Petang menjelang
Usai membersihkan diri Bahagiana menemui Papi Bahtiar di ruang kerjanya. Sesuai perintahnya tadi sewaktu ia baru pulang dari kantor.
Bahagiana masuk begitu saja karena pintu ruangan itu terbuka lebar.
"Pi," panggil Bahagiana seraya melangkah mendekat.
"Duduk sayang. Hmm apa suamimu belum pulang?"
Bahagiana menggeleng, ia tidak suka dengan sebutan itu.
"Mungkin saja pekerjaannya belum kelar," papar Papi Bahtiar.
"Itu bukan urusan Gia Pi," sahut Bahagiana dengan santainya.
"Sayang jangan katakan itu. Bagaimanapun kalian harus saling berbagi. Status kalian adalah sepasang suami-istri." Papi Bahtiar mencekal kalimat yang dilontarkan putrinya tersebut.
Bahagiana menghela nafas kasar.
Tok tok
"Pak saatnya makan malam," tiba-tiba obrolan Ayah dan anak itu terputus ketika Bibi memberitahukan bahwa makan malam sudah siap.
"Apa menantuku sudah pulang?" tanya Pak Bahtiar.
"Sudah Pak," sahut Bibi.
"Sayang cukup di sini dulu obrolan kita," tutur Papi Bahtiar.
Bahagiana mengangguk.
+++
Di meja makan
Mereka masih menunggu kehadiran Balin.
"Jadi pria kok lelet!" Celoteh Mami Maya, menyindir Balin yang pada saat ini belum juga kunjung datang.
"Biar aku panggilkan saja Mi," ucap Rika seraya beranjak bangkit ingin memanggil balin.
"Apa sekarang tugasmu mengantikan Bibi?" sindir Bahagiana hingga Rika mengurungkan niatnya setelah mendengar sindiran tersebut.
"Jangan salahkan Rika. Seharusnya itu kewajibanmu sebagai seorang istri!" Mami Maya memihak kepada Rika.
"Sudah aku katakan jangan pernah ikut campur urusanku! Anda bukan siapa-siapa bagiku! Camkan itu!!!" Nada itu memang lembut tetapi bermakna pedas itu membuat raut wajah Mami Maya dan juga Rika murka.
"Da-----"
"Maaf membuat menunggu!" Suara bariton itu membuat ucapan Mami Maya terpotong.
Balin berjalan, menarik kursi di sebelah Bahagiana.
"Tidak masalah Nak," sahut Papi Bahtiar dengan raut wajah serba salah. Ia tidak tahu lagi mendamaikan antara istri dan kedua putrinya itu. Ketiganya sama-sama keras kepala.
Seperti biasa saat makan hanya ada keheningan. Dentingan sendok makan beradu dengan piring.
"Pi besok Mami dan Rika akan ke kota x." Entah apa yang membuat Mami Maya tak sabaran untuk memberitahukan keinginannya tersebut.
"Nanti kita bahas ketika selesai makan." Kalimat singkat itulah yang dilontarkan Papi Bahtiar.
Dengan raut wajah masam Mami Maya melanjutkan makanannya.
Usai makan semuanya kembali ke kamar masing-masing. Mungkin mereka merasa kelelahan dengan aktivitas seharian ini, jadi memilih untuk istirahat lebih awal.
Balin mengikuti Bahagiana dari belakang. Tidak ada komunikasi keduanya.
Bahagiana yang masih merendam amarah hanya terdiam saja tanpa memandangi Balin.
"Maaf aku sedikit terlambat pulang." Akhirnya Balin membuka suara juga. Ia saat ini baru keluar dari kamar mandi, mendapati Bahagiana yang sudah siap berbaring.
"Mau pulang atau tidak itu bukan uru------"
"Tentu saja itu urusanmu karena kita adalah sepasang suami-istri!" Bukan Bahagiana yang mengatakan itu tetapi dengan cepat balin memotong ucapan tadi hingga membuat Bahagiana tersenyum sinis.
"Sudahlah jangan mengoceh lagi. Aku sudah mengantuk." Bahagiana langsung membaringkan tubuhnya dengan posisi miring memeluk guling.
Balin menghela nafas panjang. Sikap wanita ini sungguh sulit dipahami. Sebentar lembut dan tak lama sangat cuek.
Entah setan apa yang membuat Balin berani. Tanpa diduga oleh Bahagiana ia naik ke ranjang tersebut. Tentu saja Bahagiana kaget, merasakan goncangan kasur.
"Siapa yang mengizinkanmu?" seru Bahagiana spontan bangun, menatap Balin dengan tatapan marah.
"Tidak perlu minta izin karena status kita adalah sepasang suami-istri. Ini sudah kewajiban," sahut Balin dengan santai, padahal jantungnya berdegup kencang. Bagaimanapun ini pertama kalinya tidur satu kamar bahkan akan tidur satu ranjang.
GLEK
Bahagiana menelan ludah. Bukan karena menyukai situasinya tetapi ia muak dengan keberanian Balin.
"Oke kamu tidur di sini biar aku tidur di sofa!" Bahagiana ingin beranjak tetapi dengan spontan di hentikan oleh Balin dengan cara menarik lengannya.
"Aku tidak akan melakukan apapun kepadamu karena kamu sendiri juga tahu bagaimana proses kita sampai bisa ke tahap ini." Balin menegaskan.
"Jika sadar jadi jaga sikap!" Bahagiana tidak kalah tegasnya. "Lepas!" Pekik Bahagiana seraya menghempaskan tangan itu hingga berasil terlepas.
Cup
Bersambung.....
🌹🌹🌹
Jangan lupa tinggalkan like vote favorit hadiah dan komennya agar author lebih semangat lagi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Siti Fatmawati Lareken
waooow mulai seru ceritanya.
2022-08-24
0
Dianita
up
2022-07-10
0
Mariana
cup hih gantung ya Allah cepat banget ya saya bacanya pake di gantung lagi auto pinisirin
2022-07-09
0