Usai dari kantor tempatnya bekerja. Balin langsung menuju perusahaan besar yaitu BB GROUP.
Balin menepikan sepeda motor tuanya di parkiran. Di sana terparkir rapi roda empat dan roda dua dengan lokasi yang berbeda.
Balin menadah kepalanya ke atas, memandangi bangunan tinggi menjulang tersebut. Inilah pertama kalinya ia akan menginjakkan kaki.
Dengan langkah sedikit canggung Balin memasuki lobby.
"Selamat siang Pak," sapa Balin kepada petugas keamanan di sana.
"Selamat siang Pak," balas sang satpam. "Bisa saya bantu?"
"Saya ingin bertemu dengan Pak Bahtiar." Balin memberitahukan tujuan kedatangannya.
"Jika begitu Bapak ke meja resepsionis."
Balin mengangguk dan segera melanjutkan langkahnya.
Tiba di meja resepsionis.
"Selamat siang Pak, ada yang bisa dibantu?"
"Saya ada janji dengan Pak Bahtiar." Balin langsung memberitahukan.
"Pak Balin Azura?" tebak sang resepsionis.
"Iya Mbak."
"Silahkan Pak Balin langsung ke lantai----"
Hmm
Deheman seseorang menghentikan ucapan sang resepsionis.
"Selamat siang Pak Balin, ikut saya. Saya adalah Putra sekretaris Ibu Gia." Pria berkaca mata seusia Balin memperkenalkan diri.
Balin mengangguk, dan mengikuti langkah Putra.
Tok tok
Pintu ruangan Presdir di ketuk oleh Putra.
"Masuk!" Sahut dari dalam.
Klek
Putra segera memutar kenop pintu modern tersebut.
"Selamat siang Pak, Bu," sapa Putra dan diikuti oleh Balin.
Pak Bahtiar menangapi dengan anggukan.
"Nak silahkan duduk. Dan kamu Putra kembali ke ruanganmu," titah Pak Bahtiar.
Putra mengangguk dan segera meninggalkan ruangan tersebut.
Balin melangkah dengan senyuman kecut, mendapati sosok Bahagiana yang sama sekali engan menatapnya.
Hmm
"Bagaimana? apa semuanya sudah selesai?" tanya pak Bahtiar mengenai pengunduran diri Balin di tempatnya bekerja selama ini.
"Sudah Pi," sahut Balin.
"Sayang letakkan dulu laptopnya. Ada yang ingin Papi bicarakan kepada kalian," titah Pak Bahtiar karena sejak tadi Bahagiana sangat sibuk dengan laptop tersebut, bahkan ia engan hanya sekedar untuk menyapa Balin. Padahal beberapa hari lagi mereka akan menjadi suami istri.
Pak Bahtiar hanya bisa menghela nafas menerima kenyataan itu.
Dengan terpaksa Bahagiana menuruti perintah Papinya karena ia malas untuk berdebat.
"Setelah kalian resmi menikah Balin yang akan memimpin menjadi CEO di perusahaan ini." Pak Bahtiar langsung ke topik terpenting.
Kaget tentu saja yang dialami Balin, terlebih lagi Bahagiana.
"Papi benar-benar keterlaluan. Percaya begitu saja dengan orang baru dikenal." Bahagiana hanya berani mengatakan itu didalam hati.
"Maaf Pi keputusan itu tidak----"
"Terima saja! Bukankah itu yang kamu inginkan? jangan pura-pura munafik!" Bahagiana segera memotong ucapan Balin.
Balin yang mendengar tuduhan itu, membuat rahangnya mengeras.
"Sedikitpun aku tak pernah berpikiran seperti yang kamu tuduhan!" Akui Balin dengan tegas.
Bahagiana menatap dengan sinis seraya bergumam tanpa jelas.
"Sayang ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan calon suamimu. Ini adalah keputusan Papi pribadi." Pak Bahtiar memberi pengertian kepada Bahagiana.
"Aku tidak eduli, bila perlu berikan semuanya kepada dia!" Cecar Bahagiana dengan wajah penuh amarah.
Pak Bahtiar menggelengkan kepala. Putrinya ini benar-benar keras kepala.
"Berbicaralah kalian. Papi tidak banyak waktu," setelah mengatakan itu Pak Bahtiar beranjak bangkit, akan segera keluar kembali ke rumah. Ia ingin memberi waktu untuk mereka saling bicara, entah apapun itu.
Kini tinggallah mereka berdua didalam ruangan itu. Bahkan Pak Bahtiar melarang siapapun masuk kedalam ruangan itu agar tidak ada yang menganggu obrolan mereka.
Hening itulah yang terjadi.
"Apa kamu sudah puas?" pertanyaan itu membuat lamunan Balin membuyar.
"Puas? aku tidak mengerti!" Balas Balin.
"Jangan pura-pura bodoh!"
Balin menghela nafas kasar.
"Jika sudah tahu untuk apa bertanya lagi?" kalimat yang dilontarkan Balin membuat Bahagiana terpancing emosi.
Tangannya terkepal dengan tatapan tajam menatap Balin.
Balin tersenyum kecut mendapati ekspresi tersebut.
"Jangan percaya diri. Aku menyetujui pernikahan konyol ini hanya semata pengabdian kepada Papi," tutur Bahagiana.
Balin mengangguk, seolah-olah merespon.
"Jangan berpikiran karena aku menyukaimu!" Kalimat itu berhasil membuat jantung Balin berdegup.
"Baguslah!" Balas Balin dengan singkat.
Bersambung....
🌹🌹🌹
Jangan lupa tinggalkan like vote favorit hadiah dan komennya agar author lebih semangat lagi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Zie Mien Ho
percakapan pertama mereka. ditunggu episode2 bucinnya hehehe
2022-07-05
0
Bankit Susanto
suatu saat ketika kau myadari orng yg kau hina adlh orng yg mnyalamatkan hdupmu dan mngntikannya dngan nyawanya mka hnya dtang sbuah tangisan yg kau sesali krna drinya tlh pergi
2022-07-04
0