Episode 4 : Kedatangan Mantan Suami

# Kadarsih ( Pelet Pengasihan Lintrik )

"Tumben, Sih. Kamu membeli banyak makanan?" tanya Mak Onah.

"Iya, Mak. Saya kan habis gajian. Saya ingin membelikan makanan yang enak untuk anak-anak saya," ucapnya senang.

"Syukurlah kalau begitu. Mak ikut senang mendengarnya," ucap Mak Onah tulus.

"Terimakasih banyak ya, Mak. Saya pamit dulu!"

"Hati-hati, Sih!"

"Iya, Mak," sahutnya.

Kadarsih memutar tubuhnya hendak pergi dari warung Mak Onah. Ternyata ada Bu Wati dan Bu Heni yang datang dengan tatapan mengejek.

"Wah, Kamu habis belanja, Sih? Banyak sekali belanjaanmu," nyinyir Bu Wati. Kadarsih tidak menghiraukan ucapan Bu Wati. Dia melewati Bu Wati begitu saja.

"Jangan-jangan dia belanja begitu banyak dari hasil menjual diri," kekeh Bu Heni. Disambut oleh suara tawa Bu Wati dan pengunjung yang lain. Kadarsih menggenggam tangannya, dia menggebrak meja di sampingnya.

BRAKK ...

"Astaga," kaget Bu Wati, Bu Heni, dan pengunjung yang ada di situ.

Kadarsih memutar tubuhnya, dia menatap kedua wanita itu dengan tatapan menghunus. Bagaikan pedang yang sangat tajam, pedang itu siap menebas siapa saja lawannya.

"Ibu kalau ngomong itu dijaga ya! Saya memang miskin, saya memang seorang janda. Tapi, Saya masih punya harga diri. Saya membeli semua ini, karena saya bekerja. Tidak seperti ibu-ibu yang hanya bisa menggunjing dan menghina orang!" ucap Kadarsih dengan tatapan tajam. Bu Wati dan Bu Heni hanya diam dengan menundukkan kepalanya. Apalagi setelah mendengar Kadarsih menggebrak meja disampingnya, membuat mereka berdiri terpaku.

"Sudah, Sih. Jangan dengarkan omongan mereka. Kamu tidak perlu meladeni mereka," tutur Mak Onah.

"Maafin saya, Mak. Saya permisi!" dijawab anggukan oleh wanita separuh baya itu.

Kadarsih memutar tubuhnya kembali, ingin segera pulang dan memberikan makanan enak itu untuk anak-anaknya. Wajahnya terasa sayu, setelah buliran bening tumpah begitu saja, tanpa ia minta. Ia segera menyekanya. Dia tidak mau sampai Aminah dan Adrian tahu kalau ibunya baru saja menitikkan air mata. Kehidupan yang sangat keras terkadang tidak memberikan celah untuknya, meski hanya untuk sekedar menangis.

Senyum Kadarsih terbit seketika melihat kedua buah hatinya bersorak-sorai menyambut kedatangannya. Aminah anak perempuannya, langsung mengisi gelas dengan air putih. Dia berikan kepada ibunya. Sebisa mungkin Kadarsih menahan air matanya supaya tidak tumpah.

"Terimakasih, Sayang. Kalian memang anak-anak ibu yang baik," pujinya.

"Oya, ini ibu bawa makanan dan jajan. Kalian makan ya!" suruh Kadarsih. Adrian langsung meraih bungkusan itu, dia duduk ditikar dengan membongkar semua isi kresek hitam itu.

"Wah, Asyik, ini kesukaan Adrian semua, Bu," ucapnya sangat lucu.

"Aminah juga suka, Bu," ucap Aminah, "Terimakasih banyak ya, Bu,"

"Iya, Sayang. Sebelum makan jajan, makanlah nasi dulu! Ibu membeli ayam goreng dan rendang daging diwarung Mak Onah. Kalian pasti sudah lapar kan?"

"Iya, Bu. Kami memang sudah lapar," ucap Adrian.

"Aminah ambilkan piring dan sendok, ya, Bu?"

"Iya, Sayang,"

Dua piring dan dua sendok itulah yang mereka punya. Tidak ada yang lain. Setelah piring dan sendok dipakai, Mereka akan langsung mencucinya agar bisa dipakai kembali.

Barang-barang dirumah sudah habis Kadarsih jual. Dulu saat Adrian sering sakit-sakitan, dia terpaksa harus menjual televisi, meja, kursi, lemari dan terakhir piring. Kadarsih jual ke tukang loak. Dan uangnya untuk ia belikan obat Adrian.

Diatas tikar yang nampak usang dan bolong, mereka menikmati makanannya. Adrian tidak berhenti berceloteh memuji masakan yang dibuat Mak Onah. Sesekali terbit senyum mengembang melihat dan mendengar tingkah laku buah hatinya.

☄️☄️☄️☄️☄️

Keesokkan Paginya

Tok ... Tok ... Tok

Seseorang mengetuk pintu dengan kuat. Membuat rumah papan itu sedikit bergetar karenanya. Berulang kali seseorang memanggil si empunya rumah. Tidak ada sahutan. Beberapa detik kemudian terdengar derap langkah kaki mendekati pintu, dan seorang wanita membuka pintu dengan tergesa.

Seraut wajah lelah, membulatkan matanya melihat sosok seseorang yang baru saja menggedor pintu rumahnya.

"Abang?" panggilnya.

"Kadarsih," sahutnya.

"Mas, disini panas sekali," ucap seorang wanita. Dia menggelayut manja di lengan mantan suaminya.

"Kenapa kau tidak menyuruhku masuk?" tanya Wiranto.

"Oh, iya, aku lupa. Bagaimana mau masuk, dirumahmu kan tidak ada kursi ataupun tikar. Adapun tikar, tikarnya sudah usang dan bolong," ejek suaminya. Wanita yang menggelayut manja terkekeh geli mendengar ejekan suaminya.

"Apa maksud kedatanganmu kesini?" ketus Kadarsih.

"Mas, Katakan sejujurnya kepada istrimu. Eh, maksudku mantan istrimu," gelaknya. Seolah-olah kata-katanya sebuah lelucon yang sangat lucu. Kadarsih menatap tajam ke arah wanita itu.

"Kamu duduk di sana, Mawar! Biarkan Mas bicara dengan Kadarsih," suruh Wiranto.

"Ayah?" teriak Aminah dan Adrian. Belum Wiranto mengobrol serius dengan Kadarsih, kedua anaknya berteriak memanggil namanya.

"Aminah, Adrian," sahut Wiranto. Kedua bocah itu memeluk ayahnya. Ada rasa tidak suka dihati Mawar.

"Mas, katanya mau ngomong serius dengan mantan kamu!" ucap Mawar.

"Aminah, Adrian. Kalian ke kamar dulu ya! Ayah akan ngomong penting dengan ibu dulu!"

"Kenapa, Yah? Kami kan masih rindu dengan ayah?" ucap Adrian polos.

"Ayah juga rindu dengan kalian. Tapi, biarkan ayah bicara dulu sama ibu. Okey?"

"Baiklah, Yah," jawab mereka serentak. Mereka memang anak-anak yang baik dan penurut. Diusia mereka yang sangat belia, mereka tahu betul bahwa kedua orang tuanya sudah tidak bisa bersama-sama lagi. Aminah anak pertama, usianya belum genap sembilan tahun. Sedangkan Adrian baru berusia lima tahun.

Setelah Aminah dan Adrian masuk ke kamar, Wiranto mengutarakan maksud kedatangannya kepada Kadarsih.

"Begini, Sih. Usahaku di kota sedang kesulitan dana. Dan maksud kedatanganku kesini. Aku ingin bermusyawarah denganmu. Bahwa aku akan menjual rumah yang kau tinggali. Dan hasilnya kita bagi menjadi dua," ucap Wiranto.

Kadarsih menatap tajam manik suaminya. Ada desiran amarah, sakit hati dan jengkel yang tidak bisa dibendung lagi. Maniknya mencari sesuatu. Kebetulan ada sapu lidi disampingnya.

"Dasar Kau pria tidak waras! Datang kesini bukannya meminta maaf, malah Kau ingin bernegosiasi denganku!"

"Bugh .. Bugh .. Bugh!" Darsih memukulkan sapu itu ke tubuh sang mantan suami.

"Auw, sakit, Sih!"

"Berengs*k kalian semua!"

"Bangs*t kalian semua!"

"PERGI DARI SINI BAJINGAN!"

"Bugh .. Bugh ... Bugh!"

"Sakit, Sih!" tubuh Wiranto terusir dari teras rumah Kadarsih. Manik merah itu beralih ke arah wanita kota yang berdiri ketakutan.

"Dan, Kau! Dasar pel*cur. Perebut suami orang, tidak tahu malu!"

"Bugh .. Bugh ... Bugh!"

"Auw, Sakit. Mas, Tolong! Wanita ini sudah gila!" tubuh Mawar terdorong keluar jatuh tersungkur di tanah. Wiranto membantu istrinya berdiri.

"Dia sudah gila, Mas!" lirih Mawar, namun masih bisa didengar oleh Kadarsih.

"Iya, Aku memang gila. Bahkan melihat kalian para bedebah, aku semakin gila!"

"PERGI!" bentak Kadarsih.

"PERGI KALIAN SEMUA DARI SINI!" usirnya.

"Auw, Sakit, Mas!"

"Iya, Sayang. Tubuhku juga sakit," ucap Wiranto kepada istrinya.

to be continued....

Ilustrasi Rumah KADARSIH

Rumah yang sangat kecil, jauh dari layak. Semua dinding kayunya keropos. Dan hanya ada kasur tipis dilantai sebagai alas untuk tidur mereka. Tanpa meja ataupun kursi. Dan tanpa penerangan, karena dia tidak mampu membayar listrik.

Selamat Berhalu......

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

dasar ga tau malu datang2 cuma mau jual rumah yg udh ga layak sebenarnya tapi masih punya nyali sm tu perempuan buat ngejual rumah nya ..

2023-04-18

0

akbr

akbr

emng laki kaga tau diri, masih bagus di geprak pake sapu, klo saya baru keliatan mukanya aja dah saya usir.......

2022-12-10

1

tintakering

tintakering

emang enaakk...?.😁

2022-09-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!