Langit gelap, musim gugur di perbatasan Niangxi dan Yanzhie memang terasa berbeda, terasa lebih panas dari semua daerah di Yubei yang Zhao Juren pernah rasakan. Semua daerah di wilayah Yanzhie hampir semua pernah di jejaki Zhao Juren dari 5 provinsi sampai dengan kota prefekturnya bahkan wilayah-wilayah yang dikepalai kepala klan dan kepala sukunya.
Di saat malam hari, udara terasa pengap dan angin kencang menyapu bumi, Zhao Juren, sang panglima perang Yanzhie yang gagah perkasa itu berdiri dengan wajah kerasnya menantang angin malam. Dia berdiri di sebuah lereng yang tinggi dan mengedarkan pandangannya ke arah kejauhan, ke tempat di mana medan perang yang kini dihadapinya memberikan pandangan suram dan bau amis darah yang terasa sayup-sayup di bawa oleh udara.
Bau darah menyengat dari pertempuran yang usai tadi sore. Lelah masih menggelayut kuat, sekujur badannya terasa remuk, beberapa luka di bagian lengannya masih menyisakan nyeri.
“Huhhh…” Suara nafasnya yang di tarik panjang sedemikian rupa terdengar berat, udara yang dingin membentuk kabut saat terhempas angin dari hidung Zhao Juren. Tarikan nafas itu benar-benar lelah. Bukan hanya lelah secara fisik tetapi lelah secara mental setelah bertahun-tahun hidup dalam medan perang antara hidup dan mati.
Ini adalah medan perang terakhir yang sudah di rencanakannya sebelum dirinya meminta untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai panglima perang Yanzhie.
Sudah tiga tahun sejak dirinya pulih dari luka tikaman sang ibunda, mantan ibu Suri Zhao Li Sui yang kini masih berada di kuil Sunyen. Dia masih merasakan sedikit nyeri pada bagian perutnya sewaktu-waktu, rasa sakit yang aneh ini seolah selalu mengingatkannya pada bagaimana semua kejadian dan kenangan di masa lalu. Meski dia memejamkan matanya dengan sekuat tenaga tetapi rasa nyeri yang datang dari hatinya bahkan lebih sakit dari rasa nyeri bekas luka itu.
Bagaimana tidak, ibu kandungnya lah yang telah membuat luka itu, dia ditikam oleh orang yang telah melahirkan dirinya, hati siapakah yang tak sakit? Dan lebih sakit lagi, bertahun-tahun dia tidak tahu jikalau ibu suri Li Sui yang sangat di sayangi dan di hormatinya itu adalah ibu kandungnya sendiri.
Yang Mulia Yan Yue, memang telah mengumumkan secara resmi bahwa dirinya adalah pangeran kedua anak dari raja tua Yan Houcun, raja sebelum dirinya, dan Zhao Juren pun telah di berikan gelar kehormatan sebagai pangeran kehormatan Yanzhie.
Sebagai anak kandung Yang Mulia Yan Houcun dengan Selir Furen Zhao Li Sui, di mana sempat bertahun-tahun menjabat menjadi ibu Suri, wali Yang Mulia raja Yan Yue. Gelar kehormatan sebagai anak raja di berikan kepadanya bahkan lebih tinggi dari pangeran yang lain.
Tetapi, Zhao Juren tetap merasa hatinya hampa, perasaan cintanya yang kandas mungkin bukan lagi hal yang menyulitkannya bernafas, hanya saja dia merasa sepi dalam kehidupan yang di tawarkan oleh kemewahan istana. Zhao Juren merasa di sana bukan tempat yang tepat baginya.
"Aku setiap hari melihatnya, perempuan yang kucintai dan kukagumi, menatapnya dan begitu dekat tetapi aku sendiri tak bisa menyentuhnya dan memeluknya. Bahkan dalam mimpi sekalipun, hal itu sungguh berdosa jika ku lakukan. Dia adalah mulik saudaraku, dia adalah perempuan rajaku. Untuk memikirkannyapun aku mungkin akan mendapatkan hukuman..."Bathinnya menggerang.
Tapi tak bisa dia pungkiri, saat dia memegang jantungnya, rasanya semakin sakit saja. Dia tak bisa melepaskan ikatannya dari Xiao Yi, perempuan itu telah memberinya pil sambung nyawa, ramuan yang di buat dari plasenta Xiao Yi saat dia dilahirkan. Bagaimana bisa dia menolak untuk tidak selalu merasa terhubung karena dia menganggap sebagian dari diri Xiao Yi ada di dalam dirinya.
Zhao Juren tidak memutuskan dengan sembarangan, ketika dia benar-benar ingin mundur dari dunia militer yang telah membesarkan namanya itu, soal ibunya itu juga adalah sesuatu yang tak kalah menekan keberadaannya.
Gejolak dalam istanapun sebenarnya tak terhindarkan, semua dosa dari ibu suri Li Sui terhadap permaisuri utama, ibunda dari Raja Yan Yue mencuat ke permukaan bahkan beberapa saksi termasuk gubernur Qian Lie yang sedang berjuang mencari muka untuk pengampunannya bersedia menjadi saksi bagaimana Li Sui telah meracuni permaisuri utama dengan racun asap dupa. Dikatakan bahwa Li Sui telah meracuninya dengan perlahan, menyiksa permaisuri karena sakit hati dan kecemburuannya secara kejam dalam dua tahun. Permaisuri itu sekarat dan menanggung kesakitan setiap dia tertidur, karena rasa sakitnya akan bekerja saat dia berada di alam bawah sadar. Racun kejam itu bekerja dalam mimpi. Sehingga tak ada yang tahu dengan penyakit misterius Permaisuri yang Mulia Yan Houcun itu.
Teriakan meminta keadilan dan hukuman mati untuk ibunya Zhao Li Sui tentu saja tak bisa dielakkan baik dari dalam istana maupun dari rakyat yang membenci Li Sui. Dan hal itu tentu saja menyakiti perasaan Zhao Juren. Dia seakan berada di pinggir tebing, dosa ibunya memang begitu besar dan sulit untuk di toleransi, bahkan dengan berniat menggulingkan raja Yan Yue pun dia adalah orang yang berhak untuk di hukum mati. Apalagi jika di tambah dengan pembunuhan terhadap permaisuri?
“Ugh!!!” Zhao Juren menggelengkan kepalanya, menepis rasa sakit yang menyusup di dalam hatinya, sejahat apapun Zhao Li Sui, dia adalah ibu kandungnya, tak ada yang bisa memutuskan hubungan darah seorang anak dari ibunya. Untuk melihat ibunya di hukum mati, rasanya dia sungguh tak punya nyali. Hatinya sungguh terasa sangat sakit.
“Bagaimana bisa, aku terlahir dengan beban seberat ini?” Keluhnya dalam hati.
Dia kini di anugerahi gelar pangeran terhormat tetapi dia juga yang harus menghukum orang yang telah melahirkan dirinya ke dunia. Bukankah ini sungguh ironis? Dia merasa terhukum dalam kehormatannya. Jika boleh memilih, dia lebih suka hidup sebagai Zhao Juren putra seorang bangsawan biasa dari pada sebagai anak raja yang bahkan tak bisa menyelamatkan ibunya sendiri.
Hukuman Zhao Li Sui di kuil Sunyen hanyalah sebuah cara dari Yang Mulia Yan Yue untuk mengulur waktu saja sebelum dia akan menyerah pada desakan dewan kehormatan istana untuk mengeksekusi ibunya itu. Menunggu hal itu terjadi, Zhao Juren merasa seperti sedang menunggu hukuman untuk dirinya sendiri.
“Musim berganti, waktu berlari dan aku tetap saja sendiri pada akhirnya…” Bisiknya pada dirinya sendiri. Dia adalah naga yang kesepian. Menerima hukuman takdir selama hidupnya.
Pergi berrperang, menantang dewa maut untuk mencabut nyawanya adalah satu-satunya cara untuk hidup bagi Zhao Juren. Hidup dan mati sama saja baginya, tak ada bedanya.
ZHAO JUREN...
Terimakasih sudah membaca CINTA TERAKHIR ZHAO JUREN, jangan lupa Vote dan dukungannya, yaaa❤️❤️❤️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
HNF G
menyedihkan sekali nasipmu zhao juren, semoga kehidupanmu nanti akan indah pada waktunya. bersabarlah
2023-02-15
0
Dian Handayani
Abang juren cian amat yah patah hati pe 2 kali, yg tabah yah Abang klo di dunia nyata mau bang saya temenin biar sedikit ringan itu patah hatinya saya ajak gabung nemenin saya ngajar anak TK😂😂
2022-12-11
0
NovNov
Ganteng nich si abang juren...
btw...klo zaman dlu rambutnya pada lurus semuanya ya, atau klo kriting hasur direbonding dlu ya?
kebayang gak pendekar dan princess nya ada yg rambutnya keriting bahkan kribo?
2022-11-22
2