Episode 11 : Ilmu Pelet part 1

# Kadarsih ( Pelet Pengasihan Lintrik )

Lolongan serigala saling bersahutan, suara burung gagak terdengar jelas. Malam yang semakin temaram membuat hawa disekitarnya semakin mencekam. Angin berhembus kencang, menggoyangkan daun bambu yang menjuntai hingga tanah.

Kadarsih keluar dari bilik bambu milik Nyai Suketi. Maniknya melihat halaman sekitar. Kuduknya berdiri merinding, melihat gelapnya malam tanpa ada cahaya sebagai penerang. Karena memang, bilik bambu milik Nyai Suketi berada ditengah hutan. Jauh dari perkampungan.

"Darsih?" panggilnya seraya memegang bahu Kadarsih. Membuat Darsih terhenyak dari lamunan horornya.

"Iya, Nyai," sahut Darsih.

"Ganti pakaianmu dengan ini!" suruh Nyai Suketi.

"Baik, Nyai," hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Darsih. Dia menuruti apa yang diperintahkan oleh Nyai Suketi. Darsih menutupi tubuhnya dengan jarit, dari dada sampai lutut.

"Kita akan kemana, Nyai?" tanya Darsih, melihat Nyai Suketi membawa obor sebagai penerangan.

"Ikuti saja aku!"

Nyai membawa Darsih memasuki bagian dalam hutan. Hanya kegelapan demi kegelapan yang nampak didepan mata. Dia menelisik lebih jauh. Sekelebatan muncul, kemudian menghilang kembali. Entah apa itu. Darsih mengekor di belakang Nyai.

Hingga tibalah ditengah hutan terdalam. Ada tanah yang cukup lapang. Dimana di sana terdapat satu tempat air besar, terbuat dari tanah liat. Yang isinya air dan berbagai jenis bunga.

"Darsih, duduklah di sini!" surah Nyai Suketi. Darsih menurut seperti anak ayam yang mengikuti kata-kata induknya. Nyai membaca sesuatu, terlihat mulutnya komat-kamit, entah apa yang dibaca oleh Nyai. Selesai membaca sesuatu, dia menyiramkan air bunga ke tubuh Darsih, seraya mulutnya terus membaca sesuatu. Dan meniupkan ke tubuhnya.

Kadarsih merasakan tubuhnya sangat panas. Ada sesuatu yang masuk di dalam dirinya, entah apa itu. Dia berkeringat, saat panas itu terus masuk lewat ubun-ubun kepalanya, membuatnya berteriak dengan keras, seraya meremas ujung jaritnya. Tiba-tiba rasa panas berubah menjadi rasa dingin yang luar biasa. Entah apa yang terjadi dengan tubuhnya. Tubuhnya kembali normal seperti sedia kala.

"Sekarang, Kau sudah menjadi muridku. Dan, Kau sudah melakukan ritual pertama!" ucap Nyai, "Besok adalah ritual kedua. Kau harus siap!" ucapnya.

"Baik, Nyai," jawab Darsih menganggukkan kepalanya. Mereka kembali ke bilik kayu sebelum subuh menjelang.

Disepanjang perjalanan pulang ke bilik, ada sesuatu yang aneh dipenglihatanya. Banyak sekelebatan yang hilir mudik didepannya. Bahkan ini sangatlah jelas. Mata Kadarsih membulat sempurna, saat makhluk bertubuh tinggi besar, berdiri di dekat pohon beringin dengan mata melotot tajam menatap ke arahnya. Tentu, Darsih sangat ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat.

"Bukan hanya itu yang akan kau lihat!" ucap Nyai. Darsih mengalihkan pandangannya ke arah Nyai.

"Nanti akan ada makhluk lain yang akan kau lihat," imbuhnya lagi.

"Maksud, Nyai?"

"Itu adalah genderuwo, penunggu pohon beringin itu," jawab Nyai. Sontak Darsih bergidik ngeri.

Mereka kembali meneruskan perjalanan pulang keluar hutan. Daun bambu yang menjuntai ke tanah, semakin menjuntai. Seketika suara nyaring bertengger di pohon bambu itu. Mata Darsih bisa menangkap dengan jelas, sekelebat makhluk berpakaian putih, dengan mata yang hitam pekat, wajah yang pucat, terkekeh ke arahnya.

"Apa itu?" kejut Darsih.

"Kuntilanak," sahut Nyai datar tanpa menunjukkan ekspresi takut atau apapun.

"Kuntilanak?" merindingnya.

"Kita harus cepat pulang sebelum subuh menjelang!" ucap Nyai.

"Baik, Nyai,"

Darsih melangkahkan kakinya cepat, mengekor tepat dibelakang Nyai. Entah makhluk apa yang akan ditemuinya lagi, Darsih tidak tahu. Dia hanya berusaha untuk mempersiapkan diri untuk tidak takut kepada apapun.

***Ritual Kedua***

Darsih terbangun dari tidur, kala dia memimpikan kedua buah hatinya. Mereka datang dan memeluknya. Namun, keadaannya sangatlah memprihatinkan. Tubuhnya gosong, dan berbau daging panggang yang membuat perutnya seperti diaduk-aduk. Seketika dia terbangun dari alam bawah sadarnya.

Keringat dingin mengucur di dahi. Dia menyeka dengan punggung tangannya. Darsih bangkit dari tidur, kala mendengar suara anak-anak riuh di depan. Dia mengintip dari jendela kamar, dan melihat dari sembarang arah. Banyak anak-anak bertubuh kecil dengan kepala yang pelontos, raut mukanya sungguh menyeramkan. Mendekat ke arahnya.

Darsih beringsut dari tempatnya berdiri. Dia ketakutan ketika anak-anak itu mendekatinya. Semakin mendekat, dan sangat dekat. Saat, dirinya menutup mata untuk tidak melihat, anak-anak itu menghilang entah kemana. Darsih menarik nafasnya lega.

"Darsih?" panggil Nyai.

"Iya, Nyai," sahutnya, seraya mendekat ke sumber suara.

"Ikuti aku!" ajaknya.

Nyai Suketi mengajaknya ke sebuah ruangan yang sangat tertutup. Dia membuka gembok pintu itu. Pertanda bahwa ruangan tersebut jarang ia gunakan. Bahkan mungkin ruangan khusus yang tidak boleh seorangpun tahu ada apa didalamnya.

Mereka memasuki ruangan yang gelap. Nyai menyalakan lilin sebagai penerangnya. Cat dinding berwarna serba merah, dan kain penutup juga berwarna merah. Sungguh sangat mistis, batin Kadarsih sendiri.

Nyai menyuruh Darsih duduk di depannya. Dengan menyilangkan kedua kakinya, Darsih duduk tepat di depan Nyai Suketi. Nyai membakar menyan di atas cinglo ( tempat untuk membakar kemenyan ). Aroma kemenyan menyeruak hingga indera penciuman.

Nyai mengambil sesuatu dari peti kecil. Dengan perlahan dia membuka kotak tersebut. Satu kotak kartu domino ia letakkan di atas meja. Kadarsih belum mengerti apa maksud Nyai mengeluarkan kartu domino. Namun nampak terlihat kartu Domino yang digunakan Nyai berbeda dengan kartu Domino yang pernah ia lihat. Darsih menautkan kedua alisnya.

"Ilmu yang aku ajarkan kepadamu adalah ilmu pelet pengasihan lintrik," ucapnya. Darsih mendengarnya dengan seksama.

"Apakah saya boleh tahu Nyai? Apa itu ilmu pengasihan lintrik?"

"Ilmu lintrik adalah ilmu untuk meramal dan memelet seseorang dengan ritual tertentu. Ilmu ini adalah ilmu yang diturunkan atau diwariskan oleh para leluhurku dulu. Untuk mendapatkan kesaktian dari kartu ceki atau kartu lintrik, kita membutuhkan ritual-ritual khusus yang sangat berat. Apakah kau siap?" tanya Nyai.

"Iya, Nyai. Saya siap!" sahutnya.

"Bagus. Nanti malam ambillah tanah di pemakaman angker. Tanah kuburan milik Mbah Jambrong. Di sanalah tempat paling angker di desa. Pergilah ke sana tanpa memakai busana sehelai benangpun. Kau harus bertelanjang, dan jangan sampai ada seorangpun yang mengetahuinya," ucap Nyai.

"Bertelanjang?"

"Iya, itu adalah persyaratannya," jawab Nyai. Darsih nampak berfikir.

"Baiklah, Nyai," jawab Darsih menganggukkan kepalanya.

"Makhluk apapun yang kau temui di jalanmu nanti jangan kau hiraukan. Teruslah berjalan hingga kau berhasil membawa segenggam tanah kuburan. Kau mengerti?"

"Baik, Nyai. Saya mengerti," jawab Darsih.

to be continued .....

☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️

Hey, para Readers ku....

Cerita ini hanya pandangan pribadi dari Author sendiri, Mohon maaf apabila ada kesamaan tokoh, tempat kejadian, dan lain sebagainya.

Untuk penjelasan Ilmu Lintriknya sendiri, Silahkan cek di google ( Kabar Besuki of part pikiran rakyat media network ), karena Author mengacu pada tulisan tersebut.

Terimakasih banyak atas dukungannya, tetap like, komentar, dan votenya....❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

Isnaaja

Isnaaja

kenapa gak tanya tanya dulu,,iya iya aja deh

2023-02-10

1

Yuli

Yuli

semangat darsih semangat 🤣🤣🤣🤣

2023-01-23

1

Gede Artha

Gede Artha

Demi Membalas dendam pada orang orang yang Menghina'mu lakukanlah Darsih

2022-11-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!