Makan siang Bahagiana pergi ke cafe tanpa memberitahu Balin karena pada saat itu Balin masih meeting dengan klien di ruangan khusus.
Tadi pagi sahabat baiknya menghubunginya dan siang nanti akan tiba. Sesuai kesepakatan mereka akan bertemu di sebuah cafe.
Bahagiana keluar dengan menjinjing tas. Ia melupakan ponsel yang tergeletak di atas meja kerja.
Ternyata ia memesan taksi online karena kunci mobil bersama balin. Mereka setiap hari ke kantor satu mobil karena Bahagiana tidak ingin menjadi pusat perhatian para karyawan kantor.
Tidak menunggu lama taksi online sudah menepi di sana. Dengan bergegas Bahagiana menghampiri.
"Kemana Nona?"
"Cafe La Nyalla Pak!"
Mobil pun meluncur, menuju cafe yang dimaksudkan.
+++
Usai meeting
Balin bersama Putra masuk ke ruangan masing-masing.
Balin meletakan sebuah map di atas meja. Ia lirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Di sana sudah menunjukan waktu makan siang. "Apa Gia ada di ruangannya?" gumam Balin. Ia segera meraih kunci mobil yang di simpan dalam laci meja kerjanya. Lalu bergegas ke ruangan Bahagiana.
Tok tok
Tidak mendapat sahutan dari dalam. Karena Balin mengira bahwa Bahagiana kebetulan didalam kamar mandi hingga membuatnya terpaksa membuka pintu.
KLEK
Pintu ruangan itu dibuka. Sesaat Balin terdiam sejenak di ambang pintu, mengedarkan pandangannya tetapi sosok Bahagiana tidak ia temukan.
"Apa dia di kamar mandi?"
Balin sabar menunggu karena ia yakin bahwa istrinya itu sedang berada di dalam kamar mandi karena ponsel itu ada di atas meja kerja.
Lama menunggu membuatnya gelisah.
Tok tok
Ia mendekat dan mengetuk pintu kamar mandi, tetapi tidak ada jawaban dari dalam.
KLEK
Ternyata pintu tersebut tidak terkunci.
"Gia!" Panggil Balin karena bagaimanapun ini tidak lancang walaupun mereka adalah sepasang suami-istri.
Tidak ada sahutan hingga Balin membuka pintu itu lebar-lebar. Sama halnya ternyata sosok wanita itu juga tidak ia temukan.
"Hmm apa dia sudah keluar? tapi kenapa ponselnya tidak dibawa?" gumam Balin dengan menghela nafas.
Akhirnya Balin kembali ke ruangannya dengan perasaan kecewa. Ia pun menghubungi Putra agar memesan makanan. Mood untuk keluar telah hilang hingga ia memutuskan makan di ruangannya saja.
+++
Di cafe La Nyalla
Bahagia sudah bergabung dengan dua sahabatnya yang selama ini berada di luar negeri. Ketiganya asik bercengkrama, menceritakan kegiatan masing-masing.
"Maaf ya aku tidak bisa datang di pesta pernikahan kamu," ucap Rini.
"Iya aku juga minta maaf karena pada waktu itu pekerjaanku begitu padat, bolak balik keluar kota," timpal Indah.
Bahagiana menghela nafas berat
"Jangan bicarakan masalah itu. Kalian tahu bukan jika pernikahan itu hasil perjodohan Papi?" sahut Bahagiana seakan engan membahas masalah tersebut.
"Jadi selama menikah kamu masih pera wann?" goda Rini.
"Ayo dong say coba membuka hati," timpal Indah.
Bahagiana menggeleng dengan kasar, melebarkan kedua matanya agar kedua sahabatnya itu menutup mulut dengan pembahasan tersebut.
"Aku jadi penasaran ketemu langsung dengan suamimu. Dari sebuah foto pria itu begitu tampan, bahkan mengalahkan ketampanan kekasih kami," ucap Rini seakan ucapan Bahagiana untuk melarang membahas soal itu dianggap angin lalu.
"Stop Rin!" Peringatan dari Bahagiana.
Keduanya serempak mengangguk.
"Hmm bagaimana kekasihmu In?" tanya Rini kepada Indah Karen beberapa Minggu yang lalu Indah curhat kepadanya karena sikap sang kekasih.
"Entahlah sangat sulit untuk memahami dirinya. Atau dia sudah bosan denganku atau sudah ada yang lain?" tebak Indah dengan tatapan sendu.
"Ciri-ciri kekasih atau suami pura-pura sayang. 1. Dia tidak punya rasa cemburu. 2. Dia tidak mau mempublikasikan tentang dirimu. 3. Dirimu bukanlah prioritasnya. 4. Dia tidak peduli dengan kebutuhan batinmu." Ucap Rini hingga berhasil membuat kedua sahabatnya tertekun.
+++
Pulang dari cafe Bahagiana masih tertekun dengan perkataan sang sahabat. Hingga membuatnya tidak sadar jika pintu ruangannya di ketuk.
"Maaf Bu saya masuk begitu saja karena sejak tadi saya ketuk pintu tetapi tidak mendapat jawaban," ucap Putra.
"Tidak masalah. Ada apa Pak putra?"
"Saya hanya menyampaikan pesan dari Pak Balin. Pak Balin saat ini dalam perjalanan menuju lokasi, menemui klien di sana hingga pulang jam kantor," terang Putra.
Bahagiana mengangguk.
Sepeninggalan Putra membuat pikiran Bahagiana meracau. Ia tahu jika klien yang dimaksudkan putra adalah wanita.
Dengan segera ia menepis pikiran konyol itu.
Bersambung......
🌹🌹🌹
Jangan lupa tinggalkan like vote favorit hadiah dan komennya agar author lebih semangat lagi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Navis
tu kan gua takut
2022-09-27
0
Siti Fatmawati Lareken
perasaan wanita tak bisa di pungkiri dgn berjalannya waktu.
2022-08-24
0