BAB 9. NAGA TERLUKA

Kedua pasukan itu pun saling berhadapan dan  menyerang, denting senjata beradu dengan ringkikan kuda, golok dan pedang setaiap kali bertemu dengan daging, membuat jalan darah yang tak putus.

Gelombang serangan silih berganti menerjang di antara pedang berkilauan lasana perak, tak terperikan darah menggenang, setiap sayatan dan potongan tubuh adalah hal yang lumrah, seperti bagian dari cinderamata pertarungan itu. Perang, sungguh adalah arena kematian.

Bau amis darah menguar, mayat-mayat yang telah di tinggalkan oleh nyawa bergelimpangan hampir tak ada harganya. memenuhi mata para prajurit, lapis demi lapis mayat menumpuk di tanah, telinga berdesing, suara serangan berubah menjadi simfoni di telinga. Suara-suara teriakan amarah dan kesakitan seolah harmonisasi di arena peperangan.

Para prajurit yang terluka, dengan sebagian tubuh yang terkoyak itu, mereka seolah sudah mati rasa. Nyaris tak ada suara kesakitan lagi, keringat yang mengucur membaur dengan darah tak menyisakan rasa sakit sama sekali. Syaraf kesakitan mereka telah lumpuh. Mereka hanya menyerang dengan membabi buta,  tanpa berhenti untuk mengayunkan tangan seolah tak lagi perduli jika pedang yang ada di tangan meraka patah.

“Bunuh! Bunuh! Mati! Mati! Bunuh!”

Kata-kata itulah yang memenuhi benak setiap orang, tak ada yang terlintas di kepala mereka, bahkan kematian tak lagi membuat mereka ketakutan.

"Membunuh atau di bunuh!" itulah yang ada di fikiran mereka.

Zhao Juren menghentikan ayunan pedangnya, terpana pada seorang prajurit musuh yang menerjang tanpa senjata di depannya, dia menangkap leher seorang prajurit Zhao, dan dengan mata merah dan tangan yang bertelanjang mulutnya menganga lebar, menggigit leher musuhnya seperti serigala yang kelaparan. Jeritan prajuritnya itu memekak telinga seiring darah yang muncrat seperti air mancur dari lehernya, sungguh membuat Zhao Juren bergidik.

Sepanjang peperangan yang di pimpinnya belasan tahun terakhir, dia tak pernah melihat kengerian yang di lihatnya hari ini. Perang bahkan mengubah seseorang lupa pada dirinya sebagai manusia, kekejaman perang sungguh membuat siapapun merinding.

“Sreeeeet…! Crasshh!”

Tanpa ragu, dengan sekali tebas pedang zhao Juren membuat prajurit musuh yang laksana kerasukan itu tumbang dengan robekan besar di dadanya, luka itu pula yang seketika merenggut nyawanya keluar dari raga.

Mata Zhao Juren nanar menatap ke depan, pada prajurit yang bertarung di depan matanya, meski lengannya hampir putus, pahanya pincang karena panah menembusnya, mereka tetap maju dan menyerang dalam sisa tenaga, semangat bertarung meraka tak surut meski di ambang kematian.  Mereka tak lagi seperti manusia, tetapi lebih mendekati binatang ataupun segerombolan setan yang menggila.

“Mundurlah…” Zhao Juren merasa tak tega melihatnya. Prajurit terluka itu menoleh padanya, matanya merah tanpa menyiratkan rasa kesakitan sedikitpun.

“Aku tak akan mundur…” Suaranya terdengar tegas dan jelas meski serak.

“Kamu terluka berat, sebaiknya kamu mundur dan kembali ke kemah.” Ucap Zhao Juren sambil mengibas pedangnya menghalau prajurit itu.

“Aku baik-baik saja, Tuan! Jikapun mati, aku akan mati dengan terhormat di medan perang.” Sahutnya sambil menggerakkan kakinya dengan sisa tenaganya.

Zhao Juren terpekur sesaat menatap nyalang pada langkah prajuritnya yang tanpa lengan itu, darah mengucur sedemikan rupa. Tapi semangatnya begitu kuat berkobar untuk terus melakukan perlawanan.

“Siapa namamu?”

“He Shian, Tuan.”

“He Shian kamu adalah prajurit terberani yang pernah ku lihat selama hidupku.”

Mata He Shian berbinar, mendapati pujian dari jenderal besar, junjungannya itu.

“Terimakasih, Tuan Zhao. Aku senang jika mati hari ini dan itu berada di sampingmu.”

Zhao Juren mengangguk dan dengan rendah hati dia memberi penghormatan pada sang prajurit yang di ambang sekarat itu, Zhao Juren tahu, hari ini adalah kali terakhirnya berjumpa dengannya. Karena sebentar lagi mungkin, dia tak akan bisa bertahan lebih lama. Rasa lelah, kehilangan darah dan tenaga yang terkuras, Zhao Juren tahu pengabdian He Shian hanya sampai pada hari ke-6.

“Pukul mundur mereka! Pasukan mereka tak seberapa!” Zhao Juren berteriak sembari menggebah kudanya membelah medan pertemuran, dia mencari dimanakah Li Jin berada. Pedang di tangan Zhao Juren seperti terbang, terayun kesana kemari, Jenderal muda itu seperti naga, meliuk dan bergerak zig zag dengan kudanya.

Dia seperti tak mengenal lelah, luka sambitan dan goresan panah yang mengenainya sama sekali tak membuatnya mundur, Zhao Juren seperti naga yang terluka, dia tak sabar mengakhiri peperangan itu,

dia tak sabar keluar dari kengerian pertarungan ini.

“Li Jin!!!”

Dia memanggil, sambil menatap ke arah langit, sebentar lagi sepertinya matahari akan tenggelam, mungkin mereka harus mengakhiri perang hari ini dalam sepeminum teh ke depan.

Li Jin sama sekali tak terlihat di antara para para prajurit yang saling baku hantam senjata itu, Zhao juren sungguh sangat berharap untuk bertemu dengan Jenderal Qui hari ini secara langsung.

Jika dua orang pemimpin yang bersabung nyawa, jika slah satu di antaranya kalah ataupun tewas maka perang perbatasan ini pastilah akan berakhir.

“Tuan…sepertinya musuh kita mundur sdeikit demi sedikit.” Seorang komandan infanteri pasukan pemanah tiba-tiba muncul dengan kudanya menjejeri kuda Zhao Juren.

“Akupun merasakan hal yang sama, sepertinya sebagian tetap maju tetapi ada sebagian prajurit mereka yang menyingkir dengan jumlah yang tak kentara ke arah hutan di belakang. Mereka seakan sedang

mempermainkan kita.” Sahut Zhao Juren,

“Kami harus bagaimana, Tuan?” Tanya komandan infantery pasukan pemanah itu, Busur panahnya di pegangnya erat sambil menarik kekang kudanya supaya kuda cokelat yang di tungganginya itu sedikit tenang meski berada di antara dentingan besi yang beradu serta pekikan kesakitan dan amarah yang berpadu menjadi satu, sebagian anak panah di punggungnya telah habis, hanya bersisa beberapa bilah lagi.

Belum sempat Zhao Juren menyahut, genderang perang berbunyi dalam irama yang cepat seolah berusaha membakar semangat para prajurit yang berperang di bawah langit yang kelam. Entah karena mendung atau

karena kesedihan.

Darah mengenangi tanah, menjadi serupa sungai-sungai kecil yang mengalir di atas rumput musim gugur yang semula kuning kini menjadi sewarna dengan darah.

Zhao juren merasakan lututnya gemetar, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia seolah kehilangan hasratnya untuk meneruskan peperangan kitu. Bukan karena rasa takut, tetapi karena kengerian yang dilihatnya, membuat otaknya seakan membeku. Menang dan kalah, dia tetap berdiri di atas ribuan kematian.

Senyum aneh bertengger di bibir Zhao Juren, meski ia merasa sekujur tubuh menjadi kehilangan separuh tenaganya,  dia tak takut pada peperangan, dia tidak gentar pada pertempuran, dia telah menyaksikan ratusan pembantaian di depan antaranya, bahkan dirinya tidak takut pada kematian, tetapi hari ini dia merasa takut pada dirinya sendiri.

“Tuan Zhao…!” Kuda Li Jin sudah berada tepat di samping kuda milik Zhao Juren, tanpa di sadari oleh Zhao Juren, di tangannya terhunus pedang yang masih berlumuran darah segar.

Terimakasih telah membaca novel ini💜 Yuk berikan VOTE, LIKE dan KOMEN biar Author tambah rajin

Terpopuler

Comments

Solikin

Solikin

ngeri ngeri sedap thooooor.....takut Aq bacanya.... merinding oe....😔😔😔

2023-03-30

0

Ulil

Ulil

karya wao,, feelnya dapet banget,,,,
kereeeenn

2022-11-01

1

Eka Haslinda

Eka Haslinda

jadi orang kok guwaanteng banget yak

2022-09-18

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Sejarah Singkat Yanzhie & Niangxi
2 BAB 2. VISUALISASI
3 BAB 3. Hati Yang Sakit
4 BAB 4. Pertempuran Terakhir
5 BAB 5. Cinta Tak Sampai
6 BAB 6. Berharap Bertemu Ujung
7 BAB 7. Istana Bidadari
8 BAB 8. Perang Hari ke-6
9 BAB 9. NAGA TERLUKA
10 BAB 10. Merebut Gerbang Seorang Diri
11 BAB. 11 Mari Bertarung
12 BAB 12. Salju Di Penghujung Musim Gugur
13 Bab. 13 Seharusnya Tak Begini
14 BAB 14. Membuka Mata
15 BAB.15 Perempuan Bercadar
16 BAB. 16 Di Atas Danau Lima Warna
17 BAB. 17 Tiga Pertanyaan
18 Bab. 18 Puteri Xue Lian
19 BAB 19. Menyelamatkan Dua Muka
20 Bab 20. Berhutang Nyawa
21 Bab. 21 Berkabung di Awal Musim
22 BAB. 22 Berjalan Di Garis Takdir
23 BAB. 23 Sebuah Rahasia di Balik Kisah
24 Bab 24. Mata Sebening Berlian
25 Bab 25. Cinta Yang Tak Terungkap
26 Bab 26. Pulang Kembali
27 Bab 27. Ikan Bakar Guo dan Saus Releng
28 Bab. 28 Sembayang Arwah
29 Bab 29. Tuan Seribu Nyawa
30 Bab 30. Setelah Menghilang
31 Bab. 31 Senja di Atas Lantian
32 Bab 32. Mengemban Misi
33 Bab 33. Menjadi hitam di antara Merah
34 Bab 34. Menjelang Pesta Lentera
35 BAB 35. Tak Bisa Kembali
36 BAB 36. Tujuan Yang Sama
37 BAB 37. Puteri Nan Luoxia
38 BAB 38. Menunggu Bertemu
39 BAB 39. Rindu di Bawah Pohon Liu
40 BAB 40. Tetaplah Di Sini
41 BAB 41. Pesta di Aula Wanxiang
42 BAB 42. Kesepian Dalam Keramaian
43 BAB 43. Tangisan Tanpa Suara
44 BAB 44. Pesta Dalam Kesedihan
45 BAB 45. Cemburu Yang Jahat
46 BAB 46. Menyelundup Masuk Istana
47 BAB 47. Mabuk Sampai Pagi
48 BAB 48. Cinta Dan Kesumat
49 BAB 49. Kabar Buruk
50 BAB 50. Jalan Masuk Ke Istana
51 BAB 51. Sandiwara Di Mulai
52 BAB 52. Pelayan Dapur Istana
53 BAB 53. Hukuman Jasad
54 BAB 54. Bijak Dalam Keraguan
55 BAB 55. Menghayati Peran
56 BAB 56. Pertemuan di Dalam Istana
57 Bab 57. Melayani Sang Puteri
58 BAB 58. Permainan Puteri Nan
59 BAB 59. Perempuan Seribu Wajah
