Hari ini Arsha memaksa Celine untuk pergi ke dokter spesialis kandungan untuk memeriksa kehamilan nya. Awalnya Celine menolak, tapi Arsha terus membujuknya sampai akhirnya Celine mau menuruti permintaan Arsha.
Celine meremas tangannya yang mulai terasa dingin, merasakan jantungnya berdebar semakin cepat. Arsha yang duduk disampingnya sadar akan kegelisahan yang dirasakan Celine.
"Tenang sayang, bayi kita pasti sehat dan kuat.", ucap Arsha sambil mengusap punggung Celine agar Celine bisa lebih tenang. Celine hanya tersenyum menatap Arsha yang terlihat begitu bersemangat hari ini.
"Ibu Celine Arumi silahkan masuk.", seorang perawat perempuan memanggil namanya, kini tiba waktunya Celine untuk masuk ke ruang pemeriksaan.
Tiba-tiba Celine menahan tangan Arsha, berusaha menghentikan langkah kekasihnya itu.
"Sayang, apa disini beneran aman ngga ada wartawan?".
Arsha tersenyum mendengar ketakutan Celine. "Tenang aja, ini rumah sakit yang sangat bagus, dan sangat menjaga privacy setiap pasien nya dengan baik. Data dan namamu aman disini, aku janji.", ucap Arsha sambil mengacungkan dua jarinya didepan wajah Celine yang terlihat gelisah.
"Selamat datang ibu Celine, saya dokter Rani, silahkan duduk. ", seorang dokter perempuan yang sedang duduk di kursi nya menyambut Celine dan Arsha yang baru masuk ke dalam ruang pemeriksaan.
"Siang dok.", sahut Arsha dengan singkat.
"Ada yang bisa saya bantu?", tanya dokter Rani pada Arsha dan Celine yang sudah duduk didepan nya.
"Emmm.. ini dok, mau periksa kehamilan dok.", jawab Arsha dengan ragu-ragu, malu dengan statusnya yang masih belum menikah dengan Celine.
Celine masih tetap terdiam menutup mulutnya rapat, keringat dingin nya sudah mulai mengalir ditubuhnya.
"Baik, mari kita periksa dulu ya. Apa sebelumnya sudah pernah periksa kehamilan dengan testpack?",
"Sudah, dok.", Arsha yang menjawab pertanyaan dokter Rani lagi setelah melirik Celine yang masih terdiam disamping nya.
"Oke, saya akan lakukan USG untuk memastikan nya. Silahkan ibu tiduran disana ya.".
Celine beranjak naik ketempat tidur yang tadi ditunjuk oleh dokter Rani, perawat perempuan yang mendampingi dokter Rani langsung membantu Celine untuk tidur di tempat tidur disamping alat USG. Dokter Rani segera melakukan pemeriksaan USG pada perut Celine yang masih terlihat rata.
"Silahkan Bapak dan Ibu bisa melihat dari layar didepan.", tunjuk dokter Rani pada laya monitor tepat diatas kaki Celine.
Arsha menatap layar monitor besar didepan nya.
"Nah ini dia baby nya. Ini kepala dan badan nya, kaki dan tangan nya juga sudah mulai tumbuh, umur kehamilan nya sekitar sepuluh minggu, kondisinya sangat sehat. Sekarang coba kita dengarkan denyut jantung baby nya."
'Dugdug dugdug dugdug.....'
Arsha terkejut mendengarnya, matanya terpaku menatap layar yang memperlihatkan gambar yang kurang jelas bagi Arsha, tapi masih bisa terlihat ada gerakan kecil yang samar dari jantung anaknya. Ada perasaan haru yang membuncah dalam hatinya, dia begitu bahagia melihat kondisi anaknya didalam perut Celine.
Sementara Celine malah memejamkan mata nya erat, tak mau menatap layar monitor di depannya. Celine ingin menangis saat itu juga, bukan karena bahagia, tetapi karena ketakutannya yang semakin besar.
*
Sejak pemeriksaan kehamilan waktu itu sikap Arsha menjadi lebih protektif pada Celine. Hampir setiap saat Arsha menghubungi Celine lewat telpon hanya sekedar untuk mengingatkan sudah makan atau sudah minum vitamin kehamilan nya apa belum.
Celine semakin tidak tenang memikirkan hari yang terus berganti, dan pastinya semakin hari perutnya juga pasti akan bertambah membesar.
Dan sekarang usia kehamilan nya sudah memasuki minggu ke 13. Arsha minggu lalu kembali membujuk Celine untuk mau menikah dengan nya sesegera mungkin, tapi Celine masih menolak dengan alasan schedule nya masih padat, dan belum ada waktu untuk memberi kabar pada orang tuanya di Inggris. Sementara Arsha juga belum berani memberi tau orang tuanya karena Celine masih terlihat ragu-ragu untuk menikah dengan nya.
"Nyah, kamu tambah gendutan kayaknya yah. Baju nya jadi press banget gitu, padahal bulan kemarin masih cukup tuh baju.", Bobby memutar-mutar tubuh Celine, mengamati bentuk tubuh Celine yang kelihatan berisi dibagian dada dan perutnya.
"Beb, jangan keras-keras dong ihh... ", bisik Celine sambil mendekatkan jari telunjuk nya ke bibirnya.
"Ganti baju yang lain aja dech, yang longgaran dikit, hari ini gerah banget.", ucap Celine mencoba beralasan.
"Ish... itu aja udah ukuran lebih besar dari yang biasanya. Eemmm.. pake yang rok lebar aja kali ya.".
"Iya, pake itu aja. Buruan ambilin."
Bobby kembali membuka koper baju milik Celine, mencari baju yang bisa dipakai Celine saat ini.
Saat ini Celine sedang menghadiri acara talkshow di salah satu stasiun TV swasta di Indonesia.
Dia diundang sebagai bintang tamu yang akan di wawancarai tentang kehidupan keartisan nya, dan akan disiarkan secara live.
Acara berjalan lancar hingga sampai pada sesi terakhir pertanyaan dari pembawa acara tiba.
"Sekarang tiba pertanyaan yang terakhir, Celine Arumi, apa yang akan kamu pilih, karier atau keluarga?", tanya presenter perempuan yang sedang mewancarai dirinya.
Seketika Celine terdiam, bibirnya masih bisa tersenyum untuk bisa menutupi kepanikan nya.
Celine meremas tangannya yang terasa mulai dingin, supaya dirinya tetap fokus saat ini.
"Karier", jawab Celine singkat dengan suara sedikit bergetar.
*
Sepanjang perjalanan pulang dari statiun TV Celine masih terdiam, kini dia sudah memantapkan diri untuk memilih karier sebagai tujuan utama nya saat ini.
Celine menghembuskannya dengan nafas kasar, mengusir segala kegelisahan nya yang selama ini dia rasakan. Kini dia sudah memutuskan, dan apapun resikonya dia akan menerimanya, termasuk kemarahan Arsha nanti padanya.
Sejak tiga minggu yang lalu Celine sudah mencari informasi dan tempat yang bisa mengatasi masalah kehamilannya, tentu saja tanpa sepengetahuan Bobby dan Arsha. Dan kini dia sudah mendapatkan apa yang dia cari.
Malam ini Celine pulang ke apartement dan Arsha tentu saja menyambutnya dengan sangat bahagia.
"Sayang, bagaimana anak kita?", itulah pertanyaan pertama yang Arsha ucapkan begitu Celine sampai dirumah.
'Semuanya selalu tentang anak', batin Celine semakin kesal.
"Kamu ngga tanya kabarku?", Celine merengut sebal mendengar Arsha sekarang lebih perhatian pada janin dalam perutnya daripada terhadapnya.
"Ya tentu saja kamu juga dong sayang, anak kita kan masih di perut mu.", Arsha tersenyum melihat tingkah Celine yang seolah cemburu dengan anaknya sendiri.
"I miss you... " , Arsha memeluk Celine kemudian mencium keningnya.
"Udah ah, aku mau mandi dulu. ", sungut Celine sambil berlalu menuju kamar mandi.
Didalam kamar mandi Celine merasakan kram pada perutnya, perutnya terasa sakit seperti di pelintir dengan sangat keras.
"Arsha.. !!", teriak Celine keras.
Arsha berlari setelah mendengar teriakan Celine dari kamar mandi.
"Celine, ada apa?", tanya Arsha panik mendengar suara teriakan Celine.
Arsha terdiam setelah membuka pintu kamar mandi, terlihat banyak darah yang sudah tercecer dilantai dan terlihat masih terus mengalir di kedua kaki Celine.
"Arsha, perutku sakit... ", Arsha menatap wajah Celine yang terlihat pucat dan kesakitan. Arsha tersadar lalu segera mengangkat tubuh Celine dan segera membawa nya ke rumah sakit.
*
Arsha masih terdiam tak percaya, barusan dokter Rani memberitahu kalau bayi dalam kandungan Celine sudah tidak bisa di selamatkan, karena Celine mengalami kontraksi yang hebat pada kandungan nya, dan harus segera dilakukan tindakan curet untuk membersihkan sisa perdarahan yang tertinggal dikandungan Celine.
Arsha memejamkan matanya dengan erat, hari ini tepat ditanggal 21 Juni 2016, Arsha kehilangan calon anaknya, darah daging yang begitu dia nantikan kehadirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments