Suasana rumah kecil nan sederhana namun penuh kehangatan dari penghuninya yang selalu mengumandangkan lantunan ayat suci Al-Quran dari speaker box khusus murottal.
Rania terlihat sedang menemani Andra yang sedang sibuk mewarnai gambar sebuah tank perang yang besar di buku gambarnya. Rania memicingkan pandangannya pada gambar Andra,
"Ini apa sayang? kok warnanya hitam semua?", tanya Rania menunjuk gambar tank yang sekarang berubah menjadi hitam pekat.
"Ini tank nya kena bom Bunda, makanya jadi terbakar... ".
"Waahhh kalau gitu tank perangnya kalah dong... ", ucap Rania sambil mengusap rambut anaknya dengan pelan.
"Enggak Bunda, nanti anaknya tank ini gantian menyerang musuh. Anaknya punya senjata yang banyaaak sekali... ", ucap Andra sangat bersemangat. Rania tersenyum mendengar celotehan polos dari bibir mungil Andra.
"Tapi tangan Andra cape Bunda...".
"Sini Bunda pijit tangannya", ucap Rania melihat Andra yang sudah mulai mengantuk. Rania menyingkirkan buku gambar dari atas tempat tidurnya. Kemudian duduk menghadap ke anaknya yang sekarang sudah berbaring telentangdi depannya.
"Bunda, kata Farel ada dinosaurus besar, terus lehernya panjang di mall.", ucap Andra polos dengan suara serak karena sudah mengantuk.
"Andra juga mau lihat dinosaurus di mall?", tanya Rania sambil memijat tangan dan kaki Andra dengan pelan.
"Mau Bunda, Andra kepingin liat dinosaurus besar kayak Farel", Andra menatap Rania penuh harap.
"Bagaimana kalo kita liat dinosaurus nya hari sabtu besok?".
"Mau Bunda, Andra mau... ", Andra langsung bangun dan menggoyang lengan Bunda nya.
"Iya sayang, besok kita ajak bude Inah juga ya.".
"Horeee... Andra mau liat dinosaurus... !", seru Andra sambil melompat-lompat girang diatas tempat tidur. Rania tersenyum melihat tingkah Andra yang kegirangan karena bahagia.
Malam semakin larut, Andra sudah tertidur disamping Rania yang masih berkutat dengan laporan yang akan dibawanya ke Bandung besok pagi.
"Alhamdulillah... ", Rania meregangkan kedua otot tangannya ke depan, laporan nya sudah selesai dan disimpan di flashdisk miliknya.
Rania memandang wajah Andra yang sedang tertidur damai disampingnya. Kemudian ikut merebahkan diri, mensejajarkan kepalanya dengan anaknya. Tangannya mengusap pelan kepala Andra, takut mengusik kedamaian anaknya.
"Ayaaahh... ", Rania terkejut mendengar nya. Andra sedang mengigau memanggil ayahnya. Tubuh Rania beringsut memeluk Andra dengan lembut.
"Sayang, ada Bunda disini.... ", Rania memejamkan matanya, buliran air mata menetes dari mata nya yang terpejam. Kerinduan seorang anak yang sama sekali belum pernah bertemu dengan ayahnya, dan hanya mengenal sosok ayah dari cerita Bunda nya dan juga foto yang selalu diletakkan Rania diatas nakas kecil disamping tempat tidurnya.
*
Keesokan harinya Rania, Arsha dan Dani sudah berada di Bandung untuk berkunjung ke kantor cabang. Karena waktu sampai di Bandung pas dengan jam makan siang, Arsha memutuskan untuk mampir dulu ke restoran untuk makan siang. Arsha sedang duduk menyendiri di meja restoran yang dekat dengan jendela, sementara Dani dan Rania asik menikmati makan siangnya di restoran steak yang terkenal sangat enak di kota Bandung.
"Mas Dani, pak Arsha kenapa nggak ikut makan siang?", tanya Rania penasaran karena dari tadi belum melihat Bos nya makan sesuatu.
Dani menoleh kearah Bos nya yang sedang menyeruput kopi cappucino kesukaannya.
"Pak Bos kalau siang jarang makan. Biasanya cuma minum kopi seperti itu.".
"Oo...", Bibir Rania membulat berbentuk 'O' tanda mengerti.
"Terus Pak Arsha kenapa nggak suka kopi hitam?", tanya Rania lagi, masih penasaran dengan kejadian kemarin saat dirinya membawa secangkir kopi hitam untuk Bos nya. Saat itu dia melihat Dani berlari keluar dari kantor Arsha sambil membawa cangkir kopi hitam ditangannya yang sudah tumpah sebagian kopinya.
"Ada kenangan pahit yang sepahit kopi hitam. Pak Bos masih trauma dengan kopi hitam, makanya sampai sekarang dia nggak mau minum kopi hitam.", jawab Dani semakin membuat Rania penasaran.
"Terus kenapa mas Dani kemarin menyuruh ku bikinin kopi hitam buat pak Arsha? Mas Dani sengaja mau mengerjai aku yah... ".