60 BAB 60. Perjamuan Harem
61 BAB 61. Pengumuman di Perhelatan
62 BAB 62. Mencari Jalan Melupakan
63 BAB 62. Kebimbangan
64 BAB.63 Akhirnya Berbicara
65 BAB 64. Sandera Politik
66 BAB 65. Kisah Sedih pangeran Nan Yuhuai
67 Bab 66. Meninggalkan Janji di Gunung Beiyu
68 BAB 67. Bagian Dari Permainan
69 Bab 68. Membenci Dalam Senyum
70 Bab 69. Deburan Aneh
71 BAB 69. Sepenggal Ingatan Dari Masa Lalu
72 BAB 70. Takut Rindu
73 BAB 71. Bersembunyi Dalam Selimut
74 BAB 72. Isi Kepala Yang Kacau
75 BAB 73. Cinta Itu...?
76 Bab 74. Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
77 BAB 75. Tentang Rasa Kehilangan
78 BAB 76. Mimpi-Mimpi Manis
79 BAB 90. MENANGIS DALAM PELUKAN
80 BAB 78. Pulang Sekali Lagi
81 BAB 79. Sama-Sama Hantu
82 BAB 80. Mari Berjanji
83 BAB 81. Permusuhan Yang Aneh
84 BAB 82. KAPAL KARAM
85 BAB 83.TAK PERNAH SAMA
86 BAB 84. BOLEHKAH AKU MENCINTAIMU
87 BAB 85. PERANG BESAR AKAN DI MULAI
88 BAB 86. MENULIS TAKDIR DENGAN DARAH
89 BAB 87. APA YANG KAMU TUNGGU?
90 BAB 88. MATA YANG SAMA
91 BAB 89. BERKACA DI PERMUKAAN TELAGA
92 BAB 90. MENANGIS DALAM PELUKAN
93 BAB 91. KEKACAUAN TIBA-TIBA
94 BAB 92. REMBULAN SEDINGIN ES
95 BAB 93. KUIL YICHEN
96 BAB 94. INGIN BERTEMU ORANG YANG SAMA
97 BAB 95. Mimpi Darah Menggenang
98 BAB 96. Sumpah Meterai Darah
99 BAB 97. Anak Catur Menuju Tahta
100 BAB 98. Tangga Menuju Langit
101 BAB 99. Menikam Jantung Hati
102 BAB 100. Sebelum Jatuh
103 BAB 101. SIAPA YANG MENYANGKA
104 BAB 102. Giok Naga Hijau
105 BAB 103. AKU PULANG
106 BAB 104. Pulang Ke Tempat Yang Di rindukan
107 BAB 105. Hari Perkabungan
108 BAB 106. Menuntaskan Rasa Usang
109 BAB 107. Mengantar Sampai akhir
110 BAB 108. Memilih Jalan Hidup Sendiri
111 BAB 109. Pusaran Takdir
112 BAB 110. Siapa Pengganti Raja?
113 BAB 111. Rumor Jahat dari Istana
114 BAB 112. Kembali Ke Danau Lima Warna
115 BAB 112. Bunga Juhua Musim Gugur
116 BAB 113. Berpisah di Ujung Ngarai
117 BAB 114. Lukisan Terakhir Yuhuai
118 BAB 115. Melepaskan Rindu
119 BAB 116. Di bawah Lentera Redup
120 BAB 117. Aku melamarmu
121 BAB 118. Mencari Xiao Perak
122 BAB 119. Berpura-pura
123 BAB 120. Tak perlu Mengangkat Telunjuk
124 BAB 121. Bangun Setelah Pemakaman
125 BAB 123. Menyembunyikan Rahasia Besar
126 BAB 124. Cinta Mencurangi Takdir
Episodes

Updated 126 Episodes

1
BAB 1. Sejarah Singkat Yanzhie & Niangxi
2
BAB 2. VISUALISASI
3
BAB 3. Hati Yang Sakit
4
BAB 4. Pertempuran Terakhir
5
BAB 5. Cinta Tak Sampai
6
BAB 6. Berharap Bertemu Ujung
7
BAB 7. Istana Bidadari
8
BAB 8. Perang Hari ke-6
9
BAB 9. NAGA TERLUKA
10
BAB 10. Merebut Gerbang Seorang Diri
11
BAB. 11 Mari Bertarung
12
BAB 12. Salju Di Penghujung Musim Gugur
13
Bab. 13 Seharusnya Tak Begini
14
BAB 14. Membuka Mata
15
BAB.15 Perempuan Bercadar
16
BAB. 16 Di Atas Danau Lima Warna
17
BAB. 17 Tiga Pertanyaan
18
Bab. 18 Puteri Xue Lian
19
BAB 19. Menyelamatkan Dua Muka
20
Bab 20. Berhutang Nyawa
21
Bab. 21 Berkabung di Awal Musim
22
BAB. 22 Berjalan Di Garis Takdir
23
BAB. 23 Sebuah Rahasia di Balik Kisah
24
Bab 24. Mata Sebening Berlian
25
Bab 25. Cinta Yang Tak Terungkap
26
Bab 26. Pulang Kembali
27
Bab 27. Ikan Bakar Guo dan Saus Releng
28
Bab. 28 Sembayang Arwah
29
Bab 29. Tuan Seribu Nyawa
30
Bab 30. Setelah Menghilang
31
Bab. 31 Senja di Atas Lantian
32
Bab 32. Mengemban Misi
33
Bab 33. Menjadi hitam di antara Merah
34
Bab 34. Menjelang Pesta Lentera
35
BAB 35. Tak Bisa Kembali
36
BAB 36. Tujuan Yang Sama
37
BAB 37. Puteri Nan Luoxia
38
BAB 38. Menunggu Bertemu
39
BAB 39. Rindu di Bawah Pohon Liu
40
BAB 40. Tetaplah Di Sini
41
BAB 41. Pesta di Aula Wanxiang
42
BAB 42. Kesepian Dalam Keramaian
43
BAB 43. Tangisan Tanpa Suara
44
BAB 44. Pesta Dalam Kesedihan
45
BAB 45. Cemburu Yang Jahat
46
BAB 46. Menyelundup Masuk Istana
47
BAB 47. Mabuk Sampai Pagi
48
BAB 48. Cinta Dan Kesumat
49
BAB 49. Kabar Buruk
50
BAB 50. Jalan Masuk Ke Istana
51
BAB 51. Sandiwara Di Mulai
52
BAB 52. Pelayan Dapur Istana
53
BAB 53. Hukuman Jasad
54
BAB 54. Bijak Dalam Keraguan
55
BAB 55. Menghayati Peran
56
BAB 56. Pertemuan di Dalam Istana
57
Bab 57. Melayani Sang Puteri
58
BAB 58. Permainan Puteri Nan
59
BAB 59. Perempuan Seribu Wajah
60
BAB 60. Perjamuan Harem
61
BAB 61. Pengumuman di Perhelatan
62
BAB 62. Mencari Jalan Melupakan
63
BAB 62. Kebimbangan
64
BAB.63 Akhirnya Berbicara
65
BAB 64. Sandera Politik
66
BAB 65. Kisah Sedih pangeran Nan Yuhuai
67
Bab 66. Meninggalkan Janji di Gunung Beiyu
68
BAB 67. Bagian Dari Permainan
69
Bab 68. Membenci Dalam Senyum
70
Bab 69. Deburan Aneh
71
BAB 69. Sepenggal Ingatan Dari Masa Lalu
72
BAB 70. Takut Rindu
73
BAB 71. Bersembunyi Dalam Selimut
74
BAB 72. Isi Kepala Yang Kacau
75
BAB 73. Cinta Itu...?
76
Bab 74. Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
77
BAB 75. Tentang Rasa Kehilangan
78
BAB 76. Mimpi-Mimpi Manis
79
BAB 90. MENANGIS DALAM PELUKAN
80
BAB 78. Pulang Sekali Lagi
81
BAB 79. Sama-Sama Hantu
82
BAB 80. Mari Berjanji
83
BAB 81. Permusuhan Yang Aneh
84
BAB 82. KAPAL KARAM
85
BAB 83.TAK PERNAH SAMA
86
BAB 84. BOLEHKAH AKU MENCINTAIMU
87
BAB 85. PERANG BESAR AKAN DI MULAI
88
BAB 86. MENULIS TAKDIR DENGAN DARAH
89
BAB 87. APA YANG KAMU TUNGGU?
90
BAB 88. MATA YANG SAMA
91
BAB 89. BERKACA DI PERMUKAAN TELAGA
92
BAB 90. MENANGIS DALAM PELUKAN
93
BAB 91. KEKACAUAN TIBA-TIBA
94
BAB 92. REMBULAN SEDINGIN ES
95
BAB 93. KUIL YICHEN
96
BAB 94. INGIN BERTEMU ORANG YANG SAMA
97
BAB 95. Mimpi Darah Menggenang
98
BAB 96. Sumpah Meterai Darah
99
BAB 97. Anak Catur Menuju Tahta
100
BAB 98. Tangga Menuju Langit
101
BAB 99. Menikam Jantung Hati
102
BAB 100. Sebelum Jatuh
103
BAB 101. SIAPA YANG MENYANGKA
104
BAB 102. Giok Naga Hijau
105
BAB 103. AKU PULANG
106
BAB 104. Pulang Ke Tempat Yang Di rindukan
107
BAB 105. Hari Perkabungan
108
BAB 106. Menuntaskan Rasa Usang
109
BAB 107. Mengantar Sampai akhir
110
BAB 108. Memilih Jalan Hidup Sendiri
111
BAB 109. Pusaran Takdir
112
BAB 110. Siapa Pengganti Raja?
113
BAB 111. Rumor Jahat dari Istana
114
BAB 112. Kembali Ke Danau Lima Warna
115
BAB 112. Bunga Juhua Musim Gugur
116
BAB 113. Berpisah di Ujung Ngarai
117
BAB 114. Lukisan Terakhir Yuhuai
118
BAB 115. Melepaskan Rindu
119
BAB 116. Di bawah Lentera Redup
120
BAB 117. Aku melamarmu
121
BAB 118. Mencari Xiao Perak
122
BAB 119. Berpura-pura
123
BAB 120. Tak perlu Mengangkat Telunjuk
124
BAB 121. Bangun Setelah Pemakaman
125
BAB 123. Menyembunyikan Rahasia Besar
126
BAB 124. Cinta Mencurangi Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!