"Beruntung sekali Gia dijodohkan dengan pria setampan Balin," batin Rika tanpa tahu Balin berasal dari keluarga mana.
"Nak, dimana kedua orang tuamu? kenapa tak dibawa?" tanya Pak Bahtiar karena Balin datang seorang diri.
Balin menghela nafas sejak, bila harus mengingat. "Kedua orang tuaku sudah tiada Pak. Papa tiada sejak aku berusia 15 tahun, sedangkan Mama telah pergi 5 tahun yang lalu." Ungkap Balin berusaha tenang.
"Papi minta maaf, bukan bermaksud untuk mengingatkan," ujar Pak Bahtiar dengan menyesal.
"Tidak masalah Pak," balas Balin.
"Panggil Papi!" Titah Pak Bahtiar.
Tanpa sadar Bahagiana menatap Balin ketika Balin menceritakan kedua orang tuanya. Seketika dalam benaknya terbayang masa lalu yang membuatnya syok sampai sekarang.
Sedangkan yang ditatap hanya menunduk.
"Silahkan Pak, Bu." Beberapa pelayan menata hidangan pesanan di atas meja.
"Terima kasih Mbak," ucap Bahagiana dan Balin bersamaan.
Seketika keduanya saling memandang dengan raut wajah terkejut. Diam-diam Pak Bahtiar tersenyum kecil penuh arti.
Dengan segera Bahagiana memutus pandangan itu, dan beralih kepada beberapa menu di atas meja. Begitu juga yang dilakukan oleh Balin.
Balin tentunya sudah tahu bahwa keluarga yang sedang bersamanya adalah kalangan keluarga terpandang. Melihat bermacam menu makanan mahal tersaji di atas meja.
Seakan dirinya merasa minder, perbedaan diantara mereka sungguh jauh berbeda. Tetapi ia sudah terlanjur terjebak dalam situasi ini. Tidak bisa lepas lagi oleh perjanjian 6 bulan yang lalu.
Sesuai perintah Pak Bahtiar mereka menyantap makanan tanpa mengobrol, itulah peraturan yang sudah berlaku sejak dulu.
Ruangan mewah itu hanya terdengar dentingan sendok makan dengan piring sedang beradu oleh pemiliknya.
Sebenarnya Balin sedikit canggung karena ini pertama kalinya ia berhadapan langsung dengan keluarga kaya raya.
Tetapi jangan salah sangka jika Balin tak tahu aturan atau cara makan orang ala restoran berbintang.
+++
Hmm
"Bagaimana Nak Balin?" Pak Bahtiar mulai angkat bicara.
Balin yang ditanyai segera menegakkan tubuhnya seraya melipat kedua tangannya.
Hmm
"Kamu bekerja di perusahaan mana? jabatan?" belum sempat Balin berucap, Bahagiana sudah duluan melontarkan pertanyaan yang membuat Balin kelabakan untuk menjawab.
"Di perusahaan x sebagai kepala bagian pemasaran," pungkas Balin.
Hah....
Seketika membuat Bahagiana tertawa bahkan tertawa lebar.
"Papi menjodohkan Gia dengan, dengan.....ah sangat sulit untuk dikatakan!" Tutur Bahagiana seakan mengejek pekerjaan Balin. Bahkan perusahaan yang Balin sebutkan ia tak tahu karena tak tercatat atau bergabung dalam perusahaan besar.
"Gia!" Sela Pak Bahtiar dengan lantang, ia sungguh tak suka melihat sikap Bahagiana.
"Cih.... tampan-tampan tapi kere," batin Rika mendecih.
"Sepertinya dia hanya menginginkan harta keluarga ini, tidak akan aku biarkan!" Batin Maya dengan tatapan sinis.
Bahagiana beranjak bangkit.
"Ilmu gaib apa yang kau gunakan hingga berhasil mencuci otak Papi?" bentak Bahagiana seraya berkacak pinggang, menatap tajam.
"Asal kau tahu bahwa salah satu dalam organ tubuhmu itu adalah alasan utamaku menerima perjanjian pernikahan ini!" Batin Balin dengan perasaan murka karena kalimat yang dilontarkan Bahagiana. Telah menuduhnya sembarangan, bukan ia yang memohon tetapi Pak Bahtiar lah yang memohon-mohon.
"Tidak bisa menjawab? uang, harta dan kekayaan? selamat kau berhasil!" Teriak Bahagiana untuk sekian kalinya.
"Hentikan Gia!" Seru Pak Bahtiar ikut berdiri.
"Benarkan tebakanku? beginilah ciri-ciri orang bawahan untuk meraih rejeki milik orang, berbagai cara untuk mendapatkannya. Berapa uang yang kau mau? 1 m, 5 m, 10 m bahkan 100 m? aku dapat memenuhinya. Teta....."
Plak
Tamparan melayang di pipi mulus itu.
Semua orang terperanjat mendengar suara tamparan itu.
Prok prok
"Kau memang hebat! Sungguh sangat hebat!" Seru Bahagiana tertawa seraya bertepuk tangan tanpa merasakan perihnya akibat tamparan itu, bahkan jari jemari yang ditinggalkan oleh jejak telapak tangan Pak Bahtiar membekas di pipi kirinya.
Pak Bahtiar langsung duduk dengan dada sesak. Ia sungguh menyesal karena telah mengotori tangannya di wajah putrinya sendiri. Inilah pertama kalinya ia mengotori tangan itu untuk Bahagiana.
Karena kehilangan kesabaran ia tak dapat menahan amarahnya.
Balin yang melihat hal itu menjadi bersalah, ia tak menyangka jika keadaan seburuk ini.
"Maaf sayang...." Lirih Pak Bahtiar dengan mata memerah seakan menahan sesuatu.
Bahagiana mengatup mulutnya, melengkungkan bibirnya tanpa terbuka.
"Tidak masalah! Terima kasih Pi. Gia memang pantas mendapatkan itu," ucap Bahagiana seraya menyapu air mata yang sempat membasahi wajahnya.
Sekali lagi ia tersenyum, senyuman pahit yang terpancar. "Gia menyetujui pernikahan itu!"
Dengan hati berkecamuk ia berjalan keluar. Tidak sanggup lagi bertahan lama di sana. Ia tidak ingin orang-orang melihat sisi lemah dan terpuruknya.
Bersambung.....
Jangan lupa tinggalkan like vote favorit hadiah dan komennya agar author lebih semangat lagi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Veronica Maria
gia trllu sombong. kalau tdk ada jantung pacarnya balin, mgkn sdh koit
2023-01-02
0
Helena Tobing
seru.
2022-12-27
0
Navis
waduhhhhh gua keterlaluan
2022-09-27
0