Setelah mengawasi gerak gerik lawan, Jenderal Virendra tahu apa yang diinginkan pihak lawan. Untuk itulah dia sengaja memberi Venus kebebasan.
Jenderal Virendra akan membebaskan Venus untuk keluar dari kediamannya. Jenderal Virendra ingin melihat sejauh mana wanita licik itu bisa berbuat.
"Kau boleh keluar, tapi ingat hanya boleh di sekitar istana. Bawa kedua pelayanmu itu dan kau harus ingat, sebelum aku datang kau sudah harus berada di kamar."
Mendengar ucapan Jenderal Virendra membuat Venus bahagia. Inilah yang dia inginkan sejak resmi menjadi istri Jenderal Virendra.
"Terima kasih, Jenderal. Venus akan menjaga kepercayaan yang Jenderal berikan, Venus juga akan berhati-hati dan selalu menjaga diri." Ucap Venus yang tidak bisa menutupi rasa bahagianya.
"Ingat perkataanku, jangan percaya pada siapapun di luar sana. Tetaplah waspada jika ada yang mendekatimu, mungkin saja dia sedang membawa pisau." Perkataan Jenderal Virendra sukses membuat Venus bergidik takut.
Bibi Martha pernah mengatakan bahwa kehidupan seorang istri Jenderal besar sangatlah berat. Saat ini Venus tengah menghadapinya.
"Ya, Venus mengerti."
Jenderal Virendra tampak puas mendengar jawaban Venus. Itu artinya dia bisa sedikit lega karena Venus tidak banyak bertanya. Terlebih sekarang ada Sean yang mengawasi Venus dari jauh.
*
*
"Bibi Martha!" Venus berteriak memanggil Bibi Martha dengan antusias.
Venus merindukan Bibi Martha, sosok yang selama ini menjadi orang tua penggantinya.
"Venus?" Bibi Martha menatap kaget pada Venus yang berdiri di depan pintu kediamannya.
Venus tidak berkata-kata melainkan langsung memeluk Bibi Martha, menyalurkan rasa rindunya.
"Kenapa kau bisa ada disini?" tanya Bibi Martha bingung.
"Jenderal mengizinkanku untuk keluar, sekedar mencari udara segar di istana." Jawaban Venus mengundang tawa Bibi Martha.
"Kalau begitu masuklah, Bibi akan menyiapkan kue kesukaanmu. Suruh masuk kedua pelayanmu juga, biarkan mereka beristirahat."
Keempat wanita berbeda usia itu segera masuk ke dalam. Mereka ingin menghabiskan waktu dengan berbincang-bincang sambil menikmati kue buatan Bibi Martha.
Mereka tidak sadar ada seseorang yang mengintai dari jauh. Orang itu tersenyum lebar mendapati Venus yang sudah bisa keluar dari kediaman Jenderal Virendra. Itu artinya, rencana untuk menyingkirkan Venus semakin mudah.
*
*
Jenderal Virendra hanya diam mendengar laporan dari mata-mata yang dia tugaskan untuk mengawasi Putri Selena.
"Cepat atau lambat dia akan bergerak menemui istriku. Biarkan dia berbuat sesuka hati, aku tahu ada seseorang yang mengendalikannya." Ucap Jenderal Virendra begitu tenang.
"Baik, Jenderal!" Sang mata-mata segera berlalu meninggalkan Jenderal Virendra untuk kembali menjalankan tugasnya.
"Jenderal, Nyonya saat ini berada di kediaman Martha. Kemungkinan Putri Selena akan segera menemui Nyonya. Apakah saya harus menyingkirkan kedua pelayan Nyonya terlebih dulu?" Sean yang baru saja tiba segera memberikan laporannya.
"Biarkan saja, Tuan Putri itu tidak akan takut pada pelayan." Jawab Jenderal Virendra santai.
"Baik, Jenderal!"
"Bagaimana laporan mengenai Benteng Blue City?" Tanya Jenderal Virendra mengalihkan perhatian.