"Heheee... maaf Rania, sebenarnya aku penginnya ngerjain pak Bos, dan siapa tau dia sudah mau minum kopi hitam lagi seperti dulu.", Dani menyeringai merasa bersalah pada Rania.
"Astaghfirullah... Mas Dani... Lain kali jangan gitu lagi dong, yang namanya orang trauma itu butuh proses untuk pemulihan nya. Bukan dengan cara memaksa atau merayunya, tapi harus dengan cara yang pelan dan halus supaya bisa menghilangkan trauma nya.".
Dani tersenyum menatap Rania, hatinya benar-benar terasa hangat saat bicara dengan orang seperti Rania yang lembut dan sangat bijaksana. Benar-benar wanita idaman nya selama ini. "Kenapa aku terlambat mengenal orang seperti kamu, Rania.".
"Terlambat apanya, mas?".
"Terlambat bertemu dengan mu.", jawab Dani asal yang berhasil membuat Rania merasa canggung karena Dani masih terus menatap nya.
"Mas Dani, aku mau ke toilet dulu ya, sekalian mau sholat Dhuhur.", Rania beranjak dari kursi nya, berusaha menghindar dari tatapan Dani padanya.
"Iya, tolong do'akan aku, biar aku cepat dapat jodoh yang seperti kamu.", ucap Dani masih saja meledek Rania yang sudah salah tingkah.
"Kenapa mas Dani nggak doa sendiri saja? Sholat dan berdoa yang khusyuk, biar nanti dikasih jodoh sama Allah sesuai seperti yang mas Dani impikan selama ini.," nasehat Rania dengan suara yang lembut.
'Deg!' Dani langsung terdiam, kemudian tersenyum kikuk dan malu pada Rania. Dani memang sudah lama meninggalkan sholat nya, kesibukan selalu menjadi alasannya untuk tidak sholat. Dia merasa malu sendiri pada Rania yang bisa meluangkan waktu untuk beribadah tanpa mengganggu pekerjaannya.
"Hehe... iya Rania, nanti aku sholat.", ucap Dani sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Alhamdulillah... Aku ijin sholat dulu ya mas.", Rania segera berlalu dari meja makan nya, meninggalkan Dani yang tiba-tiba merasa gelisah dengan perkataan Rania barusan. Dia memang butuh orang seperti Rania untuk selalu mengingatkan nya tentang kewajibannya sebagai umat muslim.
"Dimana Rania?", tanya Arsha yang tiba-tiba sudah ada didepannya.
"Lagi sholat.", jawab Dani singkat, matanya masih kosong menatap gelas yang sedang dipegangnya.
"Kenapa kamu? Bengong gitu kayak patung?!", Arsha ikut duduk dikursi yang tadi diduduki Rania dan menatap Dani dengan heran.
"Bos, aku ijin sholat dulu ya... mulai sekarang tolong beri aku waktu sebentar saja untuk sholat.", Dani langsung berlalu meninggalkan Arsha. Arsha terdiam mendengar ucapan Dani, 'Sholat?..' Kini tinggal Arsha yang termenung dengan perasaan yang tak menentu.
Arsha memegang dadanya yang terasa diketuk palu besar dari dalam. Arsha menggigit ujung jarinya, matanya menatap gelas yang tadi dipegang Dani. 'Ya Tuhan... ' batinnya lirih, sudah berapa lama dia tidak sholat? Arsha memejamkan matanya dengan erat, merasakan kegelisahan yang tiba-tiba datang menghampiri nya.
*
Rania mengangkat tangan kanannya dan melirik jam tangan yang melingkar ditangannya. Ternyata sudah hampir jam tiga sore. Rania mendesah pelan, menatap beberapa orang yang masih alot mendiskusikan proyek baru dikantor cabang PT Wiguna di Bandung.
"Rania, kalau kamu cape, kamu bisa istirahat dulu di ruang sebelah. Disana ada sofa, lumayan buat rebahan sebentar.", Dani berbisik pelan saat melihat Rania yang tampak kelelahan.
"Nggak papa mas Dani, aku juga belum selesai menulis laporan nya.", jawab Rania kembali mengetik laporan di laptop yang ada dimeja depannya.
"Udah, biar nanti aku yang terusin bikin laporan nya.".
"Beneran nggak papa, Mas.", bisik Rania pada Dani yang akan merebut laptop didepannya.
Arsha menatap Rania dan Dani yang saling berbisik dari kursi seberang. Matanya melirik tajam, seolah sedang menangkap basah dua orang didepannya.
'Kenapa mereka cepat sekali akrab?, sebelum nya Dani tidak pernah seakrab ini dengan sekretarisnya.', batin Arsha penasaran melihat Dani yang sepertinya sangat perhatian dengan Rania. Arsha mengalihkan pandangannya ke layar monitor besar yang ada diruang rapat, berusaha mengacuhkan Dani dan Rania yang masih kasak-kusuk didepannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments