"Dek maafkan Abang. Abang mengunjungi tempat ini dengan wanita lain yang tak lain adalah istri dan sekaligus wanita yang menopang organ tubuhmu," batin Balin dengan dada sesak.
"Ada apa?" pertanyaan mustahil itu lolos begitu saja dari mulut Bahagiana.
Balin tertekun mendengar pertanyaan Bahagiana.
"Aku bukan berbicara kepadamu tetapi mengirim pesan suara kepada Putra." Bahagiana meralat ucapannya.
Seketika Balin sadar jika kenyataannya tak seperti itu. Hampir saja ia terkecoh, menyangka jika Bahagiana sedikit memperhatikannya tetapi ia salah karena Bahagiana sibuk dengan ponselnya.
"Apa aku sudah tidak waras?" umpat Bahagiana dalam hati. Lalu menghela nafas berat.
"Silahkan Pak, Bu," sapa pelayan setelah meletakan beberapa menu yang mereka pesan.
"Terima kasih Mbak," balas Balin. Sedangkan Bahagiana tertekun pada menu makanan di atas meja.
Sang pelayan mengangguk dan tersenyum, lalu kembali bekerja.
Balin menyendok nasi kedalam piringnya sedangkan Bahagiana masih melamun tanpa memutuskan pandangan di atas meja.
"Gia...." Panggil Balin hingga Bahagiana sadar dari lamunannya.
Balin mengangguk memberi kode agar Bahagiana segera menyantap hidangan tersebut.
Mereka menikmati makanan dalam diam. Diam-diam Balin melirik Bahagiana yang kesusahan makan kepiting.
Karena tidak tega Balin meletakan sendok kedalam piringnya, lalu tersebut dulu ia membasuh kedua tangannya.
"Caranya begini." Balin meraih potongan kepiting yang ada di tangan Bahagiana. Mengeluarkan isinya dari cangkang tersebut.
Dengan perasaan canggung Bahagiana menyambut suapan Balin ke mulutnya.
"Enak kan Dek?" ucap Balin tidak sadar.
Bahagiana membeku mendengar panggilan Balin hingga ia menghentikan kunyahan itu.
"Maaf," gumam Balin seakan sadar atas ucapannya. Sungguh ia sedang berhalusinasi sedang bersama Jill.
"Aku bukan mantan kekasihmu yang kamu sebutkan!" Tebak Bahagiana seakan memahami.
GLEK
Balin menelan ludah mendengar tuduhan tersebut.
"Kamu salah paham!" Balin kembali melanjutkan makannya. Sedangkan Bahagiana sudah tak berselera, entah apa yang mengganjal dalam hatinya.
"Apa ini tujuan dia membawaku ke sini? apa ini tempat favorit mereka?" pikiran itu mulai memenuhi isi kepala Bahagiana karena ia sama sekali tidak mengenali Balin. Lagi pula ia juga tidak ingin tahu lebih dalam.
"Jika masih mengingat kekasih atau siapapun itu kenapa mau menikah denganku? kenapa-----"
"Kamu tidak tahu apapun tentangku!"
"Karena itu tidak penting untukku!"
Seketika tatapan keduanya bertemu, dengan tatapan penuh marah.
Dengan segera Balin memutus tatapan itu dan berusaha merendam emosi yang mulai terpancing.
"Habiskan makananmu," ucap Balin dengan nada lembut.
"Seleraku hilang," sahut Bahagiana dengan raut wajah masam.
"Belajarlah lebih dewasa!" Sekali lagi ucapan Balin memancing emosi Bahagiana.
"Iya kamu benar!"
Balin menghela nafas, memejamkan sesaat kedua matanya. Ia tidak sadar telah menyinggung perasaan Bahagiana.
Balin masih lanjut memakan makanannya, walau selera makannya telah hilang. Sedangkan Bahagiana membuang muka tanpa menyentuh makanannya.
Kini piring Balin telah kosong sedangkan milik Bahagiana masih tertinggal setengahnya. Tangannya menarik piring milik Bahagiana dan tanpa jijik menyantapnya.
Bahagiana tersentak kaget melihat apa yang dilakukan Balin. Sedangkan yang ditatap sedang asik menyuap makanan itu kedalam mulutnya.
Balin tidak ingin menyisakan makanan yang telah mereka pesan, itu demi tidak enak kepada pemilik atau pelayanan yang sudah bersusah payah menyajikan makanan itu. Jika masih tersisa pasti mereka merasa kecewa, dalam arti masakan mereka tidak memenuhi cita rasa yang diminati.
"Aku ke toilet sebentar," ujar Balin. Perutnya tiba-tiba tidak enak. Mungkin terlalu kenyang.
Sepeninggalan Balin, Bahagiana memeriksa makanan di atas meja. Hanya tertinggal cangkang kepiting serta bonggol jagung.
"Dia makan serakus itu?" gumam Bahagiana dengan tak percaya.
Didalam toilet Balin memuntahkan isi perutnya. Akibat kenyang luar biasa mengakibatkan ia muntah.
Sungguh konyol apa yang dilakukannya. Dan inilah pertama kalinya ia melakukan kekonyolan itu selama hidup.
Merasa sudah tenang Balin kembali, ia tidak ingin istrinya itu semakin ngambek.
"Seperti perempuan saja jika ke toilet sangat lama," sindir Bahagiana karena durasi Balin ke toilet memang cukup lama.
Hmm
Balin malas dan tidak mood membalas ucapan itu karena ujung-ujungnya semakin menjadi.
Keduanya bergegas meninggalkan rumah makan tersebut setelah Balin membayarnya. Jangan mengira itu uang dari Bahagiana atau Papi Bahtiar, tetapi itu adalah uang pribadi Balin.
Bersambung.....
🌹🌹🌹
Jangan lupa tinggalkan like vote favorit hadiah dan komennya agar author lebih semangat lagi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Siti Fatmawati Lareken
kasihan tanpa di sadari dia mengenang tunangannya di saat menyuapi istrinya.
2022-08-24
0
ℓ ι ƒ ι α 💕
berantem melulu ya kalian ini 😂😂
gia keras dan arogan bgt. ayo luluhkan gia, balin. ga sabar nunggu kalian pada bucin 😁🤭
2022-07-12
0