Rania melangkah memasuki teras rumah setelah turun dari taksi online yang tadi mengantarkannya pulang dari kantor.
"Assalamu'alaikum... ", ucapnya sesaat sebelum masuk kedalam rumah.
"Waalaikumsalam... Bundaaa... !!", sahut suara cempreng yang sangat keras dari dalam rumah, dan diikuti suara derap langkah kaki kecil yang berlarian mendekati pintu depan rumah. Rania membuka dengan pelan pintu yang tidak terkunci itu.
"Bundaaa... !", Andra berteriak keras menyambut Rania yang baru saja membuka pintu
"Andra anak Bunda...!", Rania langsung memeluk Andra yang berlarian kearahnya, mencium aroma tubuh Andra yang seolah bisa mengusir rasa lelahnya.
"Bunda kok lama kerjanya sih?", protes Andra pada Rania. Bibir merahnya mengerucut lucu dan pipinya menggembung seperti sedang ngambek pada Rania. Rania tersenyum gemas dan juga haru pada anaknya sendiri. Hari ini adalah hari pertama dia meninggalkan Andra untuk waktu yang cukup lama. Karena sebelumnya dia selalu berada disamping Andra dan selalu menemani Andra dimanapun berada.
"Maafkan Bunda ya sayang... Bunda kan kemarin sudah bilang sama Andra, kalau mulai hari ini Bunda bekerja di gedung yang tinggi sekali.", terang Rania berharap Andra bisa mengerti.
Andra merengut manja sambil tangannya sibuk memainkan kerudung Bundanya, "Kenapa Bunda harus kerja? Temen Andra tadi banyak yang ditemenin Bundanya disekolah. Katanya yang kerja itu papa nya, bukan Bunda nya. ".
Rania tersenyum mendengar keluh kesah Andra yang sedang melayangkan protes padanya.
"Karena Bunda ingin beliin lego yang bagus buat Andra. Andra katanya kemarin kepengin lego dinosaurus yang besar kan, nah... Bunda sekarang lagu ngumpulin uangnya buat beli lego dino.".
" Andra nggak jadi kepengen lego dino Bunda, biar Bunda nggak usah kerja lagi. Biar Bunda bisa temenin Andra sekolah. ".
" Sayang, Bunda bekerja itu kan buat ibadah juga, mencari rezeki yang halal buat makan Bunda dan Andra, dan yang terpenting buat sekolah Andra supaya Andra jadi anak yang pintar. Sekarang tugas Andra berdoa dan meminta sama Alloh, supaya rezeki kita lancar dan barokah. ".
Andra manggut-manggut seolah mengerti perkataan Rania. "Tapi Bunda nggak boleh kecapean kerjanya, nanti Bunda sakit. Kalo Bunda sakit,nanti Andra jadi sedih.", Rania tersenyum bahagia mendengar nasehat Andra.
"Iya sayang... InsyaAllah Bunda dan sehat, aamiin. Eehhh tadi gimana sekolahnya? Andra sudah dapat teman baru apa belum?", tanya Rania mencoba mengalihkan perhatian Andra.
"Sudah Bunda... Teman Andra sudah buanyaaak banget, tadi Andra main kejar-kejaran sama Rasya, Kiano, sama Farel juga bund", sahut Andra dengan penuh semangat.
"Sudah pulang Ra?", sapa ibu yang baru saja keluar dari kamar tidur.
"Iya Bu", Rania langsung menyambut tangan Ibu yang sudah berdiri didepannya dan mencium punggung tangannya.
"Andra, ayo main dulu sama Yang Uti. Bunda kan baru pulang kerja, badannya masih kotor. Bunda mau mandi sama ganti baju dulu, iya kan Bunda?", Ibu meraih tangan Andra dan menggandeng nya dengan pelan.
"Andra main dulu sama Yang Uti yaa... ", ucap Rania sambil mengusap kepala Andra.
"Iya Bunda.. Ayo Yang Uti, main robot lego sama Andra.", Andra langsung menarik tangan Ibu menuju ke ruang tengah.
Rania tersenyum melihat Andra dan ibu yang sedang berjalan bergandengan tangan. Ibu dan bapak masih menginap satu malam lagi di Jakarta, dan baru akan kembali ke Jogja besok siang, karena bapak hanya cuti kerja selama 2 hari saja, jadi tidak bisa berlama-lama tinggal di Jakarta.
Rania melangkah menuju ke kamar tidurnya yang dia tempati bersama Andra. Kamar berukuran 4x4 meter yang sudah ditata oleh Rania sendiri supaya terlihat tenggar yang hanya diisi dengan tempat tidur berukuran 160x200 dan sebuah lemari berukuran sedang didalam nya.
Rumahnya memang sengaja hanya di lengkapi dengan perabotan seperlunya saja, mengingat ukuran rumahnya yang cukup kecil dan sangat pas-pasan untuk ditinggali tiga orang. Tujuannya hanya satu, supaya Andra bisa leluasa bermain tanpa khawatir membentur benda-benda dirumah. Andra termasuk anak yang aktif, suka bermain dan selalu berlarian kesana kemari.
Rania duduk diatas ranjangnya, matanya menatap bingkai foto diatas nakas sebelah ranjangnya.
'Mas Andre, aku pulang...', Rania menatap foto Andre dengan tatapan sedih. Air matanya mulai menetes keluar dan membasahi pipinya. Rania menghela nafasnya dalam-dalam, mengingat kejadian tadi siang di kantornya.
Tadi dia sudah bertemu langsung dengan Bos nya, Arshaka Narendra Wiguna. Pertemuan yang hanya berlangsung sebentar saja dan mampu membuat Rania sedikit goyah dengan pendiriannya. Rania langsung di perintah untuk mempelajari semua data, file dan catatan dengan cepat.
Flashback on
'Ting... '
Rania yang sedang duduk membaca catatan sekretaris sebelumnya langsung berdiri dan matanya beralih menatap kearah lift yang sedang membuka pintunya.
Seorang pria berpostur tubuh tegap tinggi dan berpakaian jas rapi muncul dari dalam lift itu. Rania terdiam menatap wajah yang sangat dingin tanpa ekspresi didepannya. 'Apakah dia pak Bos, Arshaka Narendra Wiguna?', matanya masih lekat menatap seorang pria yang sekarang sedang berjalan mendekat ke arahnya. Untuk beberapa saat mereka hanya saling menatap tanpa menyapa satu sama lain.
"Selamat siang pak Arsha", sapa Dani yang sudah muncul di dekat mereka entah sejak kapan.
'Ternyata benar', batin Rania dalam hati.
Arsha hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya saja sambil melirik kearah Dani.
"Perkenalkan ini Rania Putri Ramadhani, sekretaris CEO yang baru. Rania, ini pak Arsha, CEO PT Wiguna.".
"Salam kenal Pak Arsha, saya Rania sekretaris yang baru.", ucap Rania memperkenalkan diri sambil tersenyum canggung. Lagi-lagi Arsha hanya menganggukkan kepalanya saja tanpa membalas perkataan Rania. 'Ternyata dingin sekali orang nya', Rania berusaha tenang menghadapi sikap kaku Arsha.
"Tolong secepatnya kamu pelajari data dan catatan sekretaris yang lama. Pekerjaan banyak yang menumpuk karena Dani tidak becus menangani nya.", ucap Arsha tegas. Dani merengut sebal pada Arsha yang sedang menatap nya tajam.
Rania mengangguk pelan, "Baik Pak, saya akan berusaha mempelajari semua nya dengan cepat.".
Dengan angkuh nya Arsha kemudian langsung berlalu menuju ke kantornya, Dani melihat raut ketakutan di wajah Rania.
"Rania, semangat!" seru Dani pada Rania dengan suara berbisik, kemudian mengekor langkah Arsha yang sudah memasuki ruangannya. Rania hanya tersenyum canggung kemudian memegang dadanya yang dari tadi berdetak kencang.
'Benar-benar orang yang sangat dingin dan kaku', Rania menghembuskan nafasnya pelan, semangatnya tiba-tiba saja menurun setelah bertemu langsung dengan Arsha, 'Apa bisa bekerja sama dengan orang sedingin itu?' Rania tiba-tiba saja mulai merasa goyah dengan keyakinan nya, haruskah dia mundur sebelum berperang?.
*
Dani menutup pintu kantor Arsha dengan pelan dan berjalan mengikuti Bos nya dari belakang.
"Itu sekretaris yang dipilih oleh Sarah?", tanya Arsha pada Dani.
"Iya benar, Bos. Nona Sarah sendiri yang memilih Rania untuk jadi sekretaris CEO.".
Arsha menghempaskan tubuhnya di sofa kantor pribadinya.
"Rania sepertinya bisa cepat belajar Bos, dia terlihat sangat pintar dan cekatan. Dan ehheemm... dia juga sangat cantik meskipun dia sudah menikah dan punya anak."
Arsha langsung menegakan tubuhnya menatap Dani tak percaya. "Hah... sudah punya anak? emang berapa umurnya?", tanya Arsha penasaran.
"Baru 28 tahun, Bos. Masih muda, tapi sayang sudah menikah.".
"28 tahun? Sudah menikah dan punya anak?".
"Iya, Bos. Hhhh... sayang sekali kan Bos.".
"Sayang apanya?".
"Ya, sayang kenapa sudah menikah? Coba kalau belum menikah, pasti akan aku dekati Rania.".
'Duk!'
"Auww... Bos!", Dani mengelus tulang kering kaki kirinya yang baru saja ditendang Arsha.
"Mana mau dia sama kamu yang kaya Drona!", sungut Arsha kesal dengan ucapan Dani.
Arsha langsung terdiam, didalam otaknya banyak sekali pertanyaan yang bermunculan. Kenapa Sarah memilih sekretaris seperti Rania? Apa maksud Sarah dan apa tujuannya?. Penampilannya benar-benar sangat jauh berbeda dari sekretaris sebelumnya.
"Kenapa Sarah memilih dia?", tanya Arsha yang masih penasaran.
"Mungkin karena takut pak Bos selingkuh lagi." Dani langsung disambut pelototan tajam dari mata Bosnya, "Siapa yang selingkuh dan siapa yang diselingkuhi?! Dasar mulut lemes!".
Dani terdiam, salah lagi kan...
Flashback off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments