Adzan subuh berkumandang di langit jakarta yang masih tampak gelap gulita. Jakarta yang tak pernah kehilangan keramaian selama seharian penuh. Lalu lalang kendaraan yang masih sahut menyahut terdengar dari kejauhan.
Rania masih terduduk khusyu' menengadahkan kedua tangannya keatas. Matanya terpejam, bibirnya mengatup dan nafasnya berhembus pelan. Berdoa untuk mendiang suaminya, Andra, kedua orang tuanya dan untuk dirinya sendiri. Sebuah rutinitas yang selalu Rania lakukan setelah selesai menunaikan ibadah sholatnya.
"Alhamdulillah... ", Rania meraup wajahnya dengan kedua tangannya.
Hari ini akan dimulai perjalanan baru, perjalanan karier nya sebagai seorang sekretaris CEO. File data dan catatan sengaja dia bawa dari kantor untuk dipelajari lagi dirumah, dan semalam Rania sudah mempelajari semuanya.
Rania beranjak mendekati Andra ditempat tidur yang masih tertidur lelap. Diciumnya kening anaknya itu dengan pelan dan hati-hati, membuat Andra terusik dari tidurnya dan mulai menggeliatkan tubuhnya. Rania tersenyum penuh haru, menatap Andra yang sudah tumbuh semakin besar, sehat dan pintar. 'Alhamdulillah... ', tak henti rasa syukur selalu diucapkan Rania untuk Sang Maha Pengasih dan Penyayang yang sudah menciptakan Andra disisinya. Seorang anak yang menjadi penguat dalam hidupnya untuk menjalani hari-hari setelah peristiwa tragis lima tahun yang lalu.
*
Rumah kecil dan sederhana yang sudah hangat karena penghuninya sudah terbangun dari waktu sholat Subuh. Ibu dan bik Inah terlihat sudah sibuk di dapur saat Rania keluar dari dalam kamarnya.
"Aduh aroma nya menggoda iman... masak apa Bu?", tanya Rania yang sudah rapi memakai pakaian kerja tapi belum memakai hijabnya.
"Masak sop ayam jagung, kesukaan Andra.", sahut Ibu yang terlihat sibuk memotong wortel.
"Andra mana? Belum bangun, Ra?".
"Belum Bu, tadi malam ikutan begadang nemenin Rania belajar laporan kantor.", sahut Rania sambil duduk disofa ruang keluarga.
Ibu berjalan mendekati Rania setelah menyerahkan sayuran yang belum selesai dipotong ke bik Inah.
"Ra, nanti siang Ibu sama Bapak mau pulang ke Jogja. Kalau kamu butuh sesuatu kamu jangan sungkan telpon ibu ya. Pokoknya kamu harus ngabari Ibu kalau butuh apapun.".
Rania tersenyum menatap ibunya. "Iya bu, maaf Rania nanti siang tidak bisa mengantarkan Ibu sama Bapak ke stasiun.".
"Ra, Bapak kemarin sudah bilang ke teman Bapak, Pak Rudi yang rumahnya di tangerang. Kalau kamu perlu bantuan atau apapun yang mendesak, kamu bisa minta bantuannya.", ucap bapak yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Iya Pak, Rania sudah simpan kok nomor telpon Pak Rudi.", Rania menatap kedua orang tuanya yang terlihat sedih. Kemudian meraih tangan keduanya untuk di genggam dikedua tangannya.
"Bapak Ibu, Rania mohon doa dan restunya. InsyaAllah Rania akan kuat dan bisa menghadapi semuanya. Bapak Ibu tidak usah khawatir, Rania pasti bisa melewati semuanya.".
Ibu terlihat sudah mulai menangis terisak, sedangkan Bapak masih menatap Rania dengan sedih. Rania memeluk Ibunya dengan erat, kemudian mengusap punggungnya berharap bisa meredakan tangis Ibu.
"Ra, kamu harus selalu ingat tidak ada sesuatu hal yang lebih penting daripada waktu sholat yang tepat waktu. Sesibuk apapun kamu nantinya, jangan sampai kamu meninggalkan kewajiban mu.", pesan Bapak pada Rania. Bapak memang orang yang sangat disiplin dalam hal Ibadah dan selalu mengajarkan pada Rania sejak kecil tentang pentingnya ibadah dan ilmu agama Islam.
"InsyaAllah Pak", jawab Rania sambil tersenyum menatap haru pada kedua orang tuanya.
*
Langit sudah berganti terang seiring matahari yang mulai muncul dari balik awan di ufuk timur. Rania berangkat ke kantor sejak pukul enam pagi untuk menghindari keterlambatan dihari pertama nya masuk kerja.
Jarak dari rumah kekantor sebenarnya tidak terlalu jauh, tapi mengingat kemacetan di jalan raya Jakarta, Rania akhirnya memutuskan berangkat lebih awal.
Rania sudah meminta ijin pada Bapak untuk membeli sepeda motor untuk dirinya berangkat kerja, tapi bapak belum mengijinkan karena Rania belum paham betul jalanan di Jakarta. Nanti kalau sudah satu bulan baru boleh membeli dan mengendarai motor oleh Bapak. Rania patuh pada perkataan Bapak, bersabar sebentar menunggu sebulan lagi baru akan membeli motor.
