terkesima, matanya tak berkedip menembus malam, seakan tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
🎼shanly_keys
itu juga yg dikatakan yue,... wanita itu tdk mencintainya, ttp dia mencintai org lain...
2023-06-30
1
Dian Vivo
apa mungkin dia saudara jiu fei
2023-04-14
0
mama yuhu
juren terkaget-kaget tuh😁😁
2023-04-07
1