"Willy... Maaf!!!"
Lea murung, ia sangat merasa bersalah. Tidak seharusnya ia mengabaikan Willy, dengan tempramen Willy yang begitu buruk, Lea tau apa yang mungkin Willy lakukan padanya.
"Hanya maaf?"
Bercanda, Willy dibohongi dan di khianati, dia hanya bilang kata Maaf?
Willy lanjut berkata
"Sepertinya urusan bisnismu sudah selesai, cepat pulang sekarang juga" Willy tidak sabar ingin mendengar penjelasannya. Tidak ingin menunggu besok-besok lagi. Dia mau hari ini bahkan detik ini kalau bisa.
"Ya baik... Aku akan mengambil penerbangan jam 4 sore"
Lea hanya bisa menurutinya kali ini, ia juga ingin menjelaskan kepadanya, tidak ingin ada salah faham antara dirinya dan Willy.
"Tidak... Beli tiket sekarang juga atau aku akan pesan tiket dari aplikasi untukmu dan Emily, bersiap-siaplah" ucap Willy tegas, tidak bisa diganggu gugat lagi.
Tut.... Tut... Tut...
Willy mengakhiri panggilannya.
Lea bangun dan berdiri segera membangunkan Emily, memberitahukan bahwa kita harus pulang sekarang.
Dimeja makan, 3 orang makan dengan hening. Berbeda dengan kemarin yang penuh canda tawa. Evan dan Emily tau apa yang terjadi dan tidak berani bertanya lagi.
Sampai pada akhirnya Evan mengantar mereka berdua sampai ke bandara. Tidak lupa Emily dan Lea berterima kasih pada Evan.
Diperjalanan, Lea selalu tidak fokus, entah mengapa awan gelap serasa berada terus diatas kepalanya. Entah badai apa yang akan terjadi.
Bandara kota A.
Akhirnya mereka sampai di kota A. Lea meminta Emily untuk mengantar barang bawaannya ke Leayumi Food. Lea tidak tenang, ia ingin segera menemui Willy dan menjelaskan semuanya padanya.
Lea menghentikan Taksi dan memberitahukan alamat kantor Willy pada supir. Mobil melaju dan berhenti tepat di bawah gedung pencakar langit itu.
Lea menelpon Willy terlebih dulu dan Willy memintanya untuk langsung naik ke lantai atas.
Sebelum Lea menekan tombol pintu Lift, tiba-tiba Asisten Jason memanggilnya.
"Nona Lea. Tuan meminta saya mengantar anda ke ruangannya!"
Lea mengangguk tanda setuju
"Baik....."
Tangan Lea terus berkeringat dingin, seolah sebuah firasat, akan ada hal yang tidak menyenangkan akan terjadi padanya.
Tok.... Tok... Tok....
Lea mengetuk pintun ruang kantor Presdir.
Dari balik pintu terdengar Willy berkata
"Masuk... "
Lea masuk dengan ragu, melangkahkan kaki dengan tegang sampai kedepan meja kerja Willy.
Ruangan itu sangat luas dan mewah, dekorasinya pun sangat elegan mencerminkan diri dan karakter Pemiliknya, ada 3 buah sofa disana dan beberapa rak buku yang tersusun rapi. Beberapa hiasan yang menghiasi ruangan itu. Di sudut ruangan ada satu kamar mandi khusus Presdir dan ruang istirahat khusus presdir. Benar-benar ruang Kantor yang sangat nyaman.
Willy melirik sekilas keberadaan Lea, tanpa merespon ia lanjut menatap layar komputer di depannya.
Lea yang di acuhkan hanya bisa berbalik dan duduk disofa, menunggu dengan sabar.
Setelah sekian menit berlalu, Willy mematikan komputernya. Menatap lekat pada wanita yang ada didepannya.
Lea yang menyadari tatapan tajam Willy, ia berdiri dan berjalan menghampirinya. Tepat didepannya, Lea memegang tangan besar itu, menatap kedalam mata hitam itu, seolah tersirat kekecewaan yang mendalam disana.
Lea berkata
"Willy.... Maaf"
"Kamu jangan marah lagi ya, sekarang aku disini, kamu mau caci mau maki atau pukul aku, aku terima. Asal kamu jangan marah lagi... Oke?" bujuk Lea tak berdaya.
Willy menghempaskan tangannya, mata hitam itu memancarkan aura ganasnya. Ia berdiri mendekati Lea sampai hampir menempel padanya, jarak mereka hanya berjarak 10cm saja.
Lea yang mengeluarkan keringat dingin dipunggungnya, hanya bisa diam-diam mengedipkan mata, tidak berani bergerak sedikitpun.
"Lea... Wanita pembohong sepertimu apa masih pantas dipukul?" masih dengan aura dinginnya.
Lea tertegun sejenak, tidak mengerti apa maksud ucapan Willy
"Apa maksudmu... Aku tidak berbohong padamu"
Willy semakin kesal dengan ekspresi bodoh wanita didepannya. Sudah tau kemarin berbohong, masih saja pura-pura polos.
Willy mengangkat tangannya, mencengkram rahang Lea seolah memintanya untuk terus menatapnya.
"Tidak berbohong? Kamu fikir aku bodoh? Bisa semudah itu kamu tipu? Kamu mengatakan tidur dirumah Syira temanmu... Sejak kapan wanita sepertimu berteman dengan gadis kecil berumur16 tahun?"
Willy terdiam sejenak, mencoba mengontrol emosinya, kemarahan seolah bergejola naik sampai ke ubun-ubun. Sedikit lagi menyemburkan lahar panas.
"Kenapa tidak langsung bilang kamu tidur dirumah Evan??? Kenapa Leaaaaa?" ia berteriak ketika menyebut kata Lea.
Willy melepaskan cengkramannya, keringat dingin menetes dari dahinya, urat biru yang bersembunyi dibalik kulit putih itu samar mulai terlihat.
Menyadari masalahnya tidak seringan yang dibayangkan, Lea mundur dua langkah. Berfikir dalam, dari mana dia tau dirinya menginap dirumah Evan? Dan kenapa tau Syira berumur 16 tahun? Apa mungkin orang yang datang kerumah Evan kemarin orang suruhan Willy?
Berfikir sampai sini, Lea merasa pahit dihati. Kenapa? Kenapa Willy sampai menyuruh orang untuk menguntitnya? Apa dia benar-benar tidak percaya padanya.
Ia tidak tahan dan mulai bertanya
"Willy, apa kamu menyuruh orang untuk mengawasiku?"
Tanpa basa-basi Willy menjawab
"Kalau aku tidak menyuruh orang untuk mengawasimu, apa kamu akan berkata jujur padaku? hemmmh?"
Lea menarik nafas dalam-dalam, mencoba untuk menjelaskan
"Willy aku tidak berbohong kepadamu, aku berkata aku menginap dirumah Syira, apa itu salah? Hanya sedikit memakai kata ambigu, tapi itu bukan sebuah kebohongan"
Willy menyeringai jahat, Wanita ini masih memakai alasan seperti ini untuk meluruskan!
"Ya... Memang itu fakta, dirumah itu ada bocah yang bernama Syira. Tapi kenapa tidak langsung mengatakannya padaku bahwa kamu menginap dirumah Evan? Kamu takut aku marah kan? Sudah tau aku akan marah jika mengetahuinya, tapi masih melakukanya? Apa begitu penting dia dihatimu Leaaaa?"
Kecemburuan memang telah membutakan akal dan fikirnya. Tuan Willy, orang yang biasanya tenang dan acuh, berhadapan dengan wanita ini selalu meruntuhkan ketenangannya.
"Maaf... Tidak seharusnya aku menutupinya"
Lea menundukan kepala, tidak mampu menatap matanya lagi. Ia tau Willy begitu keras, ia juga tidak ingin kehilangannya gara-gara masalah kecil seperti ini.
Willy berjalan masih dengan gaya kerennya, berdiri didepan meja kerjanya dan mengambil beberapa foto, dilemparakn kearah Lea. Foto berserakan dilantai marmer putih itu.
Lea kaget dan tanpa sadar mundur satu langkah dan matanya mengikuti arah foto-foto yang terbang dan mendarat dilantai. Menatap lekat pada foto yang berserakan. Terlihat jelas itu foto dirinya kemarin.
Ia membungkuk dan memungut satu persatu foto dilantai, setiap satu foto yang ia ambil, badannya seketika bergetar.
ia menatap tak percaya pada gambar difoto itu, bisa-bisanya orang suruhan Willy melakukan ini padanya. Foto yang diambil begiti bagus, saking bagusnya bisa membuat orang yang melihat salah faham.
Foto saat Lea keluar dari rumah Evan, tidak ada Emily dalam foto itu. Jelas ini yang memotret orang yang sangat profesional. Memotret hanya pada saat Lea dan Evan bersama. Benar-benar membuat orang salah faham.
Semakin dilihat semakin Lea naik darah dibuatnya. apalagi foto saat mereka dipantai, Lea yang memakai Bikini berenda berhadapan dan bertatap muka dengan Evan sambil tersenyum.
Foto saat naik Jet Ski Lea duduk dibelakang Evan dengan erat memeluk pinggangnya. dan ada lagi, foto saat mereka bertiga makan di Restoran, tapi yang tertangkap kamera hanya ada Lea dan Evan duduk berdua dimeja makan. Emily kemana? Bisa-bisanya tukang foto ini memfitah dirinya seperti ini.
Dan yang terakhir. Foto saat Evan mengantar mereka kebandaran. Yang terpotrer hanya saat Lea berpamitan dan berterima kasih dengan eksperi gembira menatap Evan.
Lea sakit kepala melihat foto tidak bermoral seperti ini.
Tiba-tiba Willy mendekatinya, terus maju mendekatinya. Lea tanpa sadar melangkah mundur... Mundur dan terus mundur sampai mentok dibalik dinding, sudah tidak ada jalan keluar lagi baginya.
Lea terkurung dibalik badan kekar itu. Sampai suara dingin milik Willy terdengar lagi
"Bagus kamu Lea... Dinas ke kota C selama tiga hari. Ternyata hanya bersenang-senang. Kalau kamu mau berlibur, aku bisa membawamu berlibur keluar negeri. Ke Paris? Roma? Atau bahkan Korea? Aku bisa membawamu. Tapi mengapa kamu memilih untuk bersama dia?" amarah Willy terus memuncak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Okto Mulya D.
Willy, Lea memang berlibur sama Evan tapi bertiga dengan Emily.
2023-04-13
0
Asih Ningsih
tukang foto itu perlu di kasih peringatan krn udh fitnah meskipun itu benar tpi setidaknya emil harus ada tpi ini tidk.
2022-11-16
0
Zaimar Simatupang
lea sepertinya kurang dekat dgn anaknya...
ceritanya jarang nyebut anaknya...
2022-09-15
0