Episode 9 : Malam Mencekam 1

# Kadarsih ( Pelet Pengasihan Lintrik )

Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Entah kenapa Karman tidak bisa memejamkan matanya. Mungkin karena kopi yang diminumnya tadi sore, membuat mata tidak mau terpejam.

Semua pekerja membuat gubug di sekitar tanah yang akan digarap. Gubug sederhana terbuat dari papan bekas, untuk tidur para pekerja bangunan. Itu bertujuan supaya mereka tidak perlu bolak-balik dari kota ke desa.

Semua jumlah para pekerja bangunan berjumlah sepuluh orang. Empat orang sudah terlelap di atas tikar. Dan enam yang lainnya sedang bermain gaplek di depan gubug. Karman yang belum bisa untuk memejamkan matanya, dia memutuskan untuk bergabung dengan mereka.

"Man, Sana bikin kopi!" suruh Jamil, mandor proyek.

"Iya, Man. Bikin kopi untuk enam orang. Buat temen main gaplek!" timpal Udin.

"To, Sana kamu beli gorengan di warung depan!" suruh Jamil kepada Anto.

"Siip, Bos," ucap Anto, setelah menerima uang lima puluh ribu, Anto langsung berangkat untuk membeli gorengan.

"Kamu kenapa? Disuruh malah bengong!" hardik Udin. Membuat semuanya tergelak. Karman adalah pegawai paling muda diantara mereka.

"Saya takut," jawab Karman.

"Takut kenapa?" tanya Udin.

"Kuwi lho Mas Udin. Katanya Karman, tadi siang dia habis lihat setan," terang Taryo. Yang kental dengan bahasa Jawanya.

"Setan? Mana ada setan dijaman serba canggih begini?" sungut Jamil, "Jangan alasan kamu, Man! Cepetan sana bikinkan kopi!" suruh Jamil lagi.

"Yo, temenin yuk!" ajak Karman ke Taryo.

"Okelah. Tapi ngger awakmu gajian aku traktir yo!"

"Iya, iya. Yang penting aku temenin dulu!"

"Ayolah!"

Dengan ditemani Taryo, Karman membuat kopi dibelakang gubug. Disebelah gubug ada pohon dondong yang lumayan rindang. Siapapun yang melihat ke arah atas, dijamin membuat bulu kuduk berdiri. Karman mengalihkan pandangannya ke atas. Tidak ada apapun. Mungkin yang membuat bulu kuduk berdiri karena perasaan ketakutan kita sendiri.

"Udah jadi, Man?" tanya Taryo.

"Sudah. Nih kamu bawa gelasnya, aku bawa termos nya!" suruh Karman.

Sreeeeeek ...

Sreeeeeek ...

Krieeeeet ...

Pintu kamar mandi terus berderit, seolah-olah ada yang memainkannya.

"Suara apa itu?" Karman memutar tubuhnya ke belakang. Dia melihat bayangan dua bocah berwajah pucat berlarian. Kemudian melayang sambil tertawa, kilatan matanya memerah. Lama Karman memandangi dua bocah itu wajahnya berubah menjadi hitam, hangus terbakar. Tubuh Karman bergetar hebat. Namun kakinya tidak bisa ia gerakkan. Nafasnya tercekat saat akan memanggil si Taryo.

"Se-se-setan!" Karman terjatuh tidak sadarkan diri.

Satu Jam Kemudian

"Man, bangun!" Jamil menepuk-nepuk pipi Karman. Karman mengerjapkan matanya.

"Setan? Ada setan, Bang!" ucapnya ketakutan.

"Setan apa sih?"

"Aku baru saja melihat setan anak kecil. Matanya memerah. Mukanya pucat terus berubah menghitam, seperti habis terbakar," ucapnya terbata. Semua yang mendengar cerita Karman, tertawa terbahak-bahak.

"Karman, Karman! Dari pertama kamu kesini, kamu ceritanya cuma setan. Cuma kamu yang melihat setan. Kamu itu hanya berhalusinasi saja, Man!" tutur Jamil.

"Nggak, Bang. Aku jelas sekali melihat mereka. Aku yakin, mereka adalah korban kebakaran yang sering dibicarakan oleh warga disini, Bang. Percaya sama aku!"

"Kabangan," celetuk Taryo. Semua mata menoleh ke arah Taryo.

"Di daerah ku. Seseorang yang mati mengenaskan di sebut dengan mati kabangan. Atau disebut juga mati tidak wajar. Dan biasanya arwahnya nggak akan tenang," jelas Taryo, "Tapi, itu ya tergantung daerahnya. Artinya iso bedo-bedo,"

"Ah, Aku nggak percaya yang kayak gituan. Teknologi sudah canggih, mana ada cerita seperti itu. Mereka itu mati, ya, karena kecelakaan. Orangtuanya yang nggak hati-hati. Ibunya itu yang lalai menjaga anak. Anak yang jadi korban!" ujar Jamil tidak percaya.

"Iya, itu sih kembali ke pribadi masing-masing, mau percaya ya monggoh! Nggak percaya ya nggak apa-apa!" ucap Taryo.

"Sudah malam, cepat tidur! Besok kita harus bangun pagi. Banyak pekerjaan menanti kita!" suruh Jamil.

Kriiiiiik ... kriiiik ... kriiik

Hiks ... Hiks ... Hiks

Hiks ... Hiks ... Hiks

"Seperti ada anak menangis," batin Pak Kumis, penjual bakso keliling.

"Sakit, sakit, sakit," seorang anak perempuan duduk sendiri menundukkan kepalanya.

"Kamu kenapa, Dek? Malam-malam begini kenapa ada di luar?" tanya Pak kumis kepada gadis kecil itu. Gadis kecil itu hanya terdiam.

"Dimana ibumu? Kenapa kau sendirian di malam hari?" tanyanya lagi.

"Sakit," jawabnya.

"Apanya yang sakit?" tanya penjual bakso keliling.

"Ini," ucap gadis kecil itu menunjukkan tangannya yang terluka menganga, berdarah, bernanah dan berbelatung. Sontak Pak kumis terkejut. Dia menoleh ke arah wajah si gadis kecil. Mukanya sudah tak berbentuk lagi. Gadis kecil itu tertawa cekikikan, sangat mengerikan. Pak kumis yang ketakutan, dia berlari kencang sambil mendorong gerobaknya.

"Se-se-setan," teriaknya. Dia berlari kencang, bahkan sangat kencang. Dia mendorong gerobaknya sampai di warung Mak Onah. Kebetulan warung Mak Onah ramai, banyak orang nongkrong sambil menikmati secangkir kopi. Pak kumis menarik nafasnya lega. Karena dia sudah jauh dari tempat menyeramkan tadi.

"Ada apa, Pak Kumis?" tanya salah satu warga.

"Saya baru saja bertemu setan," ucapnya sambil menarik nafasnya dalam-dalam.

"Apa? Setan?" sontak mereka tertawa terbahak-bahak.

"Pak kumis, Pak kumis! Pak kumis sedang bermimpi?" gelak warga tersebut, "Mana ada setan? Dari dulu saya nongkrong disini, nggak pernah tuh bertemu dengan setan!" gelaknya lagi.

"Sungguh, saya bertemu dengan setan anak kecil. Wajahnya sudah tidak berbentuk lagi. Tubuhnya banyak luka. Berdarah, bernanah, berbelatung dan baunya sangat busuk," terang Pak kumis bergidik jijik.

"Anak kecil?"

"Iya anak kecil. Ih, serem banget," ucap Pak kumis.

"Nih, Pak. Minum air putih dulu biar tenang," ucap Mak Onah menyodorkan segelas air putih untuk Pak Kumis.

"Terimakasih banyak, Mak,"

"Apa itu arwah anak Kadarsih?" tanya boncel. Memang tubuhnya boncel, makanya dia dipanggil boncel.

"Hush, jangan bicara sembarangan kamu!" tandas Mak Onah, "Orang yang sudah meninggal, pamali kalau disebut-sebut namanya!"

"Bukan gitu, Mak. Boncel denger sendiri dari pekerja bangunan. Saat mereka akan menggarap rumah itu, ada hal ganjil yang terjadi," jelasnya.

"Hal ganjil apa, Cel?" tanya Bagus, penasaran dengan ceritanya. Semua orang yang sedang menikmati kopi, dengan antusias mendengarkan cerita boncel.

"Aku dengar sendiri dari pekerja di sana. Kalau semua bekas reruntuhan yang mereka singkirkan, dan dibuang di kebun belakang, keesokkan paginya kembali seperti semula. Aneh kan?" mereka yang mendengar cuma manggut-manggut saja,"Dan yang paling aneh, sering terdengar suara rintihan, tangisan kemudian cekikikan anak sedang bermain. Jika didekati akan menghilang secara tiba-tiba. Lalu, bersuara kembali,"

"Masa sih, Cel?" Mak Onah tidak percaya.

"Beneran, Mak," sahutnya, "Pekerja yang bernama Karman juga sering diganggu,"

"Diganggu gimana?"

"Mereka menampakkan diri. Dengan rupa yang menyeramkan, baunya seperti daging yang dipanggang. Ih, pokoknya serem banget deh," imbuhnya lagi.

"Ih, serem juga ya!"

to be continued ....

Terpopuler

Comments

Itoh

Itoh

ini baru novelll👍yg baca jga bahagia nggk tentang cinta²an mulu lebayyyyy

2023-08-10

0

ayularasati91

ayularasati91

baru nemu novel ini, seru banget😁 udah aku kasih kopi buat author nya biar makin semangat nulis💕

2022-08-14

2

Cahyaning Fitri

Cahyaning Fitri

Maklum Authornya ngetik sambil ngantuk.....😁😁😁😁😁

2022-08-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!