'Tok tok tok... '
"Masuk... ", perintah Arsha dari dalam kantornya.
Rania melangkah masuk kedalam kantor Arsha, tangan kanannya membawa nampan kecil yang terdapat cangkir di atasnya dan ditangan kirinya menenteng iPad kantor untuk mencatat semua kegiatan Bosnya. Arsha mendongakkan kepala menatap Rania yang sedang berjalan mendekat kearahnya.
"Selamat pagi Pak Arsha.", sapa Rania dengan ramah. Arsha hanya menjawab dengan senyuman samar.
"Permisi, Pak, Ini minuman Bapak.", Arsha melirik ke cangkir porselen yang baru saja diletakkan Rania dimeja kerjanya.
'Uhuukk... ' tiba-tiba Arsha seperti tersedak nafasnya sendiri.
"Dani yang menyuruhmu membawa ini?", tanya Arsha sambil menunjuk cangkir didepannya.
"I..iya Pak", jawab Rania dengan suara sedikit bergetar karena takut. 'Sepertinya ada yang salah', batin Rania mulai gelisah dan takut melakukan kesalahan di hari pertamanya bekerja.
Arsha menatap Rania yang berdiri canggung dan seperti ketakutan di depannya.
"Apa agendaku hari ini?", tanya Arsha mencoba mencairkan suasana yang terasa sangat kaku.
Rania langsung menekan tombol di iPad nya dengan tangan yang masih bergetar.
"Agenda hari ini jam sepuluh ada rapat dengan seluruh Direksi dan nanti jam dua siang ada undangan dari PT Angkasa Group untuk acara peluncuran alat berat terbaru meraka.".
"Oke, kamu sekarang siapkan ruang rapatnya dan untuk nanti siang kamu juga ikut ke Angkasa Group.".
Rania mengangguk patuh, "Baik Pak, em..maaf Pak... A-apa perlu saya ganti minuman nya?", tanya Rania dengan takut-takut.
Arsha melirik ke cangkir didepannya lagi, "Tidak usah, kamu sekarang panggil Dani saja, suruh dia kemari.".
"Baik Pak, saya permisi dulu.", Rania segera berlalu dari hadapan Arsha.
Arsha masih memandangi punggung Rania sampai menghilang dibalik pintu. Baru kali ini dia didampingi karyawan dengan pakaian yang sangat tertutup seperti Rania. Arsha sering bertemu dengan kolega dan karyawan yang memakai hijab, tapi hijab yang mereka pakai biasanya pendek dan tergulung rapi dileher.
Pakaian Rania lain dari pada yang lain, hijabnya panjang menutup dada dan pakaiannya juga longgar yang tidak membentuk tubuhnya. Arsha pernah melihat orang berpakaian seperti Rania, tapi tidak pernah berhubungan sedekat ini sebelumnya. Hal itulah yang membuat nya canggung saat berhadapan dengan Rania. Orang seperti Rania pasti akan sangat berhati-hati dalam pergaulannya, apalagi dengan lawan jenisnya.
Terdengar suara ketukan pintu dari luar ruangan yang membuyarkan lamunan Arsha. Tanpa ijin dari sang penghuni seseorang yang sudah ditunggu akhirnya muncul dari balik pintu itu.
Ya siapa lagi kalo bukan asisten durhaka nya.
"Ada apa Bos memanggilku?", tanya Dani begitu sampai didepan Arsha. Arsha langsung mendorong cangkir didepannya kehadapan Dani.
'glek.. '
Dani langsung menelan ludahnya sendiri yang terasa berduri, wajahnya berubah pucat menatap cangkir dimeja Bosnya.
"Minum!", perintah Arsha dengan suara tegasnya.
"I-itu kan buat Pak Bos. ", jawab Dani sambil tersenyum menyeringai.
"Ayo minum!", perintah Arsha lagi dengan geram.
Dani mencoba meraih cangkir didepan Arsha, "Biar aku ganti saja, Bos.".
Arsha menahan cangkir yang akan diambil Dani dengan ujung jari tangannya.
"Sebelum kamu keluar dari ruangan ini kamu harus menghabiskan minuman ini dulu.".
Dani memandang cangkir yang masih tergeletak manis diatas meja kerja Arsha. Tadi memang niatnya ingin mengerjai Bosnya yang sudah puasa minum kopi hitam setiap paginya sejak lima tahun yang lalu. Dani sendiri memang menghindari minum kopi pagi hari karena lambungnya tidak bisa bersahabat dengan kafein kopi.
Dani mengangguk patuh, dengan pelan mengangkat cangkir dimeja Arsha, kemudian..
'wuuss... ', Dani berlari dengan cepat keluar dari kantor pribadi Arsha sambil membawa cangkir berisi kopi itu.
"Maaf bos, aku mengaku salah.. " teriaknya sambil berlalu dari hadapan Arsha.
"Dasar asisten tengik!!", seru Arsha keras dan jengkel pada asisten nya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments