Arsha duduk bersandar di kursi kebesarannya, matanya terpejam erat, dahinya berkerut sampai alisnya hampir menyatu. Tampak sekali kalau hari ini moodnya sedang tidak baik-baik saja.
Sejak pagi tadi Arsha sudah dibuat emosi oleh asistennya sendiri, siapa lagi kalo bukan Dani si asisten durhaka. Masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh seorang asisten yang sekarang ini merangkap menjadi seorang sekretaris pribadinya juga.
'tok tok tok...'
"Pak Arsha, boleh saya masuk?", suara Dani terdengar dari balik pintu ruang kantor pridadi Arsha.
Arsha langsung membuka matanya dengan lebar, kemudian meremas kedua tangannya yang sudah gatal ingin memberi hukuman pada asistennya yang keras kepala itu.
"Masuk!!", teriak Arsha dengan keras.
Pintu dibuka dengan pelan, Dani melangkah masuk dengan sangat hati-hati dan pelan, yang langsung disambut dengan tatapan tajam dari Bos nya yang sedang duduk di kursi kerja nya.
'aahhh mati aku...', batin Dani ngenes, bersiap menerima amukan dari Bos nya.
Tiba-tiba saja sebuah tempat pena di atas meja kerja Arsha sudah melayang ke arah Dani. Untung saja reflek Dani begitu cepat, sehingga bisa menghindar dari lemparan tempat pena yang Arsha tujukan kepadanya. Dani spontan langsung memegang dadanya yang kaget karena kejadian nya begitu cepat dan sangat tiba-tiba, kemudian menengok kebawah, menatap tepat didepan sepatunya beberapa pena mahal sudah berhasil mendarat dengan manis beserta dengan wadahnya.
"Apa yang mau kamu katakan sekarang, Dan?", Arsha masih menatap tajam pada Dani yang sudah terlihat pucat diseberang meja miliknya.
"Itu, Bos. Laporan yang kemarin masih banyak kesalahan, sudah saya perbaiki tadi, Bos. Dan untuk masalah...sekretaris, nona Sarah sendiri yang akan meng-handle nya.", Dani berkata dengan sangat hati-hati dan pelan sampai suaranya tergagu karena takut kalau salah ucap dan Bosnya akan semakin murka padanya.
"Dimana sekretaris yang baru? Cepat bawa kesini!! Kenapa harus Sarah yang mengurus masalah sekretaris??".
Dani menelan ludahnya sendiri karena tenggorokannya tiba-tiba saja terasa kering, kemudian menghirup oksigen didalam ruangan itu dalam-dalam sebelum mulai bicara lagi.
"Sekretaris yang baru, baru akan masuk besok pagi, Bos. Hari ini khusus nona Sarah sendiri yang akan menyeleksi sendiri calon sekretaris nya.".
Arsha mendengus kesal, lalu memijit dahinya yang seakan isi kepalanya sudah mau mendidih.
"Maaf Bos, itu semua permintaan khusus dari Nona Sarah".
"Diam kamu Dan, dasar asisten durhaka!!".
Dani hanya terdiam, sudah terbiasa baginya di panggil dengan julukan asisten durhaka oleh Bos kepala batu ini.
"Bos, sekarang waktunya meeting dengan pimpinan dari Angkasa grup.", Dani mencoba mengalihkan pembicaraan dari masalah sekretaris yang membuat Arsha marah padanya.
Arsha kembali menatap Dani dengan marah.
"Dasar orang durhaka kamu, Dan!! Kenapa tidak bilang dari tadi?!", Nah kan salah lagi Dani, Dani hanya bisa menghela nafas nya dengan pasrah. Niat hati ingin mengalihkan pembicaraan malah dapat cacian amarah dari Bos kepala batu nya.
Arsha langsung berdiri dari kursinya, kemudian menyambar jas hitam miliknya yang diletakkan di sandaran kursi kerjanya, lalu melangkahkan kakinya dengan lebar keluar dari ruang pribadi nya. Dani mengikuti Arsha tepat di belakang Arsha, tangannya mengepal erat persis dibelakang kepala Arsha, seperti ingin menonjok kepala Bosnya itu.
'Dasar Bos gedeg !!', teriak Dani dalam hati.
"Berani kamu sama aku, Dan??!!".
Dani langsung menurunkan kepalan tangannya lalu menyembunyikan nya dibalik badannya sendiri, menatap heran pada Bos nya yang seperti punya mata di belakang kepalanya.
*
Sementara itu di sebuah aula kecil di bagian HRD, sudah berkumpul beberapa calon karyawan baru yang sudah lolos administrasi dan sedang bersiap untuk melakukan tes wawancara dengan kepala HRD. Ada sekitar 20 orang yang kini sedang berkumpul sejak jam tujuh pagi tadi, dan kini mereka sedang menunggu kedatangan kepala HRD PT Wiguna. Rania termasuk salah satu dari calon karyawan PT Wiguna yang saat ini sedang menunggu tes wawancara.
Seorang wanita cantik berbadan seksi tiba-tiba masuk kedalam ruangan itu. Semua orang didalam ruangan langsung terdiam dan menatap wanita itu dengan tatapan kagum dengan penampilan wanita yang sekarang sedang berdiri didepan mereka. Tubuh yang benar-benar proporsional dan di sempurnakan dengan baju mahal yang benar-benar pas ditubuhnya, bahkan bisa dibilang sangat ketat sehingga bisa terlihat jelas lekukan tubuh wanita itu dari berbagai arah.
'Wow, inilah Jakarta. Semangat Rania', batin Rania seperti sedang menyemangati diri sendiri setelah membandingkan dengan penampilannya sendiri yang berbeda jauh dari wanita yang ada di depannya.
Tidak bisa dipungkiri, persaingan ketat untuk bisa lolos dan masuk ke perusahaan yang besar seperti ini, selain dibutuhkan orang dengan otak yang pintar juga harus didukung dengan penampilan fisik yang menarik. Apalagi di kota besar seperti Jakarta ini, penampilan merupakan faktor utama penilaian seseorang.
Jika dinilai dari penampilan Rania pasti akan kalah jauh dibandingkan dengan calon karyawan yang lainnya. Rania seorang wanita yang berhijab panjang hingga menutup dadanya dan selalu memakai pakaian yang longgar untuk menutupi lekuk tubuhnya, itu sudah biasa dipakai Rania sejak dia masih sekolah dasar. Dia selalu berusaha berpakaian rapi sesuai dengan syariah Islam. Meski begitu Rania selalu pandai memilih dan mempadupadankan bajunya sehingga terlihat serasi dengan dirinya yang postur tubuhnya tidak terlalu tinggi.
'Bismillahirrahmanirrahim... ', Rania memantapkan niatnya kembali untuk berjuang demi Andra dan dirinya sendiri. Menepis keraguan dan rasa tidak percaya diri yang dirasakannya saat ini.
Wanita itu menatap satu persatu calon karyawan yang sedang berdiri didepan nya. Tiba-tiba tatapan nya berhenti pada Rania yang kebetulan berdiri diurutan paling belakang.
"Kamu, yang berdiri di belakang, yang memakai kerudung krem, sekarang juga maju kedepan.".
Rania kaget, lalu kepalanya ikut menoleh ke kiri dan ke kanan, 'Kerudung krem? Seperti nya hanya aku yang memakai kerudung krem hari ini.', Rania langsung menatap wanita itu lagi.
"Iya kamu, tidak ada lagi yang memakai kerudung krem selain kamu disini.".
Rania segera maju menghampiri wanita itu dan berdiri tepat didepan nya.
"Siapa namamu?", tanya wanita itu saat Rania sudah sampai didepan nya.
"Rania Putri Ramadhani, Bu", sahut Rania dengan suara yang pelan.
"Oke Rania, kamu sekarang ikut aku ya.".
Rania terlihat kebingungan, sepertinya pakaiannya kali ini akan jadi masalah dikantor ini, karena dari semua calon karyawan yang sudah datang, hanya dia sendiri yang berhijab panjang sampai menutup dada dan juga berpakaian longgar. Memang ada calon karyawan lain yang memakai hijab juga, tapi hijab yang dipakainya di gulung rapi dan terikat pas dilehernya.
"Baik, Bu.", sahut Rania singkat.
Wanita itu langsung berjalan keluar meninggalkan aula HRD, 'Ya Allah, lindungi hamba-Mu ini ya Allah... ', Rania berjalan mengikuti wanita itu sambil terus memegang dadanya yang tiba-tiba berdegup keras. Perasaan ragu tiba-tiba langsung datang mendera, apakah kali ini akan di tolak bekerja disini?.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments