Usai mengatakan itu dengan spontan Balin menarik lengan Bahagiana, hingga wanita itu beranjak dari kursi kebesarannya.
"Sangat lancang!" Nada suara meninggi Bahagiana memekakkan telinga. Dengan kasar ia menghentakkan tangan Balin yang memegang lengannya.
"Lancangnya dimana? katakan?" Seru Balin terpancing emosi tetapi masih bisa ia rendam.
"Tidak perlu pegang-pegangan segala, aku bisa berjalan sendiri!" Makinya dan tanpa dipaksakan lagi ia berjalan keluar tetapi tentunya dengan perasaan dongkol.
Bibir Balin tertarik ke atas. Senyuman penuh kemenangan karena sudah berhasil membuat Bahagiana menurut, walaupun banyak drama sebelumnya.
Tidak ingin ketinggalan, Balin berlari kecil menyusul Bahagiana. Untung saja pintu lift masih sempat ia tahan.
Balin masuk begitu saja, tanpa memperdulikan raut wajah masam tersebut.
"Kita makan dimana?" tanya Balin.
"Terserah, lagi pula kau tidak akan mampu membayar jika makan di restoran berbintang," sindir Bahagiana seperti merendahkan.
Balin menghembuskan nafas kasar. Sindiran Bahagiana sama sekali tidak membuatnya tersinggung karena ia sadar siapa dirinya sebelumnya.
"Baguslah jika kamu mengerti, jadi kita akan makan di tempat makan sederhana saja. Soal cita rasa dan kebersihan jangan diragukan. Buat apa makan ditempat yang mewah jika----"
"Cukup bicaranya! Sudah bisa aku simpulkan!" Potong Bahagiana dengan wajah masam.
"Kamu harus terbiasa," sambung Balin dengan terbukanya pintu lift, menarik kembali lengan Bahagiana.
Tentu saja Bahagiana kaget tetapi ia tidak bisa menolak karena mereka menjadi bahan perhatian para karyawan.
"Bapak dan Ibu pasangan serasi. Tampan dan juga cantik!" Begitulah hiruk-pikuk yang dapat didengar oleh keduanya tetapi anggap saja mereka tuli, terlebih lagi dengan Bahagiana.
Tepat di sisi mobil. Bahagiana menepis tangan Balin. Ia tadi cukup bersabar dan kini ia bebas.
Balin membukakan pintu mobil bagian depan, samping kemudi.
"Masuklah," titah Balin.
"Aku akan duduk di belakang," sahut Bahagiana dengan tangan terangkat ingin membuka pintu mobil bagian belakang.
"Aku bukan supir tetapi suamimu!"
Bahagiana mengepalkan tangannya. Masih dengan perasaan dongkol ia terpaksa masuk di bagian depan.
Balin melengkungkan bibir karena kembali berhasil membujuk istri dingin serta acuhnya itu.
Sepanjang jalan hany ada keheningan. Balin membawa Bahagiana ke suatu tempat, tempat yang biasa ia datangi jika makan bersama dengan Jill.
Anggap saja Balin egois karena dengan tidak langsung memperalat sosok Bahagiana untuk pengganti Jill yang sudah tiada.
Balin sadar jika apa yang ia lakukan ini adalah salah. Andai saja Bahagiana tahu, maka kebencian itu semakin dilimpahkan kepada dirinya.
"Kita sudah sampai," ujar Balin seraya menepikan mobil di parkiran.
Bahagiana tertekun sesaat mendapati rumah makan sederhana tetapi dengan nuansa nyaman. Bersih dan rapi.
Balin turun, memutari mobil untuk membukakan pintu untuk Bahagiana. Tetapi sayangnya Bahagiana terlebih keluar.
"Untuk ke depannya hentikan buka pintu mobil untukku. Aku punya tangan lengkap," lugas Bahagiana.
Balin hanya bisa mengangguk. Ternyata wanita ini memiliki prinsip mandiri, walaupun dia anak orang kaya.
Balin membawa Bahagiana memasuki rumah makan. Karena tidak ingin mood istrinya berubah ia mengalah tidak menyentuh tangan itu.
"Selamat siang Pak Balin," sapa pemilik rumah makan yang sudah tidak asing lagi bagi Balin.
"Siang Bu," balas Balin disertai senyuman.
Mereka tidak menyangka bila Balin masih mau mengunjungi rumah makan tersebut.
"Ternyata istri Pak Balin lebih cantik dilihat langsung." Bisik-bisik para pelayan.
Mereka juga tahu jika dulu Balin sering makan bersama kekasihnya tetapi untuk masalah itu mereka tidak ingin ikut campur dan membicarakannya.
Balin memilih meja paling pojok. Di sana dapat memandangi kolam buatan.
"Kamu pesan apa?" tanya Balin.
Bahagiana memperhatikan menu makanan. Rumah makan ini adalah tradisional, jangan bermimpi mendapatkan menu orang luar.
Bahagiana bingung harus makan apa.
"Kamu suka kepiting?" tanya Balin seakan mengerti dengan raut kebingungan Bahagiana.
Dengan spontan Bahagiana mengangguk.
"Jika begitu kita pesan kepiting saos Padang jagung saja. Menu ini yang paling laris manis di di sini," kata Balin.
Bahagiana dima saja.
Balin pun memangil salah satu pelayan agar menuju ke meja tempat mereka.
Bersambung....
🌹🌹🌹
Jangan lupa tinggalkan like vote favorit hadiah dan komennya agar author lebih semangat lagi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Siti Fatmawati Lareken
biar hati rasa dongkol tetap dia layani istrinya dgn sabar.
2022-08-24
0
Siti Fatmawati Lareken
suami harus tegas demi kebaikan.
2022-08-24
0
Siti Fatmawati Lareken
sebagai suami harus sabar apa lagi menghadapi istri yg keras kepala.
2022-08-24
0