"Kami sudah mengantongi nama-nama pengkhianat. Mata-mata yang saya kirim mengatakan, para pengkhianat ini akan menghasut rakyat agar mempertanyakan keputusan Jenderal."
Laporan yang diberikan Sena membuat Jenderal Virendra murka. Pria itu melempar sebuah buku berisikan nama-nama para elit politik Negara Aleister.
"Tandai nama-nama itu dan segera laporkan. Letnan Dean sedang mencari bukti-bukti korupsi atau tindakan tidak terpuji para tikus kotor itu."
"Baik, Jenderal!" Sean segera mengambil buku itu dan mengantonginya. Sean akan segera menjalankan tugas barunya.
Bertambah satu lagi tugasnya dan hal itu justru membuat Sean senang.
*
*
"Nyonya Jenderal Virendra!" Panggilan itu membuat Venus yang sedang berjalan menuju kediamannya menghentikan langkah.
"Anda siapa, Nona?" Tanya Venus bingung, dia tidak mengenal siapa gadis di hadapannya ini.
"Saya Putri Selena, Putri dari Negara Selatan." Jawab Putri Selena dengan anggun.
Venus tahu siapa gadis itu, dia adalah gadis yang digadang-gadang akan menjadi isrei Jenderal Virendra. Sayangnya, gadis kecil seperti Venus justru berhasil menyingkirkan seorang Putri dari Negara Selatan.
"Ada apa, Putri?" Tanya Venus sengaja mengubah panggilan terhadap Putri Selena.
"Aku hanya penasaran melihat wajah, Nyonya. Sayang sekali aku tidak bisa melihat wajah cantik ini." Putri Selena maju selangkah, berniat menyentuh Venus.
Beruntung Venus memilih refleks yang bagus dengan segera mundur menghindari Putri Selena.
"Maaf Putri, saya tidak suka disentuh orang asing." Ucapan Venus berhasil memancing amarah Putri Selena.
Namun, memahami kondisi di sekitar membuat Putri Selena memilih mundur.
Putri Selena pikir Venus gadis muda yang begitu mudah didekati, akan tetapi, Putri Selena salah. Venus sepertinya bukan gadis muda biasa.
"Tidak perlu takut, Nyonya. Aku hanya ingin berteman denganmu. Aku dengar Nyonya sering merasa kesepian, karena itulah aku datang ingin menawarkan pertemanan."
Putri Selena tersenyum, tampak begitu tulus. Meski nyatanya dia begitu penuh akal busuk.
"Terima kasih atas tawaran, Putri. Akan segera saya pertimbangkan." Venus tersenyum ramah meski hanya mata birunya yang terlihat.
Tidak ada yang tahu apa rencana Venus dan Putri Selena sebenarnya. Mereka jelas bukan gadis biasa, mereka cerdas dan penuh akan. Mungkin akan ada perang akal di istana ini.
TBC
Ada rekomendasi novel keren nih buat kalian, karya author Selvi_19
mampir dan dukung terus karyanya ya 😊
Judul : CAHAYA DALAM KEGELAPAN (SEBUAH KETULUSAN)
*Sebuah kebahagiaan hilang dalam sekejap karena terjebak dalam lingkaran yang tak pernah dia inginkan, semua orang yang melihat kehidupannya berada dalam kebahagiaan tetapi kenyataannya tidak seperti yang mereka lihat.
"Aku tidak pernah menginginkan kehidupan seorang ini dan apa aku masih bisa merasakan kehidupan seperti dulu lagi". Sintia
"andai dulu aku mencari kebenaran lebih dulu pasti jalan tak seperti ini". Ilham
bertemu kembali dengan orang di masa lalu sangatlah menyakitkan saat dirinya tak seperti dulu lagi, itulah yang Sintia alami saat bertemu kembali dengan ustadz Ilham. Pertemuan itu membuat ustadz Ilham selalu memimpikan Sintia sedangkan Sintia selalu bermimpi bertemu dengan seorang wanita yang tidak dia kenal yang memintanya untuk menikah dengan suaminya dan menjaga anaknya*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments