Jenderal Virendra tampak begitu marah setelah mendengar laporan dari mata-mata yang dia tugaskan untuk memantau Putri Selena. Putri dari Negara Selatan itu benar-benar lancang.
Jenderal Virendra memutuskan untuk segera mengadakan pertemuan dengan para elite politik. Dia tentu saja tidak bisa membiarkan hal ini berlarut-larut.
Jenderal Virendra segera memanggil Letnan Dean dan memerintahkan untuk mengadakan pertemuan setelah makan malam. Jenderal Virendra ingin melihat sejauh mana mereka berani bergerak.
"Katakan pertemuan ini bersifat rahasia. Aku tahu mereka akan bertanya-tanya tentang pertemuan mendadak ini." Ucap Jenderal Virendra pada Letnan Dean yang segera menjalankan perintah.
Jenderal Virendra tidak sabar mendengar apa saja yang akan disampaikan oleh para elite politik yang haus akan kekuasaan itu.
*
*
"Kira-kira apa yang akan dibahas oleh Jenderal?" Tanya Putri Selena yang baru saja mengetahui Jenderal Virendra mengadakan pertemuan secara diam-diam.
"Sepertinya mengenai masalah akhir-akhir ini." Jawab mata-mata Putri Selena yang ditugaskan berpura-pura menjadi pelayan di istana.
"Kau cari tahu dan segera laporkan padaku. Sepertinya ada hal serius yang ingin Jenderal bahas," Ucap Putri Selena.
"Pertemuan ini tertutup, jadi lakukan dengan hati-hati." Lanjutnya memberi peringatan pada mata-mata kepercayaannya.
"Baik, Putri." Ucap sang mata-mata dan segera pergi secara diam-diam.
Putri Selena tahu, hal yang dia lakukan ini sangat beresiko. Terlebih mengingat dia hanyalah tamu dan tidak memiliki kekuasaan apapun di Negara Aleister.
Namun, Putri Selena begitu berambisi untuk mendapatkan Jenderal Virendra. Dia akan menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuan utamanya, yaitu sebagai seorang istri dari orang nomor 1 di Negara Aleister.
"Laila, ikut aku. Aku ingin menemui Venus, ada hal yang ingin aku sampaikan pada gadis itu." Ucap Putri Selena pada salah satu pelayan yang dia bawa dari Negara Selatan.
Putri Selena ingin menemui Venus, melaksanakan rencananya yang ingin memprovokasi gadis kecil itu. Putri Selena ingin Venus segera mundur agar dia dengan mudah menggantikan posisi gadis itu.
*
*
Venus mendapatkan kembali kebebasannya dan gadis itu segera memanfaatkan keringanan yang diberikan oleh Jenderal Virendra.
Namun, Venus tidak tahu jika ada seseorang yang sedang menantinya. Seseorang yang ingin segera mendekati Venus. Siapa lagi kalau bukan Putri Selena.
"Ah, Nyonya ... suatu kebetulan bertemu Anda disini." Putri Selena menyapa dengan gaya dibuat begitu terkejut mendapati kehadiran Venus.
Venus sendiri cukup terkejut melihat Putri Selena. Padahal Venus ingin menghindari Putri Selena, mengingat pertemuan terakhir mereka yang tidak mengenakan.
"Putri, kita bertemu lagi." Venus tersenyum berusaha menyembunyikan rasa tidak nyamannya.
Bagaimana pun juga Putri Selena adalah tamu Negara Aleister dan juga seorang Putri yang dihormati di Negara Selatan.
"Sepertinya kita ditakdirkan untuk berteman. Bagaimana kalau kita minum teh bersama?" Tawar Putri Selena disertai dengan senyum anggunnya.
Venus ingin menolak, tapi demi kesopanan mau tidak mau Venus menerima tawaran Putri Selena.
"Bagaiman kalau kita minum teh disana?" Venus memberi usulan, menunjuk sebuah gazebo yang tampak sepi.
Putri Selena kembali tersenyum, merasa senang karena Venus tidak menolaknya. Putri Selena pikir Venus benar-benar seperti gadis seusianya, begitu polos dan mudah dibujuk.
Mereka akhirnya duduk bersama, menikmati secangkir teh khas Negara Aleister. Di belakang mereka ada para pelayan yang dengan setia menunggu. Para pelayan tahu ada hal pribadi yang akan dibicarakan oleh kedua gadis itu.
"Apa kabar, Nyonya? Sepertinya Anda terlihat lebih baik dari terakhir kali saya lihat." Putri Selena membuka percakapan dengan sedikit berbasa-basi.
Dibalik cadarnya Venus tersenyum kecil, merasa lucu dengan Putri Selena. Bagaimana bisa Putri Selena tahu hal itu, padahal dia hanya bisa melihat mata biru milik Venus.
"Ada beberapa hal yang berjalan dengan baik." Jawab Venus penuh teka teki.
"Benarkah? Apakah ini berkaitan dengan pertemuan terakhir kita?" Tanya Putri Selena ingin tahu.
"Mungkin," Venus menjawab singkat tidak ingin Putri Selena semakin bertanya-tanya.
"Bagaimana dengan obrolan terakhir kita, Nyonya?" Tanya Putri Selena lagi, kali ini menyinggung tentang percakapan terakhir mereka di luar istana.
"Bukankah sudah selesai? Saya rasa ucapan saya waktu itu bisa Anda mengerti, Putri." Jawab Venus dengan begitu santai.
"Usulan saya masih berlaku, Nyonya. Saya akan membantu Anda jika Anda ingin bebas. Setidaknya, saya bisa membantu Anda agar para rakyat tidak menaruh rasa benci pada Anda."
Venus menoleh, menatap Putri Selena dengan tenang. Gadis itu terlihat begitu berwibawa dan anggun.
"Ucapan saya masih sama seperti waktu itu, Putri. Orang luar tidak perlu ikut campur karena ini mengenai kehidupan pernikahan saya dan Jenderal. Untuk urusan rakyat, Jenderal sudah berjanji akan segera mengatasinya."
Venus mengucapkan kalimat itu dengan ringan, tidak ada emosi apapun pada setiap kata yang dia ucapkan. Usai mengatakan hal itu, Venus segera pamit dan kembali melanjutkan perjalanannya mengelilingi istana.
Putri Selena kembali dibuat tercengang, benar-benar tidak menyangka Venus kembali berani menjawab dengan begitu lantang. Venus bukan gadis biasa, begitulah pikir Putri Selena.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments