Tak Cinta Tapi Menikah
Rania Putri Ramadhani
Hari yang melelahkan, entah kenapa hari ini terasa sangat melelahkan bagi Rania. Tubuh nya seperti kehilangan tenaga, lemas, cepat lelah dan tidak fokus dalam menyelesaikan pekerjaannya. Padahal tadi pagi saat berangkat kerja masih biasa saja seperti hari-hari sebelumnya.
Rania selalu menyempatkan untuk sarapan pagi buatan ibu nya sebelum berangkat kerja. Karena Ibu selalu mewajibkan Rania dan Bapak untuk selalu sarapan pagi sebelum beraktivitas, itu sudah menjadi rutinitas setiap pagi dalam keluarganya. Ibu selalu bangun pagi sebelum subuh, menyiapkan masakan untuk sarapan dengan menu sederhana dan harus dimakan oleh Rania dan Bapak. Kalau tidak, Ibu pasti akan melakoni drama tangisannya dengan segala keluh kesahnya pada Bapak, dan akan berakhir dengan kekalahan dari bapak dan Rania yang akan menghabiskan sarapan yang sudah tersedia.
'Hhh... kenapa lemes gini, apa PMS yaa... ' batin Rania sambil mengingat menstruasi terakhir bulan lalu. Rania meraih kalender di atas meja kerja nya, alis nya berkerut serius memandangi kalender ditangannya.
'Yah memang sudah waktunya...', bahkan sudah telat 3 hari. Siklus menstruasi Rania memang cenderung memanjang hampir lebih dari satu minggu lamanya.
"Heh, melamun aja. Kenapa liatin kalender kayak gitu?", tepukan Siska teman kerja Rania berhasil membuat nya terkejut.
Rania memegang dada nya yang hampir meledak karena ulah temannya itu.
"Astaghfirullah, bikin kaget aja kamu Sis", ujar Rania sambil mengelus dada nya pelan.
Siska terkekeh melihat temannya yang ternyata benar-benar kaget karena ulahnya.
"Makan yuk, dah waktunya istirahat nih, kamu juga kayaknya pucet gitu mukanya, kenapa? Lagi ngga enak badan? ", tanya Siska melihat wajah Rania yang kelihatan pucat.
"Ngga tau nih, tadi pagi ngga papa, sekarang kok rasanya lemes banget, kaya ngga ada tenaganya sama sekali, mungkin PMS kali ya?", Rania meletakkan kepalanya di atas meja berbantal kedua tangannya, tubuhnya benar-benar terasa tak bertenaga saat ini.
"Makanya ayo makan siang dulu, biar ngga lemes. Pucet banget muka mu", bujuk Siska pada Rania.
"Kamu duluan aja ya, aku mau sholat dulu, nanti aku susul ke kantin. ", sahut Rania dengan suara tak bersemangat.
Entah kenapa selera makannya pun hilang begitu saja. Biasanya dia paling semangat kalau diajak makan siang bersama Siska dikantin kantor. Ada saja cerita Siska tentang masalah dan gosip terbaru di kantornya. Rania selalu suka dengan celotehan Siska yang sangat ramai dan segala kelucuannya saat bercerita.
"Ya udah, tapi beneran lho ya nanti nyusul. "
"Iya iya mbak Siska, nanti aku nyusul. ", sahut Rania dengan malas.
"Oke, aku duluan ke kantin ya, bye Rara... ", Siska berjalan centil meninggalkan Rania yang masih terduduk lemas dimeja kerja nya, menutup matanya sejenak sebelum beranjak ke mushola kantor yang masih satu lantai dengan tempat kerjanya.
Rania berjalan pelan ke kamar mandi kantor didekat mushola, kemudian masuk kedalam mushola untuk menunaikan sholat Dhuhur yang terlambat hampir seperempat jam setelah adzan tadi. Mushola masih tampak sepi, karena sebagian besar karyawan lebih memilih untuk makan siang dulu dikantin.
Rania duduk bersandar ditembok setelah menyelesaikan sholat nya, matanya terpejam berusaha mengumpulkan tenaga yang tersisa. 'Astaghfirullahalazim... ' Rania merasakan tubuhnya semakin bertambah lemas, lalu bergegas merapikan mukena nya dan berjalan menuju meja kerjanya untuk menyimpan mukena yang selalu dibawanya dari rumah. Kemudian berjalan menyusuri lorong kantor yang sudah sepi menuju kantin kantor yang berada di lantai 4.
Sudah hampir tiga tahun Rania bekerja di perusahaan ini, perusahaan yang lumayan bergengsi di kota Jogja. Tempat kerja pertamanya setelah lulus kuliah. Termasuk sangat beruntung karena masih terbilang minim pengalaman kerja dan baru lulus dari kuliahnya, tapi sudah bisa lolos seleksi masuk kerja diperusahaan ini mengalahkan lebih dari sekitar seribu pelamar pekerjaan saat itu. Ya, memang prestasi saat kuliah juga sangat mendukung, prestasi Rania memang menonjol saat kuliah, nilai IPK nya hampir semua diatas rata-rata, bahkan pada saat kelulusan dia berhasil mendapatkan predikat cumlaude.
Suasana kantin masih ramai dipenuhi karyawan dari berbagai divisi yang masih menikmati makan siang mereka sambil melepas penat setelah setengah hari berkutat dengan berbagai tugas yang harus dikerjakan. Salah satu tempat favorit sepertinya, karena disinilah mereka bisa ngobrol, bercanda dan tertawa tanpa takut ada teguran dari atasan.
"Rania, sini!!" teriak Siska sambil melambaikan tangannya saat melihat Rania yang baru saja masuk area kantin.
Rania menoleh kearah suara yang begitu keras memanggilnya, lalu berjalan pelan menuju meja yang sudah ditempati oleh Siska.
"Ihhh... lemes banget kayaknya kamu. Nih, udah aku ambilin makanannya. Ayo dimakan biar ngga lemes. Mukamu udah keliatan pucet banget tuh..", bujuk Siska sambil menyodorkan catering box kehadapan Rania yang sudah duduk tepat didepannya.
Rania memandangi box makanan didepannya dengan tidak berselera. Catering box berisi nasi putih, daging sapi lada hitam, sayur capcay dan dilengkapi kerupuk udang kesukaan Rania.
"Hei, jangan cuma diliatin gitu dong Ra, Ayo dimakan..", bujuk Siska lagi yang sudah tidak sabar melihat Rania masih diam hanya menatap makanan didepannya.
"Aku ngga kepengen makan Sis..", sahut Rania tak bersemangat sambil mendorong catering box didepannya ketengah meja.
"Ishh, kamu ini... harus dipaksain makan dong, kalo ngga makan malah nanti jadi sakit. Mukamu udah keliatan pucet banget tuh Ra...", Siska masih terus berusaha membujuk temannya untuk makan, kemudian kembali mendorong box makanan kedepan Rania lagi.
Dengan malas, Rania membuka box makanannya, 'Sayang juga kalau tidak dimakan, nanti malah mubazir', batin Rania yang merasa berdosa kalau tidak makan makanannya. Saat penutup box makanannya terbuka, tercium aroma bawang yang sangat kuat, Rania spontan langsung menutup hidungnya dengan kedua tangannya.
"Kenapa?", tanya Siska penasaran melihat Rania menutup hidungnya.
"Kok bau bawang banget yah..", jawab Rania dengan suara sengau karena hidungnya tertutup oleh jari tangannya.
"Masakan dimana-mana juga baunya gitu kali, Ra.", sanggah Siska cepat.
"Tapi yang ini bau banget. " tunjuk Rania pada sayur capcay didalam box makanannya.
"Ishh kamu, aneh-aneh aja deh..."
"Beneran, Sis, ini tuh beda dari biasanya, yang ini bau banget, nggak kaya biasanya...", Rania menggelengkan kepalanya seperti benar-benar tidak tahan dengan bau sayur capcay didepannya.
Siska menyendok sayur capcay di box makanannya sendiri, kemudian mendekatkan ke hidung nya dan mengendus sayur capcay didepannya. "Enggak ahh... baunya biasa aja kayak sayur capcay. Udah dimakan aja, keburu habis nanti jam istirahat nya.", bujuk Siska lagi.
Rania menghela nafas pelan, kemudian mencoba memaksakan diri untuk memakan makan siang nya sambil terus menutup hidungnya, begitu memasukan sesendok nasi yang sudah diberi lauk daging sapi lada hitam, tanpa menyendok sayur capcay ke dalam mulutnya, rasa mual tiba-tiba saja menyentak dari dalam perutnya. Rania buru-buru menutup mulutnya dengan kedua tangannya, mencoba menahan makanan yang sudah ada di mulutnya supaya tidak tersembur keluar. Keringat dingin mulai mengalir, dan rasa mual dari dalam perutnya semakin menjadi, Rania segera berlalu dari meja kantin, berjalan tergesa-gesa menuju ke toilet kantin yang terdekat.
"Eehhh, Rania kamu kenapa??", tanya Siska kaget melihat wajah Rania yang bertambah pucat, kemudian bergegas berjalan mengikuti Rania menuju ke toilet yang ada di dekat kantin kantor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
mampir thor
2022-08-08
0