BAB 8. Perang Hari ke-6

Dalam pertempuran hari ke enam ini, Zhao Juren memukul mundur bala tentara Niang, dia sudah yakin pasukan itu tidak sebanding dengan pasukannya setelah lima hari terakhir terlihat kalah jumlah dan kalah pengalaman, sehingga Zhao Juren mulai berfikir Jenderal Qui ini sangat rendah dalam pengalaman dan strategi, hanya namanyalah yang terlalu di gaungkan dengan berlebihan.

Tetapi pada hari keenam, saat Zhao Juren mengendorkan penyerangan, dan berfikir akan mengakhiri perang itu dengan menangkap komandan perangnya serta Jenderal Qui yang  kejam itu, kota Yuchen telah di kepung dengan pasukan yang entah datang kapan dan dari penjuru mana, bahkan mata-matanya sendiri tak bisa menjelaskannya

Kali ini Zhao Juren benar-benar kuatir dan tiba-tiba merasa di permainkan secara mental, dia meremehkan jenderal Qui ini.

“Bersiaplah!”

Sebuah suara yang melengking keluar dari mulut Zhao Juren. Tak lama setelahnya, barisan pasukan infantry berlari dari arah belakang pasukan, menembus pasukan berkuda yang dipimpin oleh Zhao Juren dan Li Jin, lalu setengah berlutut di tanah, bersiap untuk menyerang.

"Tuan, apakah kita harus mengubah strategi kita?" Tanya Li Jin, dia melihat Zhao Juren tampak berbeda dari biasanya.

Mata Zhao Juren lurus memandang ke depan, ke arah pasukan musuh yang berada beberapa puluh Li di depan mereka. Suara teriakan bergemuruh dari sana.

"Kita tak akan mengubah strategi kita, hanya saja untuk kali ini kita harus bersikap sedikit agresif menyerang dari pada bertahan. Perang ini tak akan selesai jika kita meladeni cara mereka  mempertahan diri." Zhao Juren melepaskan topi besinya.

"Tuan, sampai hari ini aku tak melihat tanda-tanda jenderal Qui di antara mereka." Li Jin bergumam, dia tahu benar Zhao Juren sangat ingin  berhadapan dengan jenderal musuh yang terkenal itu.

Zhao Juren tak menyahut tetapi jelas matanya itu penuh dengan rasa penasaran dan kekesalan karena merasa telah begitu di remehkan oleh pihak musuh.

Beberapa saat kemudian sangkakala perang ditiup oleh pihak musuh dan di sambut oleh pihak pasukan Yanzhi. Suara-suara pekikan bersahutan, membakar bara semangat setiap orang.

“Mari kita selesaikan perang hari ini dengan gagah berani dan kembali membawa harga diri kita. Hidup atau mati, kita tetap berdiri di atas tanah ini. Tak ada yang bisa merebut Yuchen, kota moyang kita.” Suara Zhao Juren terdengar bergema.

“Darah dan tulang kita, adalah milik tanah leluhur kita. Tidak ada yang boleh menginjaknya dan mengambilnya. Demi Yuchen, demi Yanzhi, demi orang-orang yang kita cintai, berperanglah bersamaku, pasukan Zhao yang gagah berani.” Ucapan itu seketika membakar semangat para prajurit yang semula tampak ragu memandang ke arah musuh yang berdiri rapat bagai pagar kayu di kejauhan.

Jumlah mereka hari ini lebih sedikit dan terasa aneh di pengamatan Zhao Juren, tidak sebanyak pasukan Zhao tapi mereka tampak begitu percaya diri serta berani.

"Yaaaaaa....!!!" Sambut para prajurit Yu, kepala mereka terangkat tinggi.

"Whoaaaaaaaa!!!"

"Hidup Yanzhie! Hidup Yanzhie!!!"

Suara-suara teriakan yang terbakar semangat itu memecah udara, mereka serempak menaikkan tangan ke atas dengan pedang dan tombak yang terhunus. Mata panah teracung di busurnya seakan siap menembus setiap jantung lawan.

“Lemparkan tombaknya!!” Perintah Zhao Juren sambil mengibaskan tangannya ke depan.

“Wus!! Wess!!!”

Tombak-tombak panjang beterbangan ke udara, seolah akan menembus angkasa. Tombak-tombak itu membentuk setengah lingkaran di atas sana, lalu jatuh menghujam ke bawah seperti hujan menuju pasukan musuh.

Jeritan dan pekik membaur segera, menusuk telinga, menembus awan yang berarak kelam, Beberapa nyawa sedang berontak dari raga ketika tajam tombak itu menembus jantung dan bagian tubuh yang tersambit oleh mata tajam sang tombak.

Kuda-kuda perang dengan serentak meringkik menggila dalam rasa terkejut oleh teriakan kematian di antara pemiliknya yang jatuh berdebam ketanah saat nyawa sang tuan tercabut, suara kuda-kuda itu serupa raungan binatang buas, ketika kaki-kaki depan mereka terangkat tinggi dan menerjang ke depan tanpa perlu aba-aba lagi.

Di tengah pertempuran yang berawal dari saat matahari muncul malu-malu di balik awan musim gugur dan hujan darah, Zhao Juren duduk di punggung kuda, memegang pedangnya yang teracung ke atas, mata pedang itu serupa perak yang berkilat terkena cahaya.

Kuda Zhao Juren menerjang ke barisan depan dengan gagah berani, dan di detik berikutnya pasukan Yu yang gagah berani itu saling berteriak memekak telinga mengikuti Zhao Juren.

Tak satupun dari mereka yang memancarkan tatapan takut, tak ada seorang pun yang ragu-ragu, bahkan prajurit-prajurit muda belia yang berada di barisan belakang tak menunjukkan kebimbangan sama sekali.

Teriakan perang yang memekakkan telinga pun terdengar membahana, raungan mereka membuat rakyat yang mungkin mendengar di kejauhan dalam pengungsian bergidik. Itu seperti pekikan memanggil kematian!

Dua pasukan itu bagai samudera tak bertepi, mereka saling menyerang, saling membunuh demi kehormatannya dan kehormatan tanah yang di akui oleh masing-masing sebagai tanah kelahiran mereka.

Bukankah, sesungguhnya orang yang merasa mereka berasal dari tempat yang sama itu adalah saudara? Entahlah, kadangkala keegoisan manusia beserta keserakahannya membuat mereka saling membunuh hanya untuk mendapat pengakuan dari dunia dan siapakah pada akhirnya menjadi korban yang sesungguhnya?

Tentu saja, rakyat tak berdosa selalu adalah tumbal dari kehausan kekuasaan dari para petinggi negaranya dan mereka hanya menikmati kematian dalam kata kehormatan membela harga diri yang di sematkan pada ketidakberdayaan mereka.

Zhao Juren sedikit tertegun ketika anak panah seperti hujan meteor menuju ke arah mereka seperti datang dari berbagai penjuru.

“Berpencar! Berpencarlah! Lindungi diri kalian dari anak panah!”

Li Jin memberikan komando, dia adalah pemegang perintah kedua setelah Zhao Juren dalam medan perang. Para prajurit berlarian sambil menghindari hujan panah itu. Pasukan berkuda Niang merangsek maju semakin dekat, debu beterbangan memenuhi udara dan mata perih saat debu itu membumbung tinggi serupa kabut,

"Hunuskan pedangmu!!! kita akan memberitahukan mereka setajam apa pedang dari Yubei, sedingin apa besi tua dari utara!" Zhao Juren menggeram, dia menggebah kudanya dengan pedang yang teracung, menyongsong derap pasukan Niang yang serupa gelombang dari depan.

Pasukan Niang dalam gelombang kedua merangsek dari depan, semakin lama semakin dekat, begitu dekat sampai orang dapat mencium napas dari hidung kuda mereka sendiri. Bau anyir darah membaur. Pertarungan itu memperjuangkan hidup dan mati.

Li Jin menatap sesaat kepada Zhao Juren yang tak jauh darinya, sambil menyeka darah musuh yang terpicrat ke dahinya.

"Tuan, apa sebenarnya yang mereka rencanakan?" Desis Li Jin

...Komandan Li Jin...

Terimakasih telah membaca novel ini💜 Yuk berikan VOTE, LIKE dan KOMEN biar Author tambah rajin menulis💜💜💜

...I LOVE YOU ALL...

Terpopuler

Comments

mama yuhu

mama yuhu

pangeran qui licik?

2023-04-07

1

Okta Yumna

Okta Yumna

kayaknya jendral yg disembunyikan wajahnya itu jodohnya juren...bisa aja kan perempuan jendralnya ..😊

2022-10-21

2

nengkirana

nengkirana

harusnya ini masuk karya pria...iiihhkkkk kereeennn banget babang juren😍😍😍

2022-09-11

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Sejarah Singkat Yanzhie & Niangxi
2 BAB 2. VISUALISASI
3 BAB 3. Hati Yang Sakit
4 BAB 4. Pertempuran Terakhir
5 BAB 5. Cinta Tak Sampai
6 BAB 6. Berharap Bertemu Ujung
7 BAB 7. Istana Bidadari
8 BAB 8. Perang Hari ke-6
9 BAB 9. NAGA TERLUKA
10 BAB 10. Merebut Gerbang Seorang Diri
11 BAB. 11 Mari Bertarung
12 BAB 12. Salju Di Penghujung Musim Gugur
13 Bab. 13 Seharusnya Tak Begini
14 BAB 14. Membuka Mata
15 BAB.15 Perempuan Bercadar
16 BAB. 16 Di Atas Danau Lima Warna
17 BAB. 17 Tiga Pertanyaan
18 Bab. 18 Puteri Xue Lian
19 BAB 19. Menyelamatkan Dua Muka
20 Bab 20. Berhutang Nyawa
21 Bab. 21 Berkabung di Awal Musim
22 BAB. 22 Berjalan Di Garis Takdir
23 BAB. 23 Sebuah Rahasia di Balik Kisah
24 Bab 24. Mata Sebening Berlian
25 Bab 25. Cinta Yang Tak Terungkap
26 Bab 26. Pulang Kembali
27 Bab 27. Ikan Bakar Guo dan Saus Releng
28 Bab. 28 Sembayang Arwah
29 Bab 29. Tuan Seribu Nyawa
30 Bab 30. Setelah Menghilang
31 Bab. 31 Senja di Atas Lantian
32 Bab 32. Mengemban Misi
33 Bab 33. Menjadi hitam di antara Merah
34 Bab 34. Menjelang Pesta Lentera
35 BAB 35. Tak Bisa Kembali
36 BAB 36. Tujuan Yang Sama
37 BAB 37. Puteri Nan Luoxia
38 BAB 38. Menunggu Bertemu
39 BAB 39. Rindu di Bawah Pohon Liu
40 BAB 40. Tetaplah Di Sini
41 BAB 41. Pesta di Aula Wanxiang
42 BAB 42. Kesepian Dalam Keramaian
43 BAB 43. Tangisan Tanpa Suara
44 BAB 44. Pesta Dalam Kesedihan
45 BAB 45. Cemburu Yang Jahat
46 BAB 46. Menyelundup Masuk Istana
47 BAB 47. Mabuk Sampai Pagi
48 BAB 48. Cinta Dan Kesumat
49 BAB 49. Kabar Buruk
50 BAB 50. Jalan Masuk Ke Istana
51 BAB 51. Sandiwara Di Mulai
52 BAB 52. Pelayan Dapur Istana
53 BAB 53. Hukuman Jasad
54 BAB 54. Bijak Dalam Keraguan
55 BAB 55. Menghayati Peran
56 BAB 56. Pertemuan di Dalam Istana
57 Bab 57. Melayani Sang Puteri
58 BAB 58. Permainan Puteri Nan
59 BAB 59. Perempuan Seribu Wajah
60 BAB 60. Perjamuan Harem
61 BAB 61. Pengumuman di Perhelatan
62 BAB 62. Mencari Jalan Melupakan
63 BAB 62. Kebimbangan
64 BAB.63 Akhirnya Berbicara
65 BAB 64. Sandera Politik
66 BAB 65. Kisah Sedih pangeran Nan Yuhuai
67 Bab 66. Meninggalkan Janji di Gunung Beiyu
68 BAB 67. Bagian Dari Permainan
69 Bab 68. Membenci Dalam Senyum
70 Bab 69. Deburan Aneh
71 BAB 69. Sepenggal Ingatan Dari Masa Lalu
72 BAB 70. Takut Rindu
73 BAB 71. Bersembunyi Dalam Selimut
74 BAB 72. Isi Kepala Yang Kacau
75 BAB 73. Cinta Itu...?
76 Bab 74. Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
77 BAB 75. Tentang Rasa Kehilangan
78 BAB 76. Mimpi-Mimpi Manis
79 BAB 90. MENANGIS DALAM PELUKAN
80 BAB 78. Pulang Sekali Lagi
81 BAB 79. Sama-Sama Hantu
82 BAB 80. Mari Berjanji
83 BAB 81. Permusuhan Yang Aneh
84 BAB 82. KAPAL KARAM
85 BAB 83.TAK PERNAH SAMA
86 BAB 84. BOLEHKAH AKU MENCINTAIMU
87 BAB 85. PERANG BESAR AKAN DI MULAI
88 BAB 86. MENULIS TAKDIR DENGAN DARAH
89 BAB 87. APA YANG KAMU TUNGGU?
90 BAB 88. MATA YANG SAMA
91 BAB 89. BERKACA DI PERMUKAAN TELAGA
92 BAB 90. MENANGIS DALAM PELUKAN
93 BAB 91. KEKACAUAN TIBA-TIBA
94 BAB 92. REMBULAN SEDINGIN ES
95 BAB 93. KUIL YICHEN
96 BAB 94. INGIN BERTEMU ORANG YANG SAMA
97 BAB 95. Mimpi Darah Menggenang
98 BAB 96. Sumpah Meterai Darah
99 BAB 97. Anak Catur Menuju Tahta
100 BAB 98. Tangga Menuju Langit
101 BAB 99. Menikam Jantung Hati
102 BAB 100. Sebelum Jatuh
103 BAB 101. SIAPA YANG MENYANGKA
104 BAB 102. Giok Naga Hijau
105 BAB 103. AKU PULANG
106 BAB 104. Pulang Ke Tempat Yang Di rindukan
107 BAB 105. Hari Perkabungan
108 BAB 106. Menuntaskan Rasa Usang
109 BAB 107. Mengantar Sampai akhir
110 BAB 108. Memilih Jalan Hidup Sendiri
111 BAB 109. Pusaran Takdir
112 BAB 110. Siapa Pengganti Raja?
113 BAB 111. Rumor Jahat dari Istana
114 BAB 112. Kembali Ke Danau Lima Warna
115 BAB 112. Bunga Juhua Musim Gugur
116 BAB 113. Berpisah di Ujung Ngarai
117 BAB 114. Lukisan Terakhir Yuhuai
118 BAB 115. Melepaskan Rindu
119 BAB 116. Di bawah Lentera Redup
120 BAB 117. Aku melamarmu
121 BAB 118. Mencari Xiao Perak
122 BAB 119. Berpura-pura
123 BAB 120. Tak perlu Mengangkat Telunjuk
124 BAB 121. Bangun Setelah Pemakaman
125 BAB 123. Menyembunyikan Rahasia Besar
126 BAB 124. Cinta Mencurangi Takdir
Episodes

Updated 126 Episodes

1
BAB 1. Sejarah Singkat Yanzhie & Niangxi
2
BAB 2. VISUALISASI
3
BAB 3. Hati Yang Sakit
4
BAB 4. Pertempuran Terakhir
5
BAB 5. Cinta Tak Sampai
6
BAB 6. Berharap Bertemu Ujung
7
BAB 7. Istana Bidadari
8
BAB 8. Perang Hari ke-6
9
BAB 9. NAGA TERLUKA
10
BAB 10. Merebut Gerbang Seorang Diri
11
BAB. 11 Mari Bertarung
12
BAB 12. Salju Di Penghujung Musim Gugur
13
Bab. 13 Seharusnya Tak Begini
14
BAB 14. Membuka Mata
15
BAB.15 Perempuan Bercadar
16
BAB. 16 Di Atas Danau Lima Warna
17
BAB. 17 Tiga Pertanyaan
18
Bab. 18 Puteri Xue Lian
19
BAB 19. Menyelamatkan Dua Muka
20
Bab 20. Berhutang Nyawa
21
Bab. 21 Berkabung di Awal Musim
22
BAB. 22 Berjalan Di Garis Takdir
23
BAB. 23 Sebuah Rahasia di Balik Kisah
24
Bab 24. Mata Sebening Berlian
25
Bab 25. Cinta Yang Tak Terungkap
26
Bab 26. Pulang Kembali
27
Bab 27. Ikan Bakar Guo dan Saus Releng
28
Bab. 28 Sembayang Arwah
29
Bab 29. Tuan Seribu Nyawa
30
Bab 30. Setelah Menghilang
31
Bab. 31 Senja di Atas Lantian
32
Bab 32. Mengemban Misi
33
Bab 33. Menjadi hitam di antara Merah
34
Bab 34. Menjelang Pesta Lentera
35
BAB 35. Tak Bisa Kembali
36
BAB 36. Tujuan Yang Sama
37
BAB 37. Puteri Nan Luoxia
38
BAB 38. Menunggu Bertemu
39
BAB 39. Rindu di Bawah Pohon Liu
40
BAB 40. Tetaplah Di Sini
41
BAB 41. Pesta di Aula Wanxiang
42
BAB 42. Kesepian Dalam Keramaian
43
BAB 43. Tangisan Tanpa Suara
44
BAB 44. Pesta Dalam Kesedihan
45
BAB 45. Cemburu Yang Jahat
46
BAB 46. Menyelundup Masuk Istana
47
BAB 47. Mabuk Sampai Pagi
48
BAB 48. Cinta Dan Kesumat
49
BAB 49. Kabar Buruk
50
BAB 50. Jalan Masuk Ke Istana
51
BAB 51. Sandiwara Di Mulai
52
BAB 52. Pelayan Dapur Istana
53
BAB 53. Hukuman Jasad
54
BAB 54. Bijak Dalam Keraguan
55
BAB 55. Menghayati Peran
56
BAB 56. Pertemuan di Dalam Istana
57
Bab 57. Melayani Sang Puteri
58
BAB 58. Permainan Puteri Nan
59
BAB 59. Perempuan Seribu Wajah
60
BAB 60. Perjamuan Harem
61
BAB 61. Pengumuman di Perhelatan
62
BAB 62. Mencari Jalan Melupakan
63
BAB 62. Kebimbangan
64
BAB.63 Akhirnya Berbicara
65
BAB 64. Sandera Politik
66
BAB 65. Kisah Sedih pangeran Nan Yuhuai
67
Bab 66. Meninggalkan Janji di Gunung Beiyu
68
BAB 67. Bagian Dari Permainan
69
Bab 68. Membenci Dalam Senyum
70
Bab 69. Deburan Aneh
71
BAB 69. Sepenggal Ingatan Dari Masa Lalu
72
BAB 70. Takut Rindu
73
BAB 71. Bersembunyi Dalam Selimut
74
BAB 72. Isi Kepala Yang Kacau
75
BAB 73. Cinta Itu...?
76
Bab 74. Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
77
BAB 75. Tentang Rasa Kehilangan
78
BAB 76. Mimpi-Mimpi Manis
79
BAB 90. MENANGIS DALAM PELUKAN
80
BAB 78. Pulang Sekali Lagi
81
BAB 79. Sama-Sama Hantu
82
BAB 80. Mari Berjanji
83
BAB 81. Permusuhan Yang Aneh
84
BAB 82. KAPAL KARAM
85
BAB 83.TAK PERNAH SAMA
86
BAB 84. BOLEHKAH AKU MENCINTAIMU
87
BAB 85. PERANG BESAR AKAN DI MULAI
88
BAB 86. MENULIS TAKDIR DENGAN DARAH
89
BAB 87. APA YANG KAMU TUNGGU?
90
BAB 88. MATA YANG SAMA
91
BAB 89. BERKACA DI PERMUKAAN TELAGA
92
BAB 90. MENANGIS DALAM PELUKAN
93
BAB 91. KEKACAUAN TIBA-TIBA
94
BAB 92. REMBULAN SEDINGIN ES
95
BAB 93. KUIL YICHEN
96
BAB 94. INGIN BERTEMU ORANG YANG SAMA
97
BAB 95. Mimpi Darah Menggenang
98
BAB 96. Sumpah Meterai Darah
99
BAB 97. Anak Catur Menuju Tahta
100
BAB 98. Tangga Menuju Langit
101
BAB 99. Menikam Jantung Hati
102
BAB 100. Sebelum Jatuh
103
BAB 101. SIAPA YANG MENYANGKA
104
BAB 102. Giok Naga Hijau
105
BAB 103. AKU PULANG
106
BAB 104. Pulang Ke Tempat Yang Di rindukan
107
BAB 105. Hari Perkabungan
108
BAB 106. Menuntaskan Rasa Usang
109
BAB 107. Mengantar Sampai akhir
110
BAB 108. Memilih Jalan Hidup Sendiri
111
BAB 109. Pusaran Takdir
112
BAB 110. Siapa Pengganti Raja?
113
BAB 111. Rumor Jahat dari Istana
114
BAB 112. Kembali Ke Danau Lima Warna
115
BAB 112. Bunga Juhua Musim Gugur
116
BAB 113. Berpisah di Ujung Ngarai
117
BAB 114. Lukisan Terakhir Yuhuai
118
BAB 115. Melepaskan Rindu
119
BAB 116. Di bawah Lentera Redup
120
BAB 117. Aku melamarmu
121
BAB 118. Mencari Xiao Perak
122
BAB 119. Berpura-pura
123
BAB 120. Tak perlu Mengangkat Telunjuk
124
BAB 121. Bangun Setelah Pemakaman
125
BAB 123. Menyembunyikan Rahasia Besar
126
BAB 124. Cinta Mencurangi Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!