Disore hari setelah lelah seharian mengajak main Baby Leon, Lea bersandar di sofa rumahnya, ditemani sang ibu, Tania.
Tania sangat mengerti perasaan anaknya saat ini. Ia menepuk-nepuk pundak Lea, mencoba menenangkannya
"Sudah... Jangan memikirkan bayi itu lagi. Sudah pasti dia hidup enak, ia hidup dilingkungan yang baik, lebih baik dari hidup kita. Kamu tidak harus mengkhawatirkannya"
"Iya ma.... " jawab Lea singkat.
"Kamu juga harus ingat, walau suatu hari nanti kamu mengetahui keberadaannya, kamu tidak bisa mendekatinya, tidak boleh berada didekatnya sesuai isi perjanjian kontrak yang telah ditanda tangani" Tania mengingatkan.
"Kalau kamu melanggar, entah konsekuensi apa yang akan kamu terima". Tania sangat cemas akan hal ini.
"Iya ma... Lea faham"
Dengan malas ia berdiri, berjalan memasuki kamarnya dan ke kamar mandi untuk membersihkan keringat yang menempel pada tubuhnya.
*
Dimalam hari, Lea Emiy dan Nathan bertemu disebuah Kafe, sudah lama mereka bertiga tidak duduk santai dan mengobrol seperti ini. Walau saat ini juga masih membahas pekerjaan, tapi ini obrolan yang ringan.
"Besok, Emily yang akan menemanimu pergi ke kota C untuk pertemuan dengan investor baru!" ucap Nathan tegas.
Ia menambahkan
"Semuanya sudah beres, tinggal butuh tanda tangan kamu saja Lea, jadi aku tidak harus hadir disana"
Lea menjawab dengan singkat
"Baik...."
Ia jadi teringat sesuatu
"Eh... Emily Evan juga ada di kota C, besok setelah petemuan selesai kita ajak Evan makan" saran Lea girang.
Nathan mengerutkan kening
"Siapa... Evan? Dosen ganteng yang sering kalian sebut dulu? Pantas saja kamu bersemangat pergi ke kota C, biasanya juga tidak senang"
"Hahaha... Kamu tau aja!" ucap Lea sambil menepuk pelan pundak Nathan.
"Benarkah? Evan ada di kota C? Wahhhh aku tidak sabar ingin segera kesana... Sudah lama aku tidak melihat muka gantengnya" Emily senang membayangkanya.
"Aiisshhh... Kalian ini, tiap hari bertemu dengan muka gantengku tapi tidak pernah aku melihat kalian segirang ini" Nathan cemburu.
"Melihat muka burik kamu tiap hari, bukannya girang malah mau muntah. Hahhaha...." jawab Lea bercanda.
"Heyyyy... Kejam sekaliii" balas Nathan sambil mencengkram pundak Lea.
"Awww... Iya iya... Ganteng... Tiap hari kita sangat senang melihat wajah kamu yang unyu ini" canda Lea lagi seraya mencubit-cubit pipi putih Nathan.
Tegggg....
Tiba-tiba wajah Nathan memerah dan jantungnya berdetak dengan kencang.
Emily yang menyadari perubahan Nathan, Tertawa terbahak-bahak
"Hahahahaaaaa.... "
"Nathan kenapa muka kamu merah begitu... Orang dia cuma bercanda! Jangan dimasukan kehati"
Nathan yang tadinya bak bunga mekar sekarang seperti bunga layu yang sangat menyedihkan.
"Mukaku merah karena dia nyubitnya pakai tenaga" sambil nunjuk ke arah Lea.
Lea hanya tertawa melihat wajah lucu Nathan.
"Iya maaf bercanda"
"Tapi beneran... Aku senang bisa melihat muka unyu kamu tiap hari, kalau tidak melihat kamu tiap hari, bagai mana usahaku bisa lancar seperti sekarang"
Hahhahahaha....
Nathan kesal dicandain terus oleh mereka berdua "Aduh aduh... Jadi kamu senang melihatku hanya takut usahamu bangkrut ya"
"Senang melihatku, karena ingin memanfaatkan aku ya? Wah kalian hebat!"
Suara tawa pecah kembali.
Ditengah keceriaan mereka, tersebar hawa dingin yang mulai memasuki ruangan. Aura yang sangat kuat menghilangkan keceriaan mereka dalam sekejap.
"Bagus kamu Lea, aku tunggu-tunggu malah sukacita disini!"
Semua melihat arah sumber suara itu, tiba-tiba Lea kaget melihat sosok tinggi dan tampan dibelakangnya.
"Willy... Kamu ada disini?"
Emily terbodoh sejenak dan bertanya
"Lea... Apa kamu ada janji dengan Willy?"
Lea, baru ingat. Tadi di tempat arena bermain dia menolak Willy datang dan sebagai gantinya dia yang akan datang ke tempatnya.
"Ooppsss!!!"
"Heheheh..." Lea tertawa bodoh didepanya
"Akuuu.... Lupa"
"Lupa?" jawab Willy tidak puas
"kalau aku tidak kesini dan hanya menunggumu... Selamanya juga kamu tidak akan datang!"
"Ehh... Kenapa kamu tau aku disini?" tanya Lea heran.
"Kamu tidak perlu tau!" Jawabnya singkat dan langsung menarik tangannya, menariknya keluar dari Kafe ini.
"Emily... Nathan aku pergi dulu ya... Besok kasih tau aku penerbangan jam berapa!" ucap Lea terburu-buru.
"Oke... Sana pergi" Jawan Nathan singkat.
Tinggalah Nathan dan Emily berdua di meja itu.
Entah mengapa disana tersebar aura-aura asmara antara mereka berdua yang Lea tidak tau.
Apa mungkin karna seringnya pertemuan antara Nathan dan Emily di Leayumi Food, menumbuhkan benih-benih asmara?
Didalam mobil duduklah dua orang yang saling acuh. Seperti sudah sebuah tradisi, pertemuan mereka harus ada momen acuh tak acuh dulu, baru memanas.
"Besok kamu mau kemana?" Akhirnya Willy yang memecah keheningan.
Lea: "Ke kota C ada pertemuan dengan salah satu investor disana"
Willy: "Berapa hari?"
Lea melirik sekilas sebelum ia mejawab
"Dua atau tiga hari... Ehhhh atau seminggu" candanya.
"Leaaaa... Aku serius" bentak Willy.
Lea: "iya... Dua atau tiga hari"
Willy: "Yang jelas...."
Dengan cepat Lea meluruskan
"Iya... Iya tiga hari"
"Kok lama... Hanya pertemuan dengan satu orang" Willy terheran.
Lea mencoba menjelaskan
"Iya... Ada beberapa hal yang harus aku cek di cabang kota C"
Willy: "Sekarang usahamu semakin baik dan kamu semakin sibuk ya... Aku selalu terabaikan. Apa aku hancurkan saja usahamu supaya kamu banyak waktu untuk bertemu denganku"
"Willyyyyyu...."
Lea berteriak, jelas tidak terima dengan ucapannya "Coba saja kalau kamu berani, aku akan membunuhmu!"
Willy hanya tersenyum melihat kemarahan Lea disampingnya. Ia tidak menjawab dan terus menjalankan mobilnya sampai ke tempat parkir apartemennya.
Sesampainya di apartemen, Lea menjatuhkan dirinya disofa yang empuk, ia bersandar dan merilekskan diri. Setelah lelah seharian menemani anaknya bermain, pergi ke kafe menemui Emily dan Nathan dan perjalanan dari kafe ke sini, sungguh melelahkan.
Willy pergi kekamarnya dan membersihkan diri dikamar mandi.
Ruang tamu begitu hening saat ini... Hanya terdengar suara detak jam di dinding.
Lea berdiri mencari Remot Televisi untuk mengusir kesunyian. Mencari dan mencari... Ia tidak begitu faham dimana Remot Tv Willy simpan.
Sampai pada saat ia mencarinya di rak kecil samping pintu kamar Willy, tiba-tiba ia dikagetkan oleh sosok yang hanya memakai haduk dipinggangnya. Butiran air yang masih menempel pada badan kekar Willy membuat wajah Lea memerah. Kulit putih yang berotot memancarkan aura hormon yang sangat kuat dan bercampur wangi sabun mandi yang menyegarkan. Membuat Lea benar-benar salah tingkah dibuatnya.
Dengan gugup ia bertanya
"Dimana remot TV?"
"Disana, dekat lampu tidur samping sofa"
"Ohhh...."
Dengan cepat Lea berjalan menuju meja kecil itu, tapi tiba-tiba ia dipeluk dari belakang oleh Willy, sambil berbisik ditelinganya
"Mau kemana? Kenapa mukanya merah?"
Lea kaget dan sangat gugup. muka merahnya bertambah merah.
"Willy... Kamu pasti sengaja mempermalukanku seperti ini" gumamnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
kaya ada bahasa melayunya yyyyy , seharusnya klo bahasa indo itu " bersenang - senang " tp ini malah jd " suka cita " make kalimate 🤔
2023-08-02
0
Okto Mulya D.
lanjutkan
2023-04-13
0
Asih Ningsih
aduh kmu cepat2 nikah hitu lo willy lea biar leon ketemu saudara kembarnya udh gak sabar aku pengen lihat ke2nya yg syok.
2022-11-16
0