Menyadari dirinya menjadi nyamuk disini, Evan berpamitan dan pergi.
Willy cukup puas dengan sikap Evan.
'Tahu diri juga!' gumamnya dalam hati.
Lea meminta penjelasan dari Willy
"Hey! Apa yang kamu lakukan tadi, kenapa harus memberitahu Evan kamu Kekasih Aku?"
"Kenapa? Tidak suka? Kamu tidak ingin Pria lain tahu?"
"Bukan begitu. Kita kan cuma Pasangan Sandiwara. Mengapa harus seserius itu di hadapan orang lain?" tanya Lea kesal.
"Seserius itu? Kalau sampai orang lain melihat kamu bersama dengan pria lain, apa yang akan orang lain fikirkan? Itu juga akan menjatuhkan harga diriku!" jelas Willy.
"Apa cuma itu? Kok aku tidak merasa seperti itu ya? Aku merasa kamu cemburu!" ada kebimbangan di diri Lea.
"Apa? Aku cemburu? Atas dasar apa kamu berkata seperti itu?" Willy marah dibuatnya.
"Kalau tidak? Kenapa sekarang kamu marah?" ejek Lea.
Lea merasa sudah tidak perlu lagi berdebat dengan hantu seperti ini. Ia berjalan melewatinya, bermaksud mencari Evan karena di sini selain Willy dan Evan tidak ada lagi yang ia kenal.
Tiba-tiba Willy meraih tangannya dan enggan untuk melepaskan
"Kamu mau pergi kemana?"
"Aku mau mencari Evan!" jawabnya datar.
Willy menyeringai jahat
"Kenapa? Kesepian?"
"Willy...." Lea berteriak padanya dan barusaha melepaskan tangannya dari genggaman Willy.
Lea benar-benar marah dibuatnya. Kenapa pria ini selalu mempersulinya. Dibilang cemburu, katanya buka. Terus ini apa?
Lea sudah tidak ingin menghiraukan Pria ini lagi, sekuat tenaga melepaskan genggaman tangan Willy sampai tangannya sakit.
"Lepaskan aku!!!"
"Pria brengsek! Lepaskan tanganmu! Aku muak melihat pria sepertimu. Lepaskan, Willy!" Lea terus memaki dan memberontak.
Willy yang tidak terima dengan kata-kata kasarnya semakin menggenggam erat tangan kecil Lea.
"Kenapa muak denganku? Kalau dengan si Evan itu tidak? Hemmmmh?"
"Diammm.... Willy, kamu tidak berhak berkata seperti itu, kamu pria yang tidak masuk akal yang baru aku temui. Kamu pria membosankan yang aku kenal dan kamu pria.............." belum sempat Lea melanjutkan kata-katanya, bibir itu telah di tutup oleh bibir dingin Willy.
Willy marah, sangat marah mendengar cacian wanita tidak masuk akal ini. Wanita yang bertempramen buruk dan wanita yang selalu membuat dia hilang kendali.
Hanya cara ini yang bisa ia lakukan untuk meredam amarahnya sendiri dan sebagai hukuman kepadanya.
"Eemmhh...." Lea berusaha lepas darinya, tapi Willy malah membuat ia terbawa hayut sampai ke dalam.
Willy mencari-cari lidah itu, ingin sekali menggitnya. Menggigitnya sampai dia tidak bisa berkata kasar lagi padanya.
Disela-sela ciuman itu Willy dengan susah payah mengeluarkan kata demi kata yang terpatah-patah.
"Lee-aa.... Aa-ku.... Suu-kaaa.... Kaaa-muuu!"
Antara sadar tak sadar Lea mendengar kalimat patah-pata itu dan hatinya menghangat.
Apa yang dia katakan? Dia mencintaiku?
Lea merespon dengan bahasa tubuh.
Lea memeluk leher Willy dengan kuat seolah tidak ingin melepasknnya lagi.
Saat ini, momen ini rasanya ingin waktu berhenti berputar. Ingin menikmati kelembutan dan kehangatan pria dingin ini.
Willy memeluk pinggang Lea dengan erat, seolah jika lepas akan hilang tak kembali.
Waktu berlalu cukup lama membuat keduanya terengah-engah.
"Lea.... Maaf" ucap Willy.
Lea dengan malu hanya mengangguk.
Willy berkata dengan lembut
"Lea, maukah kamu menjadi kekasih sungguhan? Tidak lagi bersandiwara!"
Lea menatap tak percaya. Apa ini benar permintaanya?
Willy bertanya lagi "Lea, maukah kamu menjadi kekasihku?"
Dengan sedikit lingkung, Lea mengangguk "Iya!"
Willy bahagia mendengar kata Iya dari mulutnya.
Ia memeluknya lagi dan menciumnya lagi penuh dengan kepuasan.
.
Acara di mulai, sang pemilik pesta sedang berpidato di depan para tamu undangan. Willy dan Lea duduk dengan tenang mendengarkan pidatonya.
"Mulai ngantuk kalau mendengar orang berpidato" gumam Lea dalam hati.
Willy menyadari kemalasan gadis itu, tiba-tiba meraih bahunya dan mendekatkan badan kurus itu kebadannya sambil berbisik
"Kenapa? Ngantuk?"
"Sedikit...." jawab Lea malu.
"Sini, bersandar di sini." Willy memeluknya dengan ringan.
Tapi Lea masih punya rasa malu, ia tidak ingin menjadi bahan perbincangan orang lagi. Tindakan mereka yang tadi dilakukan di pojok ruangan, tidak mungki ada yang melihat kan?
Lea kembali duduk tegak mendengarkan sang Tuan rumah mengumumkan inti acara ini. Di sini berkumpul perwakilan-perwakilan dari perusahaan besar. Termasuk Evan yang mewakili perusahaan dari kota C. Bahkan tidak sedikit juga yang datang dari kota X dan Y kota untuk menghadiri acara malam ini.
Di akhiri tepuk tangan yang meriah acarapun selesai. Kini saatnya perjamuan makan malam dimulai.
Berbagai hidangan tersaji di meja yang panjang. Semua tamu undangan mengantri untuk mencicipi setiap hidangan ini. Tidak terkecuali Willy dan Lea.
Mereka makan dengan tenang di bawah alunan musik yang merdu. Lea hanya ingin cepat menghabiskan makannya dan segera pulang. Ia sangat lelah hari ini, ingin pulang dan beristirahat, kakinya juga sudah mulai sakit lagi.
Keluar dari ruang perjamuan, Lea yang berjalan terpincang-pincang karena menahan sakit di kakinya.
Willy: "Kenapa? Kakinya masih sakit?"
Lea menjawab dengan murung
"Iya. Sangat sakit, sepertinya lecet."
"Lain kali jangan memakai sepatu murahan seperti ini lagi." ucap Willy datar.
"Willy...." Lea mulai tidak suka lagi, ia marah dan pergi meninggalkan Willy.
"Hey tunggu! Kenapa marah lagi?"
Ia setengah berlari mengejar Lea.
Lea terus berjalan dengan langkah besar menuju Lift tanpa menghiraukannya.
Tiba-tiba tubuhnya melayang keudara, ia kaget dan menjerit
"Aawwww... Willy.... Apa yang kamu lakukan. Turunkan aku!"
Lea memberontak tapi takut terjatuh ke lantai, jadi ia langsung merangkul leher Willy dengan erat.
Willy menggendongnya terus tanpa menghiraukan Lea yang terus memberontak.
Sampai Lift berhenti di lantai bawah barulah ia menurunkannya. Takut banyak mata melihat padanya, Lea menundukan kepala berjalan menuju tempat parkir.
Mobil melaju di jalan raya yang sepi karena hari mulai malam.
Lea bersandar di kursi samping pengemudi dengan rileks. Ia memejamkan mata yang dari tadi sudah mulai mengantuk.
Hari sangat malam waktu menunjukan pukul 12 lebih.
Willy tidak tega membangunkan Lea untuk turun, ia juga tidak tahu Lea tinggal di Apartemen itu lantai berapa dan nomer berapa?
Akhirnya ia memutar arah menuju ke apartemen miliknya.
Lea tertidur lelap, ia di gendong oleh Willy menuju ke Apartemen miliknya di lantan 15.
Apartemen yang cukup luas dengan 3 kamar tidur ini membuktikan bahwa betapa mewahnya Apatemen ini.
Rumah ini hanya dihuni oleh dia seorang. Karena biasanya dia dan putranya tinggal di rumah besar Keluarga Gu. Hanya sekali-kali Willy tinggal di sni dan akan ada orang yang membersihkan rumah ini setiap harinya.
Lea tertidur lelap di atas kasur yang empuk.
Setelah Willy menidurkan Lea, ia berjalan ke kamar mandi dan membersihkan diri. Air hangat membasahi tubuhnya membuat fikirannya jernih.
Sepertinya hubungannya dengan Lea sekarang lebih serius, tidak lagi pura-pura atau sandiwara seperti dulu. Itu membuat ia menjadi lega.
Dikasur yang empuk, Lea berbaring dengan nyenyak ia mengerutkan kening, entah apa yang dia alami dalam mimpinya.
Willy hanya mengelus pelan kepalanya, ia memeluknya dengan hati-hati.
Willy pun mulai tertidur nyenyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Okto Mulya D.
akhirnya berkumpul jadi sepasang kekasih
2023-04-13
0
Okto Mulya D.
wahhh makin agresif si Willy, harusnya memang begitu cowok harus berani ungkapkan perasaan secara langsung.. good lah ada perkembangan hubungan mu Willy
2023-04-12
0
Asih Ningsih
akhirnya jadi pasangan gimana ya entar klu tau yg minta pengganti rshim tu willy
2022-11-16
0